Surah Al-Insan Ayat 13-22; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Insan Ayat 13-22

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Insan Ayat 13-22 ini, Allah menerangkan keadaan ahli surga bahwa mereka duduk bertelekan di atas dipan. Mereka tidak merasakan teriknya matahari dan tidak pula dinginnya udara.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menerangkan pula makanan dan minuman yang dihidangkan kepada mereka berbagai bentuk, bejana yang terbuat dari perak juga sejumlah gelas yang sangat bening laksana kaca yang berkilauan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Insan Ayat 13-22

Surah Al-Insan Ayat 13
مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ ۖ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا

Terjemahan: di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.

Tafsir Jalalain: مُتَّكِئِينَ (Seraya bersandarkan) menjadi Haal atau kata keterangan keadaan dari Isim yang dirafa’kan oleh lafal Udkhiluuha. Lafal Udkhiluuhaa ini keberadaannya diperkirakan فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ (di dalamnya di atas dipan-dipan) atau ranjang-ranjang yang empuk,

لَا يَرَوْنَ (mereka tidak melihat) tidak menemukan; menjadi Haal yang kedua فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا (di dalamnya matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan) maksudnya, di dalam surga mereka tidak merasakan panasnya matahari yang menyengat, dan tidak pula dingin yang mencekam. Tetapi menurut suatu pendapat bahwa lafal Zamhariiran ini artinya bulan. Maknanya, surga tetap terang-benderang sekalipun tanpa matahari dan bulan.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah mengabarkan tentang para penghuni surga serta berbagai kenikmatan abadi yang mereka dapatkan disana, dan juga limpahan karunia yang agung kepada mereka. Dimana Dia berfirman: مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ (“Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan.”) pembahasan masalah ini telah diberikan di dalam surah ash-Shaaffaat.

Dan disebutkan perbedaan pendapat tentang kata al-ittikaa’, apakah yang dimaksudkan itu berbaring, bersandar, atau duduk bersila, atau diam dalam keadaan duduk. Sedangkan al-araa-ik berarti dipan yang diberi naungan.

Firman Allah: لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا (Mereka tidak merasakan di dalamnya [teriknya] matahari dan tidak pula dingin yang menusuk.”) maksudnya, mereka tidak merasakan panas yang menyengat dan dingin yang menusuk. Melainkan suhu di sana seimbang, dimana mereka tidak menginginkan adanya perubahan.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan keadaan ahli surga bahwa mereka duduk bertelekan di atas dipan. Mereka tidak merasakan teriknya matahari dan tidak pula dinginnya udara. Dipan-dipan dalam surga itu dikatakan tidak pernah ditimpa terik matahari, tidak disentuh oleh udara dingin yang menusuk sumsum tulang seperti halnya di dunia ini, akan tetapi di sana hanya ada satu iklim sejuk yang tak pernah berubah. Tidak ada yang merasakan panas maupun dingin.

Tumbuhnya pohon yang sangat rindang dan menyejukkan itu melindungi orang-orang abrar sehingga makin bertambahlah kenikmatan yang mereka peroleh. Demikian pula buah-buahan yang lezat cita rasanya, dan mudah dipetik. Mereka menikmati sambil berbaring duduk atau berdiri sesuka hati mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Di surga itu mereka duduk bertelekan dipan-dipan. Mereka tidak merasakan sengatan terik matahari maupun udara dingin yang menusuk.

Surah Al-Insan Ayat 14
وَدَانِيَةً عَلَيۡهِمۡ ظِلَٰلُهَا وَذُلِّلَتۡ قُطُوفُهَا تَذۡلِيلًا

Terjemahan: Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.

Tafsir Jalalain: وَدَانِيَةً (Dan dekatlah) di’athafkan secara Mahall kepada lafal Yarauna عَلَيۡهِمۡ (di atas mereka) maksudnya, di antara mereka ظِلَٰلُهَا (naungannya) yaitu naungan pohon-pohon surga وَذُلِّلَتۡ قُطُوفُهَا تَذۡلِيلًا (dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya) artinya, buah-buahannya didekatkan sehingga dapat dipetik baik oleh orang yang berdiri, atau orang yang duduk, bahkan orang yang sedang berbaring sekalipun.

Tafsir Ibnu Katsir: وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا (“dan naungan dekat di atas mereka.”) yaitu dahan-dahan sangat dekat dengan mereka. وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا (“dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.”) artinya kapan saja dia hendak memetiknya, maka buahnya mendekat kepadanya dan menyodorkan diri dari atas dahan, seakan-akan dia benar-benar mendengar dan taat. Qatadah mengatakan: “Tangan mereka tidak dihalangi oleh duri maupun jarak yang jauh.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan keadaan ahli surga bahwa mereka duduk bertelekan di atas dipan. Mereka tidak merasakan teriknya matahari dan tidak pula dinginnya udara. Dipan-dipan dalam surga itu dikatakan tidak pernah ditimpa terik matahari, tidak disentuh oleh udara dingin yang menusuk sumsum tulang seperti halnya di dunia ini, akan tetapi di sana hanya ada satu iklim sejuk yang tak pernah berubah. Tidak ada yang merasakan panas maupun dingin.

Tumbuhnya pohon yang sangat rindang dan menyejukkan itu melindungi orang-orang abrar sehingga makin bertambahlah kenikmatan yang mereka peroleh. Demikian pula buah-buahan yang lezat cita rasanya, dan mudah dipetik. Mereka menikmati sambil berbaring duduk atau berdiri sesuka hati mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Pohon-pohon surga yang hijau menaungi mereka. Buah-buahannya pun mereka peroleh dengan sangat mudah.

Surah Al-Insan Ayat 15
وَيُطَافُ عَلَيۡهِم بِـَٔانِيَةٍ مِّن فِضَّةٍ وَأَكۡوَابٍ كَانَتۡ قَوَارِيرَا۠

Terjemahan: Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,

Tafsir Jalalain: وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ (Dan diedarkan kepada mereka) di dalam surga itu بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ (bejana-bejana dari perak dan piala-piala) atau gelas-gelas yang tanpa pengikat كَانَتْ قَوَارِيرَا (yang bening laksana kaca.)

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَا (“dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak, dan piala-piala.”) yaitu mereka dikelilingi oleh pembantu-pembantu dengan membawa bejana makanan yang terbuat dari perak dan juga gelas-gelas minuman.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan pula makanan dan minuman yang dihidangkan kepada mereka berbagai bentuk, bejana yang terbuat dari perak juga sejumlah gelas yang sangat bening laksana kaca yang berkilauan. Bejana dan gelas-gelas itu bening sekali seolah-olah kaca yang sangat indah dan tinggi sekali nilainya.

Hadis riwayat Ibnu Abi hatim dari Ibnu ‘Abbas menerangkan sebagai berikut: Tidak ada sesuatu pun dalam surga, melainkan di dunia telah dianugerahkan Allah kepadamu sesuatu yang mirip dengan itu, kecuali botol-botol yang terbuat dari perak. (Riwayat Ibnu Abi hatim dari Ibnu ‘Abbas).

Baca Juga:  Surah Al-Insan Ayat 23-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dalam sebuah ayat lain disebutkan pula: Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya. (az-Zukhruf/43: 71).

Tafsir Quraish Shihab: Para pelayan menjajakan kepada mereka bejana-bejana minuman dari perak dan gelas-gelas lembut dan putih yang sangat jernih bagai kaca dan terbuat dari perak. Minuman itu ditentukan oleh para pemberi minum sesuai dengan keinginan yang meminum.

Surah Al-Insan Ayat 16
قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا

Terjemahan: (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.

Tafsir Jalalain: قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ (Yaitu kaca-kaca dari perak) gelas-gelas dan piala-piala itu terbuat dari perak yang bagian dalamnya dapat dilihat dari luar, sehingga tampak bening sebening kaca قَدَّرُوهَا (yang telah diukur mereka) yakni oleh pelayan-pelayan yang mengedarkannya تَقْدِيرًا (dengan sebaik-baiknya) sesuai dengan kecukupan minum orang-orang yang meminumnya, tidak lebih dan tidak pula kurang; cara minum yang demikian itu merupakan cara minum yang paling nikmat.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ (“Yang bening laksana kaca, yaitu kaca-kaca yang terbuat dari perak, dan piala-piala.”) kata qawaariiraa yang pertama manshub oleh khabar kaana. Yakni kaanat qawaariiraa. Sedangkan kata qawaariira yang kedua manshub, baik karena badal maupun tamyiz, karena telah dijelaskan oleh firman Allah Jalla wa ‘Alaa:

قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ (“kaca-kaca yang terbuat dari perak.”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid, al-Hasan Bashri, dan lain-lain mengatakan: “Yaitu putih perak dalam kejernihan kaca.” Dan qawaariira itu tidak terbuat kecuali dari kaca. Dengan demikian gelas-gelas ini terbuat dari perak, sehingga dengan demikian isi yang ada di dalamnya akan tampak dari bagian luar. Demikian yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

Firman Allah: قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا (“Yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya”) yaitu diukur dengan tingkat kekenyangan mereka, tidak lebih dan tidak juga kurang, tetapi ia disiapkan sesuai dengan rasa kenyang peminumnya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan pula makanan dan minuman yang dihidangkan kepada mereka berbagai bentuk, bejana yang terbuat dari perak juga sejumlah gelas yang sangat bening laksana kaca yang berkilauan. Bejana dan gelas-gelas itu bening sekali seolah-olah kaca yang sangat indah dan tinggi sekali nilainya.

Hadis riwayat Ibnu Abi hatim dari Ibnu ‘Abbas menerangkan sebagai berikut: Tidak ada sesuatu pun dalam surga, melainkan di dunia telah dianugerahkan Allah kepadamu sesuatu yang mirip dengan itu, kecuali botol-botol yang terbuat dari perak. (Riwayat Ibnu Abi hatim dari Ibnu ‘Abbas).

Dalam sebuah ayat lain disebutkan pula: Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya. (az-Zukhruf/43: 71).

Tafsir Quraish Shihab: Para pelayan menjajakan kepada mereka bejana-bejana minuman dari perak dan gelas-gelas lembut dan putih yang sangat jernih bagai kaca dan terbuat dari perak. Minuman itu ditentukan oleh para pemberi minum sesuai dengan keinginan yang meminum.

Surah Al-Insan Ayat 17
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا

Terjemahan: Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.

Tafsir Jalalain: وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا (Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas) khamar كَانَ مِزَاجُهَا (yang campurannya) atau sesuatu yang dicampurkan ke dalam minuman itu زَنْجَبِيلًا (adalah jahe.)

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا (“di dalam surga itu mereka diberi minum segelas [minuman] yang campurannya adalah jahe.”) maksudnya, mereka yaitu orang-orang yang berbuat baik, juga akan diberi minum dengan gelas-gelas ini. كَأْسًا; yaitu segelas minuman: كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا (“yang campurannya adalah jahe”). Terkadang diberi minuman yang dicampur dengan kafur yang dingin, dan pada saat yang lain diberi minuman yang bercampur jahe yang hangat, agar ada keseimbangan bagi mereka. Terkadang minuman dingin dan terkadang panas.

Tafsir Kemenag: Kemudian disebutkan jenis minuman yang dihidangkan di surga, yakni mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya jahe. Maksudnya penduduk surga disuguhi minuman yang terbuat dari zanjabil, yakni sejenis tumbuhan yang lezat cita-rasanya dan tumbuh di daerah Timur Tengah dahulu kala. Biasanya zanjabil digunakan untuk wangi-wangian dan orang-orang Arab menyukainya. Ada pula yang mengatakan nama dari Bait Ma’ruf.

Menurut Ibnu ‘Abbas, minuman, makanan, mata air, buah-buahan, dan lain-lain dalam surga yang disebutkan Al-Qur’an, satu pun tidak ada tandingannya. Kesamaan hanya pada namanya, sedangkan rasanya jauh lebih lezat.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang baik itu, di dalam surga, akan diberi minum arak yang dicampur dengan sesuatu yang rasanya seperti jahe. Minuman ini berasal dari sebuah mata air di dalam surga yang disebut salsabîl, karena begitu mudah ditelan dan begitu sedap rasanya.

Surah Al-Insan Ayat 18
عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّىٰ سَلْسَبِيلًا

Terjemahan: (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.

Tafsir Jalalain: عَيْنًا (Yaitu dari mata air) menjadi Badal dari lafal Zanjabiilaa فِيهَا تُسَمَّىٰ سَلْسَبِيلًا (yang dinamakan salsabil) yaitu air telaga itu rasanya seperti jahe yang sangat disukai oleh orang-orang Arab, dan minuman ini sangat mudah diteguknya.

Tafsir Ibnu Katsir: dalam ayat ini disebutkan: (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18) Yakni zanzabil itu adalah sebuah mata air di dalam surga diberi nama salsabila- Ikrimah mengatakan, bahwa salsabila nama sebuah mata air di dalam surga.

Mujahid mengatakan, bahwa mata air ini dinamakan salsabila karena arus airnya yang lancar dan deras. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18) Yaitu mata air yang airnya enak diminum.

Baca Juga:  Surah As-Sajdah Ayat 15-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa dinamakan demikian karena airnya terasa enak di tenggorokan lagi mudah. Tetapi Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mencakup kesemuanya itu.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa minuman ini didatangkan dari sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Mereka minum campuran zanjabil yang berasal dari sebuah sungai yang bernama salsabil.

Perkataan ini sendiri dalam bahasa Arab berarti ‘minuman atau makanan yang lezat dan juga berarti ‘mata air yang mengalir. Akan tetapi, mufasir Ibnu ‘Arabi menegaskan, “Aku tidak mendengar satu perkataan pun seperti salsabil ini melainkan di dalam Al-Qur’an saja.”

Dari keterangan di atas, kita hanya dapat menyimpulkan bahwa nama seperti salsabil, zanjabil, dan sebagainya diberikan keterangan sedemikian rupa yang tidak ada bandingannya dengan yang ada di dunia. Mengenai surga, kita telah yakin bahwa dia adalah sesuatu yang baik dan penuh nikmat yang mata belum pernah melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya. Oleh karena itu, kita tak dapat memastikan apakah betul-betul demikian makna yang dikehendaki ayat di atas.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang baik itu, di dalam surga, akan diberi minum arak yang dicampur dengan sesuatu yang rasanya seperti jahe. Minuman ini berasal dari sebuah mata air di dalam surga yang disebut salsabîl, karena begitu mudah ditelan dan begitu sedap rasanya.

Surah Al-Insan Ayat 19
وَيَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيۡتَهُمۡ حَسِبۡتَهُمۡ لُؤۡلُؤًا مَّنثُورًا

Terjemahan: Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.

Tafsir Jalalain: وَيَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ (Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda) mereka sama sekali tidak akan menjadi tua. إِذَا رَأَيۡتَهُمۡ حَسِبۡتَهُمۡ (Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka) karena penampilan mereka yang indah dan jumlah mereka yang menyebar dengan sangat banyaknya لُؤۡلُؤًا مَّنثُورًا (mutiara yang bertaburan) dari untaiannya atau dari tempat asalnya, yang demikian itu lebih indah dibandingkan berada di tempat lain.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا (“Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan.”) maksudnya, pelayan-pelayan muda itu mengelilingi para penghuni surga dalam rangka melayani mereka. مُخَلَّدُونَ; yakni, selalu dalam satu keadaan, muda selamanya dan tidak akan mengalami perubahan, umur mereka tidak akan bertambah dari umur mereka itu.

Firman Allah: إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا (“Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan.”) maksudnya, jika engkau melihat ketersebaran mereka dalam memberikan pelayanan kepada majikan mereka dan jumlahnya yang cukup banyak serta kecerahan wajah mereka serta indahnya warna mereka, juga pakaian dan perhiasan mereka, pasti engkau akan mengira bahwa mereka itu adalah mutiara yang bertaburan. Dan tidak ada penyerupaan yang lebih indah dari ini dan tidak pula pemandangan yang lebih indah dari mutiara yang bertaburan di tempat nan indah pula.

Tafsir Kemenag: Kemudian dilanjutkan lagi bahwa penduduk surga dikelilingi pelayan-pelayan surga yang muda belia untuk selamanya. Para pelayan itu datang dan berkeliling guna melayani segala keperluan sesuai dengan permintaan penduduk surga. Mereka tetap muda, cerah, dan berseri-seri dan tidak pernah jemu dan lelah melayani penghuni surga. Begitu menarik wajah pelayan itu, cerah dan gembira, sehingga yang memandangnya melihat bagaikan mutiara bertebaran.

Tafsir Quraish Shihab: Anak-anak muda yang tidak pernah tua turut serta dalam kegembiraan berkeliling melayani mereka. Jika kamu melihat pelayan-pelayan muda itu begitu cepat dan tangkas berkeliling melayani mereka, kamu akan mengira mereka–karena sangat tampan dan putihnya–bagaikan mutiara yang menaburkan cahaya.

Surah Al-Insan Ayat 20
وَإِذَا رَأَيۡتَ ثَمَّ رَأَيۡتَ نَعِيمًا وَمُلۡكًا كَبِيرًا

Terjemahan: Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا رَأَيۡتَ (Dan apabila kamu melihat di sana) maksudnya, kamu diizinkan untuk melihat surga ثَمَّ رَأَيۡتَ (niscaya kamu akan melihat) menjadi Jawab Syarath dari Idzaa نَعِيمًا (berbagai macam kenikmatan) yang tak dapat digambarkan وَمُلۡكًا كَبِيرًا (dan kerajaan yang besar) yang luas dan tak terbatas.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا رَأَيْتَ (“dan jika kamu melihat.”) yakni jika kamu menyaksikan, hai Muhammad, tsamma; yakni disana, yaitu di surga dengan segala kenikmatan, keluasan, ketinggian dan semua kebahagiaan dan kegembiraan yang terdapat di dalamnya, رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا (“niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.”) yakni kerajaan milik Allah di sana sangat agung dan kekuasaan-Nya pun sangat megah.

Dan telah ditegaskan dalam hadits shahih bahwa Allah telah berfirman kepada penghuni neraka yang paling terakhir keluar, dan juga kepada kepada penghuni surga yang paling terakhir masuk: “Sesungguhnya kamu akan memperoleh kenikmatan seperti di dunia, bahkan sepuluh kali lipatnya.”

Tafsir Kemenag: Apabila penduduk surga melihat keadaan di surga, niscaya ia akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Kalau dilihat surga itu menurut penuturan ayat ini bagaikan sebuah kerajaan besar yang tiada taranya, sehingga banyak penafsiran yang saling berbeda tentang pengertian kerajaan besar itu. Yang terpenting bagi kita ialah beriman dan percaya tentang adanya surga yang tidak dapat dilukiskan.

Tafsir Quraish Shihab: Dan jika kamu dapat menyaksikan tempat-tempat di surga, kamu akan dapatkan di dalamnya kenikmatan yang besar dan kerajaan yang luas.

Surah Al-Insan Ayat 21
عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ ۖ وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا

Baca Juga:  Surah Al-Insan Ayat 4-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.

Tafsir Jalalain: عَالِيَهُمْ ثِيَابُ (Pakaian luar mereka) dinashabkan karena menjadi Zharaf, dan menjadi Khabar dari Mubtada sesudahnya. Menurut qiraat lain dibaca ‘Aaliyhim karena dianggap menjadi Mubtada sedangkan lafal sesudahnya menjadi Khabarnya, dan Dhamir Muttashilnya kembali kepada Ma’thuf ‘Alaih سُنْدُسٍ (dari sutera halus) terbuat daripadanya خُضْرٌ (yang hijau) dibaca Rafa’ yakni Khudhrun وَإِسْتَبْرَقٌ (dan sutera tebal) dibaca Jaar yakni Istabraqin artinya, sutera yang tebal. Yakni pakaian bagian luar mereka terbuat dari sutera halus, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari sutera tebal.

Menurut suatu qiraat dibaca Khudhrin Waistabraqun; menurut qiraat lainnya dibaca Khudhrun Waistabraqun; dan menurut suatu qiraat lain lagi dibaca Khudrin Waistabraqin وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ (dan mereka diberi perhiasan dari gelang-gelang perak) tetapi pada ayat lainnya disebutkan terbuat dari emas; hal ini menunjukkan bahwa mereka diberi perhiasan yang terbuat dari emas dan perak secara berbarengan, tetapi terpisah-pisah وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا (dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih) atau sangat bersih, berbeda dengan keadaan khamar di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ (“Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal.”) yakni pakaian para penghuni surga di surga adalah sutera, yang diantaranya adalah sundus yang merupakan sutera yang berkualitas tinggi, seperti qimshan dan yang semisalnya, yang melekat pada badan mereka [pakaian dalam]. Ada juga istabraq, di dalamnya terdapat kilauan dan kilatan, dan itulah yang merupakan pakaian luar, sebagaimana lazimnya pakaian yang ada.

وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ (“Dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak.”) dan demikianlah sifat orang-orang yang berbuat baik. Adapun orang-orang yang mendekatkan diri adalah seperti yang difirmankan Allah yang artinya: “Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera.” (al-Hajj: 23)

Setelah Allah menyebutkan hiasan luar berupa sutera dan perhiasan, maka selanjutnya Dia berfirman: وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا (“Dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih.”) yakni dibersihkan hati mereka dari sifat hasad, dengki, menyakiti orang lain dan dari seluruh sifat-sifat tercela lainnya.

Tafsir Kemenag: Kemudian dalam ayat ini diterangkan pula bahwa pakaian mereka terbuat dari sutra halus berwarna hijau, dihiasi gelang yang terbuat dari perak dan emas. Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih dan lezat cita rasanya. Sutra dan emas disebutkan secara khusus di sini karena keduanya sangat disukai manusia dan dianggap sebagai barang berharga dan simbol kemewahan.

Pada ayat lain, Allah berfirman: ?Mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah. (al-Kahf/18: 31)

Dibandingkan dengan kebiasaan para raja-raja di dunia ini yang memakai pakaian kebesaran bertahtakan emas dan berlian, maka kesenangan yang dinikmati dalam surga itu jauh lebih sempurna, hebat, dan nikmat, serta sifatnya kekal abadi. Demikianlah beberapa gambaran kebahagiaan yang akan diperoleh golongan abrar di surga kelak.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka mengenakan baju sutra halus berwarna hijau dan baju sutera yang tebal. Perhiasan yang mereka kenakan di tangan adalah gelang-gelang yang terbuat dari perak. Mereka pun mendapatkan minuman lain yang suci dan tidak mengandung kotoran dan keburukan, sebagai karunia Tuhan kepada mereka.

Surah Al-Insan Ayat 22
إِنَّ هَٰذَا كَانَ لَكُمۡ جَزَآءً وَكَانَ سَعۡيُكُم مَّشۡكُورًا

Terjemahan: Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).

Tafsir Jalalain: إِنَّ هَٰذَا (Sesungguhnya ini) yakni kenikmatan ini كَانَ لَكُمۡ جَزَآءً وَكَانَ سَعۡيُكُم مَّشۡكُورًا (adalah balasan untuk kalian, dan usaha kalian adalah disyukuri.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: إِنَّ هَٰذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا (“Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri.”) maksudnya dikatakan kepada mereka bahwa yang demikian itu merupakan penghormatan bagi mereka sekaligus sebagai bentuk kebaikan untuk mereka, sebagaimana difirmankan Allah:

kuluu wasyrabuu Hanii-am bimaa aslaftum fil ayyaamil khaaliyah (“Makan dan minuumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”) (al-Haaqqah: 24) وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا (“dan usahamu adalah disyukuri.”) yakni, Allah akan membalas usaha kalian yang sedikit dengan balasan yang banyak.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan lagi bahwa sesungguhnya kenikmatan yang dianugerahkan Allah itu merupakan ganjaran bagi orang-orang abrar, karena amal perbuatan mereka di dunia disyukuri, diterima, dan diridai Allah. Inilah pemberian Allah kepada mereka sebagai balasan atas apa yang sudah mereka lakukan di dunia.

Pada ayat lain, Allah berfirman: (Kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (al-haqqah/69: 24).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya kenikmatan ini disediakan untuk kalian sebagai ganjaran dari amal perbuatan kalian. Usaha yang telah kalian lakukan di dunia itu dipuji, diridai dan diterima oleh Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Insan Ayat 13-22 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S