Tiga Perbedaan Karomah dan Mukjizat

perbedaan karomah dan mukjizat

Pecihitam.org – Allah memberikan keistimewaan kepada orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat dan kokoh, beramal shalih dan selalu bertakwa kepada-Nya. Keistimewaan tersebut sering dikenal dengan istilah karomah. Meski sama-sama keistimewaan, karomah dan mukjizat ini memiliki perbedaan. Lantas apa perbedaan antara karomah dan mukjizat?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Secara etimologi, karamah (كرامة‎) berarti hormat/menghormati/penghormatan/pemuliaan. Sedangkan dalam terminologi ulama ilmu tauhid karomah adalah hal atau suatu kejadian yang luar biasa di luar nalar dan kemampuan manusia biasa pada umumnya yang terjadi pada diri seorang wali Allah.

Di Indonesia, istilah karamah juga populer dengan sebutan “keramat”. Munculnya karamah pada diri seorang wali Allah merupakan sebuah penghormatan atau pemuliaan terhadap dirinya dan sebagai isyarat dari Allah atas diterimanya eksistensi diri seorang wali tersebut di sisi Allah. Bahasa mudahnya adalah seperti stempel atau cap legitimasi kewalian dari Allah.

Karomah ini dijelaskan sebagaimana dalam firman-Nya surah Yunus: 62-64,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ – 64

Baca Juga:  Ini 6 Adab Peminta-Minta yang Patut Diketahui, Berikut Versi Imam Ghazali

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung.”

Makna busyra (kabar gembira) dari ayat di atas adalah segala kebaikan yang akan diterima oleh orang-orang bertakwa. Kabar gembira dapat berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh orang-orang bertakwa dalam tidurnya.

Kabar gembira ini juga dapat berupa mukasyafah, artinya adalah terbukanya hijab sehingga mereka dapat menyaksikan hal-hal yang sifatnya gaib bagi orang kebanyakan.

Hal itu sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada para wali-Nya agar tidak terganggu dalam perjalanannya menuju ma’rifatullah. Misalnya, seseorang yang membaca sholawat terhalang dari bau harum sholawatnya. Dengan begitu, orang itu tetap fokus membaca sholawat dan tidak menyombongkan diri.

Banyak sekali pemberian-pemberian Allah kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa dengan keimanan dan ketakwaan yang hakiki. Busyra itu sendiri juga memiliki tingkatan-tingkatan sesuai kadar keimanan dan ketakwaan seseorang.

Ada busyra yang berupa khariqun lil adah, sesuatu yang berada di luar jangkauan nalar manusia dan hukum kebiasaan yang biasanya terlihat dari orang-orang yang sudah sampai pada derajat kewalian karena istiqomah mengamalkan Alquran dan Sunnah. Adapula Busyra yang berupa khariqun lil ‘Aadah inilah yang diantaranya dinamai sebagai karomah.

Baca Juga:  Ijtihad, Alat Pemecah Dinamika Masalah Hukum Islam

Lantas apa perbedaan antara karomah dan mukjizat? Paling tidak ada tiga perbedaan antara karomah dengan mukjizat, yaitu :

  • Pertama, Mukjizat tampak dari seseorang yang diutus oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul kepada umatnya. Sedangkan karomah muncul dari seseorang yang mengikuti seorang Rasul (orang shaleh).
  • Kedua, Mukjizat wajib ditampakkan untuk mengalahkan segala bentuk perlawanan dan pembangkangan. Sedangkan karomah bisa saja ditampakkan dalam bentuk yang sepadan dengan perlawanannya atau lebih tinggi, berupa khariqun lil adah.
  • Ketiga, para Nabi dan Rasul diperintah untuk manampakkan mukjizat sedangkan pemilik karomah tidak diperintah untuk menampakkan khariqun lil adah. Bahkan mereka, para wali lebih senang menyembunyikannya kecuali jika dapat menguatkan syariat.

Dalil-dalil tentang adanya karomah banyak tercantum dalam Alquran, Sunnah. Syaikh Abdul Karim Muhammad Al-Mudarris Al-Bahgdadi, dalam kitabnya Nurul Islam menyampaikan dalil karomah yang bersumber dari Alquran diantaranya seperti kisah Sayyidah Maryam sebagaimana disebutkan dalam surah Ali ‘Imran ayat 37 berikut:

Baca Juga:  Inilah Kedudukan Rasulullah SAW di dalam Al-Qur'an (Bagian II)

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَٰمَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”

Lukman Hakim Hidayat