Surah Al-Anfal Ayat 34-35; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an

Surah Al-Anfal Ayat 34-35

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anfal Ayat 34-35 ini menyatakan bahwa walaupun orang-orang kafir Quraisy layak memperoleh siksa, namun karena kedudukan tempat yang mulia (Masjidil Haram) membuat siksa dan azab tidaklah pantas terjadi di tempat tersebut.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anfal Ayat 34-35

Surah Al-Anfal Ayat 34
وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ ۚ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Terjemahan: Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Tafsir Jalalain: وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ (Mengapa Allah tidak mengazab mereka) dengan pedang sesudah engkau dan kaum mukminin yang lemah keluar dari Mekah. Berdasarkan pendapat yang pertama, ayat ini menasakh ayat sebelumnya; dan ternyata Allah swt. mengazab mereka dalam perang Badar dan perang-perang yang lain

وَهُمْ يَصُدُّونَ (padahal mereka menghalangi) mencegah Nabi SAW dan kaum muslimin عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ (untuk mendatangi Masjidil Haram) yakni untuk melakukan tawaf di dalamnya وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ (dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya?) seperti menurut dugaan mereka.

إِنْ (Tiada lain) tidak lain أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (orang-orang yang berhak menguasainya hanyalah orang-orang yang bertakwa tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui) bahwasanya tidak ada hak bagi orang-orang kafir untuk menguasai Masjidil Haram.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberitahukan, bahwasanya mereka layak disiksa, namun Allah tidak menimpakan siksa itu kepada mereka karena berkah keberadaan Rasulullah SAW di tengah-tengah mereka.

Karena inilah saat Rasulullah keluar dari tengah-tengah mereka, Allah menimpakan siksanya kepada mereka pada perang Badar, sehingga para pembesar mereka terbunuh dan sebagiannya tertawan.

Allah memberikan petunjuk kepada mereka untuk berisitighfar, meminta ampunan dari dosa-dosa yang mereka tenggelam di dalamnya, yaitu dari kemusyrikan dan tindak pengrusakan.

Qatadah, as-Suddi yang lainnya berkata: “Kaum itu tidak meminta ampunan. Seandainya mereka meminta ampunan, pastilah mereka tidak akan disiksa”.

Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Kalau saja bukan karena adanya orang-orang lemah dari orang-orang yang beriman yang berisitighfar yang ada di tengah-tengah mereka, pastilah adzab itu akan datang dengan tanpa bisa ditolak, akan tetapi adzab itu tertolak karena keberadaan mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 18-20; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sebagaimana firman Allah pada peristiwa Hudaibiyyah yang artinya: “Merekalah orang-orang yang kafir yang menghalangi kamu dari (masuk) Masjidil-haram dan menghalangi hewan kurban sampai ke tempat (penyembelihan)nya. Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengadzab orang-orang kafr di antara mereka dengan adzab yang pedih” (QS. Al-Fath: 25).

Ibnu Jarir berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Hamid, telah menceritakan kepada kami Ya’qub dari Ja’far bin Abil Mughirah, dari Ibnu Abza, ia berkata: “Dahulu Nabi Muhammad SAW berada di Makkah, kemudian Allah menurunkan: wa maa kaanallaaHu liyu-‘adz-dzibaHum wa anta fiiHim (Dan Allah tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka) Ia berkata:

Lalu Nabi saw. keluar ke Madinah, maka Allah menurunkan: wa maa kaanallaaHu mu’adz-dzaibaHum wa Hum yastaghfiruun (Dan tidak [pula] Allah mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun) Ia berkata: “Dan waktu itu kaum muslimin yang tersisa itu adalah orang-orang yang lemah”. Maksudnya orang-orang Islam yang masih ada di Makkah masih berisitighfar”.

Maka pada saat mereka keluar, Allah menurunkan: وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ ۚ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ (Kenapa Allah tidak mengadzab mereka, padahal mereka menghalangi orang untuk mendatangi Masjidil Haram dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya. Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa) Lalu Allah Ta’ala mengizinkan fathu Makkah, maka jadilah ia sebagai adzab yang dijanjikan kepada mereka.

Firman-Nya: وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ ۚ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (Kenapa Allah tidak mengadzab mereka, padahal mereka menghalangi orang untuk mendatangi Masjidil-haram dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya. Orang-orang yang berhak menguasainya hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui)

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 72; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Maksudnya, bagaimana Allah tidak menyiksa mereka, sementara mereka menghalangi orang untuk mendatangi Masjidil-haram. Maksudnya, orang-orang yang ada di Makkah menghalangi orang-orang beriman yang merupakan pemiliknya untuk melakukan shalat dan thawaf di dalamnya.

Karena inilah Allah berfirman: وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ ۚ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ (Dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya. Orang orang yang berhak menguasai-[nya], hanyalah orang-orang yang bertakwa) Maksudnya, mereka bukanlah pemilik Masjidil-haram, pemiliknya tidak lain adalah Nabi dan para sahabatnya.

Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya dan mereka kekal di dalam neraka. Sesungguhnya yang makmurkan masjid-masjid Allah hayalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah: 17-18)

Mujahid berkata: “Mereka adalah orang-orang yang berjihad, siapa pun mereka dan di mana pun mereka”.

Kemudian Allah menyebutkan apa yang mereka tuju, serta apa yang mereka lakukan di Masjidil Haram.

Tafsir Quraiash Shihab: Dan sungguh keadaan mereka seperti sekarang ini layak ditimpakan azab, sebab mereka telah berani merintangi manusia yang hendak mendatangi Masjid al-Harâm, sebagai tempat yang tidak boleh dijadikan ajang peperangan.

Namun Allah masih tetap menangguhkan siksa itu, sebab dalam ilmu-Nya yang terahasiakan, akan banyak dari kalangan mereka orang-orang yang kelak beriman. Hanya saja dengan perbuatan itu mereka bukan lagi sebagai pembela masjid yang dimuliakan Allah, karena mereka telah mengotori kesuciannya dengan paham-paham syirik yang ada sebelum Islam.

Sementara di sana masih ada kalangan yang dengan sungguh-sungguh mempertahankan kesucian masjid itu, yaitu orang-orang Mukmin yang taat kepada Allah. Akan tetapi, kebanyakan orang yang menyekutukan Allah tidak mau memahami agama dan mengerti kedudukan masjid itu di sisi Allah.

Surah Al-Anfal Ayat 35
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً ۚ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

Terjemahan: Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.

Tafsir Jalalain: وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً (Shalat mereka di sekitar Baitullah itu tiada lain hanyalah siulan) bersiul-siul وَتَصْدِيَةً (dan tepuk tangan) artinya mereka menjadikan hal-hal tersebut sebagai upacara sembahyang mereka yang dianjurkan oleh sesama mereka. فَذُوقُوا الْعَذَابَ (Maka rasakanlah azab) dalam perang Badar بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (disebabkan kekafiran kalian).

Baca Juga:  Surah Al-Insan Ayat 23-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً (Shalat mereka di sekitar Baitullah itu lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan). Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Dahulu orang-orang Quraisy berthawaf di sekeliling Ka’bah dalam keadaan telanjang sambil bersiul dan bertepuk tangan”.

Arti dari kata “مُكَاءً” adalah bersiul, sedangkan arti “تَصْدِيَةً” adalah bertepuk tangan. Demikianlah Ali bin Abi Thalhah dan al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Demikian juga yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Mujahid, Muhammad bin Ka’ab, Abu Salamah bin Abdur Rahman, adh-Dhahhak, Qatadah, Athiyyah, al-Aufi, Hajar bin Anbas dan Ibnu Abza dengan riwayat yang seperti ini.

Firman Allah: فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (Maka rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu). Adh-Dhahhak, Ibnu Juraij dan Muhammad bin Ishaq berkata: “Yang dimaksud adzab itu adalah, apa yang menimpa mereka pada perang Badar, yang berupa pembunuhan dan penawanan”. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir dan ia tidak menceritakan pendapat lainnya.

Tafsir Quraish Shihab: Doa dan permohonan mereka di depan masjid yang agung itu tidak lebih dari sekadar siulan dan tepukan tangan. Maka jika demikian halnya, terimalah kematian kamu sekalian di medan perang, agar kesyirikan itu menjauh dari masjidil haram. Dan kematian itu tidak lain akibat kekufuran kalian.

Alhamdulillah, demikianlah telah kita tadabburi bersama Surah Al-Anfal Ayat 34-35 berdasarkan Tafsir Quraish Shihab, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Jalalain. Semoga menambah kecintaan kita terhadap Al-Qur’an dan semakin meningkatkan Iman kita. Amin.

M Resky S