Surah Al-Mumtahanah Ayat 4-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mumtahanah Ayat 4-6

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mumtahanah Ayat 4-6 ini, Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk mencontoh Nabi Ibrahim dan orang-orang yang beriman besertanya, ketika ia berkata kepada kaumnya yang kafir dan menyembah berhala, “Hai kaumku, sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu semua, dan dari apa yang kamu sembah selain Allah.”

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mumtahanah Ayat 4-6

Surah Al-Mumtahanah Ayat 4
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِهِمۡ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُاْ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةُ وَٱلۡبَغۡضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَحۡدَهُۥٓ إِلَّا قَوۡلَ إِبۡرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسۡتَغۡفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمۡلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىۡءٍ رَّبَّنَا عَلَيۡكَ تَوَكَّلۡنَا وَإِلَيۡكَ أَنَبۡنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ

Terjemahan: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:

“Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”.

Tafsir Jalalain: قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ (Sesungguhnya telah ada suri teladan bagi kalian) lafal uswatun dapat pula dibaca iswatun, artinya teladan atau panutan حَسَنَةٌ فِىٓ إِبۡرَٰهِيمَ (yang baik pada Ibrahim) yakni pada diri Nabi Ibrahim, baik perkataan maupun perbuatannya وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ (dan pada orang-orang yang bersama dia) dari kalangan orang-orang yang beriman.

إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِهِمۡ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُاْ (ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri) lafal bura-aa-u adalah bentuk jamak dari lafal barii’un, wazannya sama dengan lafal zharifun yang jamaknya zhurafaa’u مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ (dari kalian apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkar kepada kekafiran kalian) kami membenci kekafiran kalian.

وَبَدَا بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةُ وَٱلۡبَغۡضَآءُ أَبَدًا (dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya) lafal wal baghdhaa’u abadan dapat dibaca secara tahqiq dan dapat pula dibaca secara tashil, yakni mengganti huruf hamzah yang kedua menjadi wau حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَحۡدَهُۥٓ إِلَّا قَوۡلَ إِبۡرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسۡتَغۡفِرَنَّ لَكَ (sampai kalian beriman kepada Allah semata.” Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu) perkataan ini merupakan perkataan yang dikecualikan daripada pengertian suri teladan tadi.

Maka sekali-kali kalian tidak boleh mengucapkan kata penyesalan seperti itu, seumpamanya kalian memohonkan ampunan buat orang-orang kafir. Dan juga perkataan Nabi Ibrahim berikut ini. وَمَآ أَمۡلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ (dan aku tiada dapat melindungimu dari Allah) dari siksaan dan pahala-Nya مِن شَىۡءٍ  (barang sedikit pun.”)

Nabi Ibrahim mengungkapkan kata-kata ini sebagai kiasan, bahwasanya dia tidak memiliki buatnya selain dari memohonkan ampun. Perkataan ini pun termasuk di antara hal yang dikecualikan untuk tidak boleh diikuti, karena sekalipun pengertian lahiriahnya sebagai ungkapan penyesalan, akan tetapi maksudnya berkaitan dengan pengertian kalimat yang pertama.

Pengertian lahiriah kalimat yang kedua ini sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah swt., ” Katakanlah! ‘Maka siapakah gerangan yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagi kamu.'” (Q.S. Al-Fath 11)

Permohonan ampun Nabi Ibrahim buat bapaknya ini sebelum jelas bagi Nabi Ibrahim, bahwa bapaknya itu adalah benar-benar musuh Allah, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam surah Al-Bara’ah atau surah At-Taubah.

رَّبَّنَا عَلَيۡكَ تَوَكَّلۡنَا وَإِلَيۡكَ أَنَبۡنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ (“Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”) Kalimat ini termasuk doa yang selalu diucapkan oleh Al-Khalil atau Nabi Ibrahim dan orang-orang beriman yang bersamanya; yakni, mereka mengucapkan kata-kata tersebut.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: illaa qaula ibraaHiima li abiiHi la astaghfiranna laka (“kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: ‘Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagimu.’”) maksudnya pada diri Ibrahim dan kaumnya itu terdapat suri teladan yang baik bagi kalian, kecuali perihal permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya, karena permohonan ampun itu hanya karena Ibrahim sudah terlanjur berjanji untuk memintakan ampun bagi ayahnya.

Baca Juga:  Surah Al-Mumtahanah Ayat 12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Namun ketika Ibrahim tahu bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, dia pun segera berlepas diri darinya. Hal itu terjadi karena sebagian dari kalangan orang-orang yang beriman selalu mendoakan ayah-ayah mereka yang telah meninggal dunia dalam kemusyrikan dan memohonkan ampunan untuk mereka seraya mengatakan:

“Sesungguhnya Ibrahim telah mendoakan ampunan untuk ayahnya.” Maka Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia menurunkan ayat yang artinya:

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.” (at-Taubah: 113-114)

Sedangkan dalam surah al-Mumtahanah ini Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:

“Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya:

“Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah.” Maksudnya tidak ada suri tauladan bagi kalian dalam hal tersebut, yakni dalam hal permohonan ampunan bagi orang-orang musyrik. Demikian itu yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah, Muqatil bin Hayyan, adh-Dhahhak dan lain-lain.

Setelah itu Allah berfirman seraya memberitahukan tentang ucapan Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka berpisah dari kaumnya dan melepaskan diri dari mereka. Lalu mereka menuju perlindungan Allah Ta’ala dan menundukkan diri pada-Nya seraya berkata:

رَّبَّنَا عَلَيۡكَ تَوَكَّلۡنَا وَإِلَيۡكَ أَنَبۡنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ (“Ya Rabb kami, hanya kepada Engkau-lah kami bertawakal dan hanya kepada Engkau-lah kami bertaubat, dan hanya kepada-Mu lah kami kembali.”) maksudnya kami betawakal kepada-Mu dalam segala urusan, kami serahkan seluruh permasalahan kami kepada-Mu dan sesungguhnya hanya kepada-Mu kami akan kembali di alam akhirat kelak.

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk mencontoh Nabi Ibrahim dan orang-orang yang beriman besertanya, ketika ia berkata kepada kaumnya yang kafir dan menyembah berhala, “Hai kaumku, sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu semua, dan dari apa yang kamu sembah selain Allah.” Kemudian diterangkan bahwa yang dimaksud Ibrahim dengan berlepas diri itu ialah:

1. Nabi Ibrahim mengingkari kaumnya, tidak mengacuhkan tuhan-tuhan mereka, dan tidak membenarkan perbuatan mereka yang menyembah patung-patung yang tidak dapat memberi manfaat dan mudarat kepada siapa pun. Allah berfirman:

Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. (al-hajj/22: 73) 2.

Nabi Ibrahim mengatakan bahwa antara dia dengan kaumnya yang ingkar telah terjadi permusuhan dan saling membenci selamanya. Ibrahim menyatakan akan tetap menentang kaumnya sampai mereka meninggalkan perbuatan syirik. Jika mereka telah beriman, permusuhan itu baru akan berakhir. Terhadap ayahnya yang masih kafir, ia tidak mengambil sikap yang tegas seperti sikapnya terhadap kaumnya. Ia berjanji akan mendoakan agar Allah mengampuni dosa-dosa ayahnya.

Dalam hal ini, Allah melarang kaum Muslimin mencontoh Ibrahim, sekalipun ia akhirnya berlepas tangan pula terhadap ayahnya, setelah nyata baginya keingkaran bapaknya itu. Benar ada di antara orang yang beriman mendoakan ayah-ayah mereka yang meninggal dalam keadaan musyrik. Mereka beralasan mencontoh perbuatan Ibrahim itu. Maka Allah membantah perbuatan mereka:

Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam.

Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (at-Taubah/9: 113-114)

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 75; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Selanjutnya Nabi Ibrahim berkata kepada ayahnya bahwa dia tidak mampu menolongnya. Ia hanya bisa berdoa agar Allah memberi taufik berupa iman kepadanya.

Tafsir Quraish Shihab: Kalian benar-benar telah mendapatkan teladan baik pada diri Ibrâhîm dan orang-orang yang beriman bersamanya, pada saat berkata kepada kaumnya, “Kami benar-benar putus hubungan dengan kalian dan tuhan-tuhan selain Allah yang kalian sembah. Kami ingkar kepada kalian.

Antara kita telah terjadi saling bermusuhan dan saling benci, dan tidak akan hilang kecuali jika kalian beriman kepada Allah semata.” Tetapi perkataan Ibrâhîm kepada bapaknya, “Aku pasti akan memintakan ampunan untukmu walaupun tidak mempunyai kekuasaan apa-apa atas hal-hal yang akan Allah lakukan,” tidak termasuk dalam hal yang harus diteladani.

Sebab, Ibrâhîm mengatakan itu sebelum tahu bahwa ayahnya tetap bersikeras memusuhi Allah. Setelah Ibrâhîm tahu hal itu, ia lepas tangan dari ayahnya. Katakan, wahai orang-orang Mukmin, “Ya Tuhan kami, hanya kepada-Mu kami bersandar, kembali, dan berpulang di akhirat kelak!”

Surah Al-Mumtahanah Ayat 5
رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ وَٱغۡفِرۡ لَنَا رَبَّنَآ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

Terjemahan: “”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Tafsir Jalalain: رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ (“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi orang-orang kafir) maksudnya janganlah Engkau menjadikan mereka menang atas kami, sehingga nanti mereka menduga, bahwa mereka berada dalam jalan yang benar, lalu karena itu mereka terfitnah, yakni akal mereka ditujukan untuk mempengaruhi kami.

ٱغۡفِرۡ لَنَا رَبَّنَآ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (Dan ampunilah kami Ya Rabb kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”) Maha Perkasa di dalam kerajaan-Mu lagi Maha Bijaksana perbuatan-Mu.

Tafsir Ibnu Katsir: رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ (“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami [sasaran] fitnah bagi orang-orang kafir.”) Mujahid mengatakan: “Janganlah Engkau mengadzab kami melalui tangan-tangan mereka dan tidak juga dengan adzab yang ada pada-Mu.” Maka mereka berkata:

“Seandainya orang-orang itu berada dalam kebenaran, niscaya mereka tidak akan tertimpa hal ini.” Demikian pula yang dikatakan oleh adh-Dhahhak. Sedangkan Qatadah mengemukakan: “Artinya, janganlah Engkau memenangkan mereka atas kami sehingga dengan kemenangan itu mereka akan menimbulkan fitnah.

Mereka akan berpandangan bahwa kemenangan mereka atas kami semata-mata karena mereka berada di atas kebenaran.” Penafsiran ini pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir. Sedangkan Ibnu Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu ‘Abbas: “Janganlah Engkau memberikan kekuasaan kepada mereka atas kami, sehingga mereka akan memberikan fitnah kepada kami.”

Firman Allah: وَٱغۡفِرۡ لَنَا رَبَّنَآ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (“Dan ampunilah kami, ya Rabb kami. Sesungguhnya hanya Engkau-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”) maksudnya tutupilah dosa-dosa kami dari pihak selain diri-Mu, dan ampunilah dosa-dosa yang pernah terjadi antara kami dan Diri-Mu.

إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ (“Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Mahaperkasa”) artinya, orang yang berlindung kepada-Mu tidak akan pernah terdhalimi. ٱلۡحَكِيمُ (“lagi Mahabijaksana”) yakni dalam ucapan, perbuatan, syariat dan ketetapan-Mu.

Tafsir Kemenag: Sebelum Nabi Ibrahim berpisah dengan kaumnya yang tidak mau menerima seruannya, ia berdoa kepada Allah dengan hati yang tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Dalam doanya ia berkata, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir.”

Dengan perkataan lain, arti ayat ini ialah Nabi Ibrahim memohon agar Allah tidak memenangkan orang kafir atas orang beriman. Hal itu akan memberi kesempatan kepada orang kafir untuk memfitnah orang beriman. Kemenangan itu juga bisa menimbulkan keyakinan pada orang kafir bahwa mereka berada di jalan yang benar sedangkan orang beriman berada di jalan yang salah.

Di akhir ayat, Nabi Ibrahim berdoa, “Wahai Tuhan kami, ampunilah dan maafkanlah dosa kami sehingga perbuatan dosa itu seakan-akan tidak pernah kami kerjakan. Engkaulah tempat kami berlindung. Tuntutan-Mu sangat keras. Engkau melakukan dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan sifat, guna, dan faedahnya.”.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan juga, “Ya Tuhan kami, jangan tempatkan kami pada suatu keadaan yang membuat kami menjadi bahan fitnah bagi orang-orang kafir! Ampuni dosa-dosa kami, ya Tuhan. Engkau benar-benar Mahaperkasa yang tidak terkalahkan, dan Pemilik kebijaksanaan dalam segala tindakan.”

Baca Juga:  Surah Al-Mumtahanah Ayat 1-3; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Mumtahanah Ayat 6
لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِيهِمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡءَاخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ

Terjemahan: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.

Tafsir Jalalain: لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ (Sesungguhnya telah ada bagi kalian) hai umat Muhammad, menjadi jawab qasam yang keberadaannya diperkirakan فِيهِمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡءَاخِرَ (teladan yang baik pada mereka itu, yaitu bagi orang yang mengharap pahala Allah dan hari akhirat) yakni bagi orang yang takut kepada keduanya; atau bagi orang yang menduga bahwa dirinya akan mendapat pahala dan selamat dari siksa.

وَمَن يَتَوَلَّ (Dan barang siapa yang berpaling) seumpamanya dia mengambil orang-orang kafir sebagai teman setia فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ (maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya) yakni tidak membutuhkan makhluk-Nya ٱلۡحَمِيدُ (lagi Maha terpuji) di kalangan orang-orang yang taat kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِيهِمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡءَاخِرَ (“Sesungguhnya pada mereka itu [Ibrahim dan umatnya] ada teladan yang baik bagimu, [yaitu] bagi orang yang mengharap [pahala] Allah dan [keselamatan di] hari kemudian.”) yang demikian itu merupakan penekanan atas pernyataan sebelumnya. Dan dikecualikan dari itu permohonan ampunan oleh Ibrahim untuk ayahnya. Karena keteladanan yang baik yang telah ditegaskan di sini adalah yang pertama itu sendiri.

لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡءَاخِرَ (“bagi orang yang mengharap [pahala] Allah dan [keselamatan di] hari kemudian.”) hal itu merupakan pemicu bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir agar mereka menjadikannya sebagai teladan. وَمَنْ يَتَوَلَّ (“dan barangsiapa yang berpaling”) dari apa yang diperintahkan Allah Ta’ala: فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (“maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahakaya lagi Mahaterpuji”)

‘Ali bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu ‘Abbas: “Alghaniyyu [Mahakaya], yang kekayaan-Nya telah mencapai kesempurnaan. Demikian sifat Allah yang tidak dapat dinisbatkan kecuali hanya kepada-Nya saja, tidak ada yang dapat menandingi-Nya, serta tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.

Maha suci Allah Yang Mah aesa, Maha perkasa, Maha terpuji. Dan “alhamiid” [Mahaterpuji] berarti yang memberikan segala [sesuatu] yang terpuji kepada makhluk-Nya. Dengan kata lain, hanya Dia yang terpuji dalam segala ucapan dan perbuatan-Nya, tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia, dan tidak ada Rabb melainkan hanya Dia.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengulang perintah untuk menjadikan Nabi Ibrahim dan orang-orang yang beriman besertanya sebagai teladan yang baik dengan maksud agar perintah itu diperhatikan oleh orang-orang yang beriman. Hal ini terutama ditujukan bagi orang yang yakin akan bertemu dengan Allah di akhirat, dan mengharapkan pahala serta balasan surga sebagai tempat yang nikmat.

Orang yang tidak mengikuti perintah Allah, dan tidak mengambil teladan dari orang-orang yang saleh, maka hendaklah mereka ketahui bahwa Allah sedikit pun tidak memerlukannya. Allah Maha Terpuji di langit dan di bumi, dan Dia tidak memerlukan bantuan makhluk-Nya dalam melaksanakan kehendak-Nya.

Allah berfirman: Dan Musa berkata, “Jika kamu dan orang yang ada di bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji. (Ibrahim/14: 8).

Tafsir Quraish Shihab: Sungguh kalian telah mendapatkan teladan yang baik pada Ibrâhîm dan orang-orang yang bersamanya dalam memerangi musuh-musuh Allah. Teladan itu adalah untuk orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan hari akhir.

Barangsiapa yang tidak mau mengambil teladan ini, berarti telah menganiaya diri sendiri, karena Allah benar-benar tidak memerlukan kepada yang lain dan berhak mendapatkan segala puji dari segala sesuatu selain diri-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mumtahanah Ayat 4-6 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S