Surah An-Najm Ayat 19-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Najm Ayat 19-26

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Najm Ayat 19-26 ini, Allah swt bertanya kepada orang-orang musyrik, apakah setelah mereka mendengar tanda-tanda Allah baik kesempurnaan maupun keagungan-Nya dalam kekuasaan, dan setelah mendengar keadaan malaikat dengan kedudukan dan kemampuan mereka yang tinggi, masih saja menjadikan berhala-berhala yang hina keadaannya itu sebagai sekutu bagi Allah, sedangkan mereka mengetahui kebesaran-Nya?.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Najm Ayat 19-26

Surah An-Najm Ayat 19
أَفَرَءَيۡتُمُ ٱللَّٰتَ وَٱلۡعُزَّىٰ

Terjemahan: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza,

Tafsir Jalalain: أَفَرَءَيۡتُمُ ٱللَّٰتَ وَٱلۡعُزَّىٰ (Maka apakah patut kalian menganggap Laata dan Al Uzzaa).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mencela orang-orang musyrik atas penyembahan mereka terhadap berhala-berhala dan sekutu-sekutu serta patung-patung, juga tindakan mereka membuatkan rumah-rumah untuk sembahan-sembahan mereka itu sebagai tandingan bagi Ka’bah yang telah dibangun oleh kekasih Allah, Ibrahim a.s.. أَفَرَءَيۡتُمُ ٱللَّٰتَ (“Maka apakah patut kamu [hai orang-orang musyrik] menganggap al-Lata?”)

al-Lata adalah batu putih besar yang diukir, difasilitasi dengan rumah, tirai, para penjaga, dikelilingi oleh halaman, dan sangat diagungkan oleh kalangan penduduk Tha’if, mereka adalah bani Tsaqif dan para pengikutnya. Mereka membanggakan diri dengan al-Lata atas orang lain dari bangsa Arab setelah Quraisy. Ibnu Jarir mengatakan:

“Mereka telah mengambil nama al-Lata itu dari Nama Allah seraya mengatakan: ‘Al-Lata,’ yang mereka maksudkan adalah pasangan perempuan dari Allah. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan itu setinggi-tingginya.”

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas mengenai firman-Nya: ٱللَّٰتَ وَٱلۡعُزَّىٰ (“Al-Lata dan al-‘Uzza”) ia mengatakan: “Al-Lata adalah seorang laki-laki yang menumbuk tepung bagi para jama’ah haji.”

Ibnu Jarir mengungkapkan bahwa demikian halnya dengan al-‘Uzza yang berasal dari kata al-‘Aziiz, yaitu sebuah pohon yang dinaungi bangunan dan tirai dari daerah Nikhlah yang terletak antara Mekah dan Tha-if, dimana orang-orang Quraisy sangat mengagungkannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Sufyan pada saat terjadi perang Uhud: ‘Kami mempunyai al-‘Uzza sedang kalian tidak.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Katakanlah: ‘Allah adalah Pelindung kami dan tidak ada pelindung bagi kalian.’”

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa bersumpah, maka hendaklah ia mengucapkan: laa ilaaha illallaah (“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah”). Dan barangsiapa berkata kepada temannya: ‘Kemarilah, mari kita main undian.’ Maka hendaklah ia bershadaqah.” Hadits tersebut diarahkan kepada orang yang lidahnya terlanjur mengucapkan sumpah tersebut, sebagaimana lidah-lidah mereka sudah terbiasa mengucapkannya di masa jahiliyah.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh an-Nasa-i, Yunus memberitahu kami dari ayahnya, Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash memberitahuku dari ayahnya, ia berkata: “Aku pernah bersumpah dengan al-Lata dan al-‘Uzza,” lalu para sahabatku berkata:

“Sungguh buruk apa yang engkau katakan itu. Engkau telah mengatakan sesuatu yang menyimpang.” Kemudian aku mendatangi Rasulullah saw. lalu kuceritakan hal tersebut kepada beliau, maka beliau bersabda:

“Ucapkanlah: ‘Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya kerajaan dan pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.’ Kemudian meludahlah tiga kali ke sebelah kirimu dan berlindunglah kepada Allah dari syaitan yang terkutuk, dan kemudian janganlah engkau mengulangi lagi.”

Adapun Manat terdapat di Musyallal, daerah Qadid yang terletak antara Mekah dan Madinah. Bani Khuza’ah, Aus, dan Khazraj sangat mengagungkannya pada masa jahiliyah dan mereka mengucapkan talbiyah dari sana ketika hendak menunaikan ibadah haji menuju Ka’bah.

Hal yang senada juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dari ‘Aisyah. Di jazirah Arab dan yang lainnya terdapat thaghut-thaghut lain selain ketiga thaghut di atas yang senantiasa diagungkan oleh orang-orang Arab layaknya mereka mengagungkan Ka’bah, dimana dalil tentang semua itu telah tercantum di dalam Kitab-Nya yang mulia. Disebutkannya ketiga hal di atas secara khusus karena ketiganya adalah yang paling masyhur.

Di dalam kitab as-Siirah, Ibnu Ishaq mengatakan: “Dahulu masyarakat Arab membuat thaghut-thaghut sebagai rumah selain Ka’bah yang mereka agung-agungkan seperti pengagungan mereka terhadap Ka’bah.

Thaghut-thaghut itu mempunyai penjaga dan tirai, juga diberi persembahan sebagaimana persembahan yang diberikan kepada Ka’bah. Serta dijadikan sebagai tempat thawaf sebagaimana halnya thawaf di Ka’bah, juga dijadikan tempat penyembelihan kurban. Namun mereka mengetahui bahwa Ka’bah lebih utama daripada thaghut-thaghut tersebut karena Ka’bah adalah rumah yang dibangun oleh Ibrahim a.s. sekaligus sebagai masjidnya.

Sementara itu kaum Quraisy dan bani Kinanah mempunya al-‘Uzza di Nikhlah, yang menjadi penjaga dan pemberi tirainya adalah Bani Syaiban dari Salim, para sekutu Bani Hasyim. Kemudian kukatakan bahwa Rasulullah saw. mengutus Khalid bin al-Walid, yang menghancurkannya seraya berucap: “Wahai ‘Uzza, kekufuran menyelimutimu dan tidak ada kesucian padamu, sesungguhnya aku melihat Allah telah menghinakanmu.”

An-Nasa-i meriwayatkan dari Abuth Thufail, ia berkata bahwa setelah Rasulullah saw. membebaskan kota Mekah, beliau mengutus Khalid bin al-Walid ke Nikhlah yang disana terdapat al-‘Uzza. Khalid mendatanginya, ketika al-‘Uzza berada di atas tiga pohon Samurah, maka Khalid memotong ketiga pohon itu kemudian menghancurkan rumah yang terdapat di sana. Lalu mendatangi Nabi saw, dan Khalid memberitahukannya. Maka beliau bersabda: “Kembalilah ke tempat itu, sesungguhnya engkau belum berbuat apa-apa.”

Khalid pun kembali, ketika ia dilihat oleh para penjaga thaghut al-‘Uzza, maka mereka berusaha membuat tipu muslihat. Mereka berkata: “Ya ‘Uzza, ya ‘Uzza.” Maka Khalid mendatanginya. Ternyata ada seorang wanita dalam keadaan telanjang dengan rambut terurai dan menaburkan debu di kepalanya. Khalid langsung menebas leher wanita itu dengan pedang hingga azal menjemputnya. Kemudian Khalid kembali kepada Rasulullah saw. dan memberitahukan hal itu kepada beliau, maka beliaupun bersabda: “Itulah al-‘Uzza.”

Tafsir Kemenag: Allah swt bertanya kepada orang-orang musyrik, apakah setelah mereka mendengar tanda-tanda Allah baik kesempurnaan maupun keagungan-Nya dalam kekuasaan, dan setelah mendengar keadaan malaikat dengan kedudukan dan kemampuan mereka yang tinggi, masih saja menjadikan berhala-berhala yang hina keadaannya itu sebagai sekutu bagi Allah, sedangkan mereka mengetahui kebesaran-Nya?

Baca Juga:  Surah An-Najm Ayat 27-30; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pertanyaan ini merupakan cemoohan dari Tuhan, sebab bagi seorang yang berakal tidak mungkin terlintas dalam pikirannya untuk menyembah berhala yang mereka buat sendiri, kemudian diletakkan dalam suatu rumah yang mereka dirikan sebagai tandingan Ka’bah. Adapun al-Lata adalah nama sebuah batu besar yang berwarna putih, di atas batu itu diukir gambar sebuah rumah.

Al-Lata ini terletak di daerah thaif. Rumah itu dipasangi tabir. Di sekelilingnya ada teras yang diagung-agungkan oleh orang-orang thaif, antara lain Kabilah saqif dan pengikut-pengikutnya. Mereka tergolong orangorang yang lebih membanggakan benda itu daripada orang-orang Arab yang lain selain Quraisy. Kata Ibnu Jarir, mereka menganggap bahwa kata al-Lata itu diambil dari lafal Allah. Mereka menganggap al-Lata (Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan).

Menurut Ibnu ‘Abbas , Mujahid, Rabi’ bin Anas, mereka menamakan al-Lata dari nama seorang laki-laki yang menumbuk tepung untuk jemaah haji. Setelah ia mati, maka orang-orang berkerumun melakukan iktikaf di atas kuburnya yang selanjutnya mereka menyembah dan membuatkan patungnya.

Menurut Ibnu Jarir, al-‘Uzza berasal dari kata ‘Aziz, al-Uzza ialah sebuah pohon yang di atasnya ada sebuah bangunan dan bertirai, bertempat di Nakhlah yaitu antara Mekah dan thaif; orang-orang Quraisy mengagungkan pohon itu.

Diriwayatkan bahwa Abu Sufyan ketika masih musyrik berkata pada waktu peperangan Uhud bahwa merekalah yang mempunyai Uzza, sedangkan yang lain tidak. Maka bersabdalah Rasulullah saw. “Katakanlah! Allah adalah Tuhan kami, dan kamu tidak mempunyai Tuhan.” (Riwayat al-Bukhari dan Ahmad).

Tafsir Quraish Shihab: Apakah kalian mengetahui hal itu sehingga memikirkan Lât, ‘Uzzâ dan, ketiga, Manât yang kalian jadikan tuhan-tuhan sembahan kalian?

Surah An-Najm Ayat 20
وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰٓ

Terjemahan: dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?

Tafsir Jalalain: وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ (Dan Manat yang ketiga) yang ketiga dari yang telah disebutkan tadi ٱلۡأُخۡرَىٰٓ (yang paling terkemudian) berkedudukan sebagai sifat yang mengandung makna celaan. Ketiganya adalah nama berhala-berhala yang terbuat dari batu.

Orang-orang musyrik dahulu menyembahnya, karena mereka menduga, bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada diri mereka di sisi Allah. Maf’ul pertama bagi lafal Afara’aytum adalah lafal Al Laata dan lafal-lafal yang di’athafkan kepadanya. Sedangkan Maf’ul yang keduanya tidak disebutkan.

Makna ayat, “Ceritakanlah kepadaku, apakah berhala-berhala ini memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu yang karena itu kalian menyembahnya selain Allah Yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang telah disebutkan tadi.” Ketika mereka menduga bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, sedangkan mereka sendiri tidak menyukai anak-anak perempuan, lalu turunlah firman-Nya berikut ini,.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰٓ (dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Ibnu Ishaq mengatakan: “Al-Manat itu adalah milik suku Aus dan Khazraj serta orang-orang yang sepaham dengan mereka dari penduduk Yatsrib di tepian laut di pinggiran daerah Musyallal yang terletak di Qadid. Kemudian Rasulullah mengutus Abu Sufyan Shakhr bin Harb ke sana, dan menghancurkannya.” Ada juga yang berpendapat bahwa yang diutus adalah ‘Ali bin Abi Thalib.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah swt melanjutkan ayat yang sebelumnya yaitu bahwa orang-orang musyrik juga menyembah Manat yang ketiga yakni yang terakhir sebagai anak perempuan Allah. Manat itu sebuah batu besar terletak di Musyallal dengan Qudaid antara Mekah dan Medinah.

Kabilah Khuza’ah, al-Aus dan Khazraj mengagungkan Manat ini dan dalam melakukan ibadah haji mereka mulai dari Manat sampai ke Ka’bah. Selain benda-benda yang tiga itu, masih banyak lagi benda-benda yang sangat dimuliakan oleh orang-orang musyrik.

Akan tetapi, yang paling termasyhur adalah tiga benda itu. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang Arab menganggap benda-benda yang tiga itu selain Ka’bah sebagai benda sembahan mereka, dibuat seperti bangunan Ka’bah yang mempunyai tabir yang mereka bertawaf padanya seperti tawaf pada Ka’bah dan memotong binatang kurban di sampingnya. Mereka juga mengetahui kemuliaan Ka’bah yaitu bahwa Ka’bah itu adalah rumah Ibrahim dan masjidnya.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah kalian mengetahui hal itu sehingga memikirkan Lât, ‘Uzzâ dan, ketiga, Manât yang kalian jadikan tuhan-tuhan sembahan kalian?

Surah An-Najm Ayat 21
أَلَكُمُ ٱلذَّكَرُ وَلَهُ ٱلۡأُنثَىٰ

Terjemahan: Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?

Tafsir Jalalain: أَلَكُمُ ٱلذَّكَرُ وَلَهُ ٱلۡأُنثَىٰ (“Apakah patut untuk kalian anak laki-laki dan untuk Allah -anak -perempuan?”).

Tafsir Ibnu Katsir: setelah itu Allah berfirman: أَلَكُمُ ٱلذَّكَرُ وَلَهُ ٱلۡأُنثَىٰ (“Apakah [patut] untukmu [anak] laki-laki dan untuk Allah [anak] perempuan?”) maksudnya, layakkah kalian membuatkan anak bagi-Nya? Kalian klaim anak-Nya berkelamin perempuan, sedangkan kalian memilih kelamin laki-laki untuk diri kalian.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menolak anggapan mereka yang menyatakan bahwa Dia mempunyai anak perempuan dan mereka mempunyai anak laki-laki yang disebabkan oleh persangkaan mereka bahwa perempuan itu lemah dan mempunyai kekurangan sedangkan lakilaki itu sempurna. Ini mengungkapkan anggapan mereka bahwa Allah mempunyai kekurangan, sedangkan mereka yang memiliki kekurangan itu menganggap diri mereka sempurna.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah kalian membagi-bagi, sehingga kalian mengatakan anak laki-laki adalah milik kalian dan anak perempuan adalah milik Allah.

Surah An-Najm Ayat 22
تِلۡكَ إِذًا قِسۡمَةٌ ضِيزَىٰٓ

Terjemahan: Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

Tafsir Jalalain: تِلۡكَ إِذًا قِسۡمَةٌ ضِيزَىٰٓ (Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil) pembagian yang lalim; berasal dari lafal Dhaazahu Yadhiizuhu, artinya berlaku aniaya dan melampaui batas.

Tafsir Ibnu Katsir: Seandainya kalian membagi dengan pembagian ini antara kalian dan makhluk seperti yang kalian lakukan, pastilah قِسۡمَةٌ ضِيزَىٰٓ (“Pembagian itu merupakan pembagian yang tidak adil”) yakni aniaya dan bathil. Bagaimana mungkin kalian memberikan pembagian kepada Allah dengan pembagian seperti itu?

Baca Juga:  Surah An-Najm Ayat 42-55; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pembagian yang seperti mereka katakan dalam ayat 21 itu adalah pembagian yang tidak adil, kurang pantas dan tidak sempurna sebab mereka menganggap bahwa Tuhan mereka mempunyai apa-apa yang mereka sendiri membencinya. Dan untuk mereka apa-apa yang mereka sukai.

Tafsir Quraish Shihab: Pembagian itu sungguh merupakan pembagian yang tidak adil, karena kalian telah menjadikan sesuatu yang tidak kalian sukai untuk Allah.

Surah An-Najm Ayat 23
إِنۡ هِىَ إِلَّآ أَسۡمَآءٌ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٍ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُ وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ

Terjemahan: Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.

Tafsir Jalalain: إِنۡ هِىَ (Itu tidak lain) apa-apa yang telah disebutkan itu إِلَّآ أَسۡمَآءٌ سَمَّيۡتُمُوهَآ (hanyalah nama-nama yang kalian adakan) kalian menamakannya أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم (yakni oleh kalian dan bapak-bapak kalian) sebagai berhala-berhala yang kalian menyembahnya مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا (Allah tidak menurunkan tentangnya) tentang menyembah kepada berhala-berhala itu مِن سُلۡطَٰنٍ (suatu keterangan pun) yakni bukti dan hujjah إِن (tiada lain) يَتَّبِعُونَ (mereka hanya mengikuti) di dalam menyembah berhala-berhala itu إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُ (sangkaan saja dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka) mengikuti apa yang dihiaskan oleh setan, ke dalam hati mereka, yaitu bahwasanya berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada diri mereka di sisi Allah swt.

وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ (dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka) melalui lisan Nabi saw. yang membawa bukti yang pasti, akan tetapi mereka tidak mau meninggalkan apa yang biasa mereka lakukan itu, yaitu menyembah berhala.

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah itu Allah Ta’ala berfirman seraya menolak segala bentuk dusta dan hal-hal yang mereka buat-buat serta kekufuran dalam bentuk penyembahan berhala dan menyebutnya sebagai ilah. إِنۡ هِىَ إِلَّآ أَسۡمَآءٌ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم (“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya.”) yakni, berdasarkan selera kalian sendiri. مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٍ (“Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun.”) yakni hujjah.

إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُ (“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka.”) maksudnya, mereka tidak mempunyai sandaran selain prasangka baik mereka terhadap orang tua mereka yang telah menempuh jalan yang bathil tersebut sebelum mereka.

وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ (“Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka.”) maksudnya Allah Ta’ala telah mengutus para Rasul kepada mereka dengan membawa kebenaran yang bersinar terang dan hujjah yang qath’i (pasti). Meski telah demikian rupa, namun mereka tetap tidak mau mengikuti apa yang datang kepada mereka dan tidak pula mau tunduk kepadanya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa mereka menamakan berhala-berhala itu tuhan, padahal itu hanyalah nama-nama yang tidak mempunyai arti sama sekali. Mereka mengira dan berkeyakinan bahwa berhala-berhala itu mempunyai hak untuk diiktikafi demi ibadat kepadanya dan sebagai tempat menyajikan binatang kurban.

Mereka tidak mempunyai alasan atau mereka tidak dapat menjelaskan sebab dari apa yang mereka katakan dan mereka lakukan. Mereka hanya meniru orang-orang yang terdahulu yang selanjutnya akan diikuti oleh anak cucu mereka. Dalam ayat yang bersamaan artinya Allah berfirman:

Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. (Yusuf/12: 40)

Kemudian Allah swt menguatkan penjelasan-Nya dengan menerangkan bahwa mereka tidak mempunyai alasan kecuali karena berbaik sangka kepada bapak-bapaknya, yang berjalan pada jalan yang salah dan mempertahankan kedudukan mereka dalam masyarakat, atau karena hormat mereka terhadap bapak-bapaknya. Yang jelas mereka menyembah berhala-berhala itu hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan saja, bahwa bapak-bapak mereka dahulu itu berjalan pada jalan yang benar, padahal sebenarnya mereka mengikuti hawa nafsu mereka.

Selanjutnya, Allah swt menerangkan bahwa seharusnya mereka tidak pantas untuk berbuat seperti itu karena telah datang peringatan, apa yang mereka lakukan saat itu adalah suatu kelalaian dan kesalahan. Kemudian dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa mereka hanyalah mengikuti pendapat saja, sedangkan Allah telah mengutus rasul-Nya dengan kebenaran yang nyata dan dengan alasan yang jelas. Maka sudah seharusnyalah mereka menyadari kesalahannya.

Akan tetapi, mereka masih tetap berpaling dari kebenaran. Diterangkan dalam firman Allah sebagai berikut: Seakan-akan mereka keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa. (al-Muddatstsir/74: 50-51).

Tafsir Quraish Shihab: Patung-patung itu tidak lain hanyalah nama yang tak mengandung makna ketuhanan. Kalian dan bapak- bapak kalian memberinya nama sesuai dengan hawa nafsu buruk. Padahal Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun yang menguatkan dugaan kalian itu. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu yang menyimpang dari fitrah yang benar. Sesungguhnya telah datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan jika mereka mau mengikutinya.

Surah An-Najm Ayat 24
أَمۡ لِلۡإِنسَٰنِ مَا تَمَنَّىٰ

Terjemahan: Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?

Tafsir Jalalain: أَمۡ لِلۡإِنسَٰنِ مَا (Atau apakah manusia akan mendapat) bagi masing-masing dari mereka تَمَنَّىٰ (segala yang dicita-citakannya) yang beranggapan, bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada mereka? Padahal kenyataannya tidaklah demikian.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman: أَمۡ لِلۡإِنسَٰنِ مَا تَمَنَّىٰ (“Atau apakah manusia akan mendapatkan segala yang dicita-citakannya?”) maksudnya, tidak semua orang yang menginginkan kebaikan itu akan mendapatkannya: لَّيۡسَ بِأَمَانِيِّكُمۡ وَلَآ أَمَانِىِّ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ (“[Pahala dari Allah itu] bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut Ahlul Kitab.”) (QS an-Nisaa’: 123)

Dan tidak setiap orang yang mengaku dirinya mendapatkan petunjuk menjadi seperti apa yang dikatakannya (berada dalam petunjuk). Dan tidak setiap orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkannya.

Baca Juga:  Surah Al-Waqiah Ayat 27-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Jika seorang dari kalian berangan-angan hendaklah dia mempertimbangkannya karena ia tidak tahu apa yang ditetapkan dari angan-angannya itu.” (HR Ahmad)

Tafsir Kemenag: Maka Allah swt menambahkan dalam ayat ini apakah mereka itu mengharapkan sesuatu yang mereka cita-citakan berupa syafaat dari tuhan-tuhan mereka di akhirat? Tidak, sama sekali berhala-berhala itu tidak ada gunanya, ia tidak akan membantu apa-apa karena berhala-berhala itu adalah benda mati yang keras bagai batu. Bahwasanya segala apa yang ada di dunia dan di akhirat adalah milik Allah, dan berhala-berhala itu tidak memiliki apa-apa.

Allah telah membuat mereka berputus asa untuk mendapat kebaikan dari ibadat kepada berhala. Berhala itu tidak dapat menjadi alat penghubung untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Bahkan manusia sama sekali tidak mendapatkan syafaat patung-patung tersebut atau keinginan- keinginan lain yang dia cita-citakan. Hanya kepunyaan Allahlah perkara akhirat dan dunia seluruhnya.

Surah An-Najm Ayat 25
فَلِلَّهِ ٱلۡءَاخِرَةُ وَٱلۡأُولَىٰ

Terjemahan: (Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.

Tafsir Jalalain: فَلِلَّهِ ٱلۡءَاخِرَةُ وَٱلۡأُولَىٰ (Maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia) tiada sesuatu pun yang terjadi pada keduanya melainkan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: فَلِلَّهِ ٱلۡءَاخِرَةُ وَٱلۡأُولَىٰ (“Maka hanya bagi Allah-lah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.”) maksudnya, seluruh urusan itu hanya milik Allah, Raja dunia dan akhirat, Pengendali di dunia dan di akhirat, dan Dia-lah yang jika menghendaki sesuatu pasti akan terwujud, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak akan pernah terwujud.

Tafsir Kemenag: Maka Allah swt menambahkan dalam ayat ini apakah mereka itu mengharapkan sesuatu yang mereka cita-citakan berupa syafaat dari tuhan-tuhan mereka di akhirat? Tidak, sama sekali berhala-berhala itu tidak ada gunanya, ia tidak akan membantu apa-apa karena berhala-berhala itu adalah benda mati yang keras bagai batu. Bahwasanya segala apa yang ada di dunia dan di akhirat adalah milik Allah, dan berhala-berhala itu tidak memiliki apa-apa.

Allah telah membuat mereka berputus asa untuk mendapat kebaikan dari ibadat kepada berhala. Berhala itu tidak dapat menjadi alat penghubung untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Bahkan manusia sama sekali tidak mendapatkan syafaat patung-patung tersebut atau keinginan- keinginan lain yang dia cita-citakan. Hanya kepunyaan Allahlah perkara akhirat dan dunia seluruhnya.

Surah An-Najm Ayat 26
وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغۡنِى شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـًٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ

Terjemahan: Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).

Tafsir Jalalain: وَكَم مِّن مَّلَكٍ (Dan berapa banyaknya malaikat) banyak di antara para Malaikat فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ (di langit) yang sangat dimuliakan oleh Allah di sisi-Nya لَا تُغۡنِى شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـًٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ (syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan) kepada mereka untuk memberikan syafaat لِمَن يَشَآءُ (bagi orang yang dikehendaki)-Nya di antara hamba-hamba-Nya وَيَرۡضَىٰٓ (dan diridai) ia diridai oleh-Nya, karena ada firman lainnya yang menyatakan, “.. dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah.” (Q.S. Al Anbiya, 28)

Sudah kita maklumi bahwa syafaat para malaikat itu baru ada setelah terlebih dahulu mendapat izin dari Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya, “Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?” (Q.S. Al-Baqarah, 255).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغۡنِى شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـًٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ (“dan berapa banyaknya Malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).”) sebagaimana firman-Nya yang lain: مَن ذَا ٱلَّذِى يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦ (“Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya.”) (al-Baqarah: 255)

Jika demikian itu berlaku kepada para malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, lalu bagaimana muungkin kalian –wahai orang-orang bodoh- akan mengharapkan syafaat dari berhala-berhala dan sekutu-sekutu di sisi Allah, padalah Allah Ta’ala tidak pernah mensyariatkan hal tersebut dan tidak juga mengizinkannya, bahkan Dia benar-benar melarangnya melalui lisan para Rasul-Nya. Dan Dia turunkan larangan itu melalui seluruh Kitab suci-Nya.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah swt menerangkan tentang betapa banyak malaikat di langit yang tidak dapat menolong manusia dengan pertolongan apa pun, kecuali bila Allah memberikan izin kepada mereka untuk orang yang dikehendaki-Nya yaitu orang yang ikhlas dalam perkataan dan perbuatannya.

Apabila keadaan malaikat demikian halnya, sedangkan malaikat adalah makhluk yang dekat kepada Tuhan, maka bagaimana dengan berhala-berhala yang hanya berupa benda mati tidak mempunyai ruh dan kehidupan itu? Jelasnya berhala-berhala itu sama sekali tidak ada manfaatnya.

Tafsir Quraish Shihab: Banyak di antara malaikat di langit, meskipun derajatnya tinggi, yang sama sekali tidak dapat memberi syafaat kecuali sesudah mendapat izin dari Allah untuk diberikan kepada orang yang diperkenankan oleh Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Najm Ayat 19-26 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S