Kisah Nabi Ya’kub Sedih Karena Kehilangan Nabi Yusuf hingga Beliau Buta

Kisah Nabi Ya'kub Sedih Karena Kehilangan Nabi Yusuf hingga Beliau Buta

Pecihitam.org – Kisah ini menceritakan Nabi Ya’kub alaihissalam pada saat dirundung kesedihan yang berkepanjangan karena kehilangan putra tercintanya, yaitu Nabi Yusuf. Sepanjang hari Nabi Ya’kub menangisi kepergian Yusuf hingga beliau menjadi buta. 

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Nabi Yusuf merupakan anak tersayang diatara 12 orang anak dari keempat istri Yaqub. Lantaran kasih sayang yang terkesan berlebihan, sehingga saudara-saudara yang lain merasa iri dan merencakan untuk meyingkirkan Yusuf.

Pada suatu hari, mereka berencana membuang Yusuf dari kehidupan mereka. Mereka mengatur strategi untuk menyingkirkannya, lalu rencana tersebut berhasil. Kemudian Yusuf pun terjebak pada sebuah sumur, dan jebakan itu berasal dari tipu daya mereka.

Pada akhirnya Nabi Ya’kub dirundung kesedihan yang berkepanjangan karena ia kehilangan putra tercintanya. Sepanjang hari Nabi Ya’kub menangis atas kepergian Yusuf hingga membuat beliau buta.

Singakat cerita. Beberapa tahun kemudian, Nabi Ya’kub m mendengar kabar dari anak-anaknya jika Yusuf putra tercintanya masih hidup.

Setelah Yusuf bertemu dengan saudara-saudaranya. Dia menitipkan sesuatu kepada mereka untuk diberikan kepada ayahnya, Nabi Yaqub, yaitu gamis milik Yusuf.

Dengan tujuan diusapkan ke wajah Yakub, agar kembali dapat melihat. Atas izin Allah SWT, dia pun dapat melihat kembali dan berkumpul dengan keluarganya di Mesir.

Baca Juga:  Kisah Ummu Mahjan, Marbot Masjid Perempuan di Masa Rasulullah Saw

Perlu juga diketahui, Nabi Ya’kub adalah Nabi yang punya nama lain Israil. Beliaullah moyang dari Bani Israel. Ya’kub merupakan putra dari Nabi Ishaq bin Ibrahim dan ibunya Rifqah binti A’zar. Dia memiliki saudara kembar bernama Al-Aish.

Ayahnya lebih menyayangi Aish dikarenakan dia merupakan anak tertua, sedangkan ibunya lebih menyayangi Ya’kub karena dia merupakan anak terakhir.

Pada suatu ketika, ayahnya menyeru . kepada Ya’kub agar menemui pamannya yang berada di Irak. Atas perintah tersebut, maka ia meminta izin dengan tujuan menemui pamannya.

Sesuai nasihat sang ayah, pergilah Ya’kub menuju kota Fadan A’ram yang berada di Irak. Setelah berhari-hari melewati padang pasir, tibalah Ya’kub di kota tersebut. Di sana ia menemui pamannya yang bernama Laban bin Batu’il.

Dia bertanya kepada salah satu penduduk tentang kediaman Laban bin Batu’il. Kemudian penduduk tersebut menunjuk ke arah Rahil seorang gadis yang cantik jelita, yang kebetulan merupakan putri kedua dari Laban bin Batu’il.

Setelah memperkenalkan diri kepada Rahil, Yaqub diajak untuk bertemu dengan ayahnya Laban bin Batu’il. Dalam pertemuan tersebut Yaqub menyampaikan pesan dari ayahnya, agar mereka berdua menjadi besan dengan menikahkan salah satu putri Laban dengan Yaqub.

Baca Juga:  Kisah Hasan al Bashri Mengejar Wanita Cantik

Laban menyetujui pesan tersebut dengan syarat menggembalakan hewan ternak miliknya selama tujuh tahun. Yaqub menyanggupi syarat tersebut, setelah tujuh tahun berlalu, Nabi Yaqub menaggih janji kepada Laban.

Sehingga Laban ini menjodohkan putri pertamanya yang bernama Laiya. Namun, Yaqub hanya tertarik untuk menikahi Rahil. Seorang gadis yang dia jumpai pertama kali saat berada di kota Fadan A’raam.

Laban pun menyarankan Yaqub untuk menikahi Laiya terlebih dahulu. Setelah itu, dia diizinkan untuk menikahi Rahil sebagai istri kedua dengan syarat bahwa Yaqub harus bersedia menggembalakan hewan ternak milik Laban selama tujuh tahun.

Pada masa Yaqub, belum ada larangan untuk menikahi kakak beradik dalam satu waktu hingga diturunkannya Surat An-Nisa Ayat 23

Kembali ke kisah Nabi Ya’kub menangis hingga buta. Gambaran tentang kesedihan Nabi Ya’kub kehilangan putranya, disebutkan salah satunya pada ayat berikut

وَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰٓاَسَفٰى عَلٰى يُوْسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنٰهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيْمٌ

Dan dia (Yakub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf,” dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya). (QS. Yusuf ayat 84)

Baca Juga:  Wahai Rasulullah, Izinkan Saya untuk Berzina!

Disebutkan dalam Bada’iz Zuhur, saking seringnya menagis, sampai-sampai Nabi Ya’kub diancam oleh Allah akan dihapus dari daftar para nabi.

Maka setelah itu, beliau menyadari tak perlu sedih berkepanjangan dan mengadu hanya pada Allah

قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Yusuf ayat 86)

Begitulah kecintaan seorang ayah kepada anaknya yang telah ditunjukkan oleh Nabi Yakub kepada putranya Nabi Yusuf. Kesedihan kehilangan seorang anak membuatnya sedih berkepanjangan hingga membuat beliau Kehilangan penglihatan.

Faisol Abdurrahman