Shalat Gerhana Matahari: Hadis dan Cara Pelaksanaannya

Shalat Gerhana Matahari: Hadis dan Cara Pelaksanaannya

PeciHitam.org – Gerhana matahari (kusufus syamsi) dan gerhana bulan (khusuful qamar) sebagai fenomena alam yang menunjukkan kebesaran Allah SWT. Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum menjalankan shalat gerhana baik gerhana matahari maupun gerhana bulan adalah sunnah mu`akkad.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

وَصَلَاةُ كُسُوفِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ بِالْاِجْمَاعِ لَكِنْ قَالَ مَالِكٌ وَأَبُو حَنِيَفَةَ يُصَلِّى لِخُسُوفِ الْقَمَرِ فُرَادَى وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ كَسَائِرِ النَّوَافِلِ

“Menurut kesepakatan para ulama (ijma`) hukum shalat gerhana matahari dan gerhana bulan adalah sunah mu’akkad. Akan tetapi menurut Imam Malik dan Abu Hanifah shalat gerhana bulan dilakukan sendiri-sendiri dua rakaat seperti shalat sunnah lainnya,” (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Kairo, Darul Hadits, 1431 H/2010 M, juz VI, hal. 106).

Pendapat ini disandarkan pada firman Allah SWT dan salah satu hadits Nabi SAW. Allah Ta’ala berfirman;

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu hanya menyembah-Nya,” (QS Fushilat [41]: 37).

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ تَعَالَى فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا وَصَلُّوا

“Sungguh, gerhana matahari dan bulan tak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangun dan shalatlah kalian,” (HR Bukhari-Muslim).

Adapun tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut;

  1. Terlebih dahulu memastikan terjadinya gerhana bulan atau matahari.
  2. Shalat gerhana dilaksanakan saat gerhana sedang terjadi.
  3. Sebelum shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,”As-Shalâtu jâmi’ah.”
  4. Niat melaksanakan shalat gerhana matahari (kusufus syams) atau gerhana bulan (khusuful qamar), menjadi imam atau ma’mum.
    أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
  5. Shalat gerhana dilaksanakan sebanyak dua rakaat.
  6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali rukuk dan dua kali sujud.
  7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah.
  8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua.
  9. Demikian juga pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Setelah shalat disunahkan untuk berkhotbah.
    Hal yang sebaiknya patut diperhatikan adalah dalam soal rukuknya. Rukuk yang pertama dalam rakaat pertama lebih panjang dari yang kedua. Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab fikih madzhab Syafi’i, pada rukuk pertama membaca tasbih kira-kira lamanya sama dengan membaca seratus ayat surat Al-Baqarah, sedang rukuk kedua kira-kira delapan puluh ayat.
Baca Juga:  Nikah Mut’ah, Pernikahan Macam Apa Ini dan Bagaimana Hukumnya?

Begitu seterusnya dalam rakaat kedua. Untuk rukuk pertama pada rakaat kedua membaca tasbih lamanya kira-kira sama dengan membaca tujuh puluh ayat surat Al-Baqarah, dan rukuk keduanya kira-kira lamanya sama dengan membaca lima puluh ayat.

Mengenai sujud memang ada yang berpendapat tidak perlu lama. Akan tetapi pendapat ini menurut Muhammad az-Zuhri al-Ghamrawi pendapat yang sahih adalah pendapat yang menyatakan bahwa sujud juga harus lama. Pertanyaanya, berapa lamanya sujud?

Jawaban yang tersedia adalah lamanya kira-kira sama seperti lamanya rukuk. Dengan kata lain, sujud pertama dalam rakaat pertama membaca tasbih lamanya perkiraan seratus ayat surat Al-Baqarah dan untuk sujud kedua kira-kira lamanya sama dengan membaca delapan puluh ayat.

Sedangkan sujud pertama dalam rakaat kedua lamanya perkiaan sama dengan membaca tujuh puluh ayat surat Al-Baqarah, dan sujud kedua dalam rakaat kedua lamanya sama dengan membaca lima puluh ayat. Di samping itu bacaan surat dalam shalat sunnah gerhana matahari boleh dipelankan, boleh juga dikeraskan, tetapi disunnahkan pelan. Dalam shalat gerhana tidak ada adzan dan iqamah.

Baca Juga:  Meminang Pinangan Orang lain, Bolehkah Menurut Islam?

وَيُسَبِّحُ فِي الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ قَدْرَ مِائَةٍ مِنَ الْبَقَرَةِ وَفِي الثَّانِي ثَمَانِينَ وَالثَّالِثِ سَبْعِينَ وَالرَّابِعِ خَمْسِينَ تَقْرِيبًا فِي الْجَمِيعِ وَلَا يَطُولُ السَّجَدَاتِ فِي الْأَصَحِّ قُلْتُ الصَّحِيحُ تَطْوِيلُهَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ وَنَصَّ فِي الْبُوَيْطِىُّ أَنَّهُ يَطُولُهَا نَحْوَ الرُّكُوعِ الَّذِي قَبْلَهَا وَاللهُ أَعْلَمُ فَالسُّجُودِ الْأَوَّلِ كَالرُّكُوعِ الْأَوَّلِ وَهَكَذَاوَتُسَنُّ جَمَاعَةٌ أَىْ تُسَنُّ الْجَمَاعَةُ فِيهَا وَيُنَادَى لَهَااَلصَّلَاةُ جَامِعَةٌ وَيَجْهَرُ بِقِرَاءَةِ كُسُوفِ الْقَمَرِ لَا الشَّمْسِبَلْ يُسِرُّ فِيهَا لِأَنَّهَا نَهَارِيَّةٌ

“Bertasbih dalam rukuk pertama kira-kira lamanya seperti lamanya membaca seratus ayat dari surat Al-Baqarah, rukuk kedua delapan puluh ayat, ketiga tujuh puluh ayat dan keempat lima puluh ayat. Saya berpendapat bahwa pendapat yang sahih adalah memanjangkan sujud sebagaimana dalam hadits sahih yang diriwayatkan Bukhari & Muslim dan pendapat imam Syafi’i yang ada dalam kitab Mukhtashar Al-Buwaithi bahwa ia memanjangkan sujud seperti memanjangkan rukuk yang sebelum sujud. Wallahu a’lam. Karenanya, sujud yang pertama itu panjangnya seperti rukuk yang pertama begitu seterusnya. Shalat gerhana matahari sunnah dilaksanakan secara berjamaah dan diseru dengan ungkapan ash-shalâtu jâmi’ah. Disunnahkan melantangkan suara ketika membaca surat dalam shalat gerhana bulan, bukan gerhana matahari bahkan memelankan bacaan suratnya karena shalat gerhana matahari merupakan shalat sunah yang dilakukan siang hari,” (Lihat Muhammad Az-Zuhri Al-Ghamrawi, As-Sirajul Wahhaj, Beirut, Darul Ma’rifah, tt, 98).

Selesai shalat, dilanjutkan dengan dua khutbah sebagaimana khutbah Jumat. Namun jika shalat sunnah gerhana matahari dilakukan sendirian, tidak perlu ada khotbah. Begitu juga jika semua jamaahnya adalah perempuan. Akan tetapi jika ada salah satu dari perempuan tersebut yang berdiri untuk memberikan mauidlah tidak ada masalah.

Baca Juga:  Bagaimana Hukum Musik dan Penyanyi Perempuan? Begini Penjelasan Quraish Shihab

(وَيَخْطُبُ الْإِمَامُ) أَيْ أَوْ نَائِبُهُ وَتُخْتَصُّ الْخُطْبَةُ بِمَنْ يُصَلِّي جَمَاعَةً مِنَ الذُّكُورِ فَلَا خُطْبَةَ لِمُنْفَرِدٍ وَلَا لِجَمَاعَةِ النِّسَاءِ فَلَوْ قَامَتْ وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ وَوَعَظَتْهُنَّ فَلَا بَأْسَ بِهِ كَمَا فِى خُطْبَةِ الْعِيدِ

“Kemudian imam berkhutbah atau orang yang menggantikan imam. Khutbah dikhususkan bagi orang laki-laki yang yang mengikuti shalat tersebut secara berjamaah. Karenanya, tidak ada khutbah bagi orang yang shalat sendirian juga bagi jamaah perempuan, (akan tetapi, pen) jika salah satu dari jamaah perempuan berdiri dan memberikan mauidlah, tidak apa-apa sebagaimana dalam khutbah shalat ‘ied,” (Lihat Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatus Syeikh Ibrahim Al-Baijuri, Indonesia, Darul Kutub Al-Islamiyyah, 1428 H/2007 M, juz I, hal. 438).

Semoga bisa dipahami dengan baik. Saran kami sebaiknya rukuk dan sujud dalam shalat gerhana dipanjangkan sebagaimana penjelasan di atas, tetapi jika tidak juga tidak masalah. Sebaiknya sebelum melakukan shalat terlebih dahulu mandi dikarenakan merupakan salah satu yang disunnahkan.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *