Surah As-Saffat Ayat 1-5; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah As-Saffat Ayat 1-5

Pecihitam.org – Kandungan Surah As-Saffat Ayat 1-5 ini, sebelum membahas kandungan aayat terlebih dahulu kita mengetahui isi surah ini. jadi, Surah ini diawali dengan sebuah sumpah demi malaikat, salah satu makhluk Allah, yang mempunyai tugas berbaris, melarang dan selalu menyenandungkan bacaan bahwa Allah Mahaesa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ayat-ayat selanjutnya menguatkan apa yang disenandungkan oleh malaikat-malaikat itu. Disebutkan, misalnya, bahwa Allah adalah Tuhan Penguasa langit, bumi, semua yang ada di antara keduanya, dan juga Tuhan Penguasa tempat-tempat terbitnya matahari, yang menghias langit yang terdekat dari bumi dengan berbagai gemintang.

Dia melindungi semua itu dari setan pembangkang yang tidak mau menaati perintah- Nya. Setelah berbicara mengenai ajaran tauhid, ayat-ayat selanjutnya kemudian berbicara mengenai kepercayaan tentang datangnya hari kebangkitan. Orang-orang yang meragukan kedatangan hari itu diancam bahwa mereka benar-benar akan didatangi hari itu secara tiba-tiba. Ketika itu, mereka sendiri menyaksikan peristiwa itu.

Pembicaraan tentang hari kiamat ini diperkuat dengan dalil-dali dan bukti-bukti yang menunjukkan betapa peristiwa itu sangat mungkin dan sangat mudah terjadi.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah As-Saffat Ayat 1-5

Surah As-Saffat Ayat 1
وَالصَّافَّاتِ صَفًّا

Terjemahan: Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Jalalain: وَالصَّافَّاتِ صَفًّا (Demi yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya) yaitu para malaikat yang berbaris membentuk saf-saf dalam menyembah Allah, atau para malaikat yang sayap-sayapnya bersaf-saf membentuk barisan di udara sambil menunggu apa yang diperintahkan kepada mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: l)

Tafsir Kemenag: Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak kata-kata untuk bersumpah, yang maksudnya untuk menguatkan kesan yang diberikan dalam ayat-ayatnya. Kata-kata yang dipakai untuk bersumpah itu pastilah kata-kata yang mempunyai arti penting yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya, misalnya: “demi matahari”, “demi malam”, dan sebagainya.

Pada ayat ini, Allah berfirman, “Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf.” Maksudnya ialah demi malaikat-malaikat yang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan teratur, dalam melakukan ibadah dan tugas-tugas lain yang diperintahkan Allah. Hal ini mempunyai arti bahwa para malaikat selalu disiplin, teratur, dan rapi dalam melaksanakan tugas dari Allah. Rasulullah bersabda:

Rasulullah bersabda, ” Mengapa kamu tidak berbaris seperti malaikat berbaris di hadapan Allah?” Kami bertanya, “Bagaimana berbarisnya malaikat di hadapan Allah?” Rasulullah menjawab, “Malaikat menyempurnakan barisan depan kemudian merapatkan dan merapikannya.” (Riwayat Abu Dawud., Ibnu Majah, dan A.hmad dari Jabir bin Samurah).

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan sebuah sumpah demi malaikat, salah satu makhluk Allah, yang mempunyai tugas berbaris, melarang dan selalu menyenandungkan bacaan bahwa Allah Mahaesa. Ayat-ayat selanjutnya menguatkan apa yang disenandungkan oleh malaikat-malaikat itu. Disebutkan, misalnya, bahwa Allah adalah Tuhan Penguasa langit, bumi, semua yang ada di antara keduanya, dan juga Tuhan Penguasa tempat-tempat terbitnya matahari, yang menghias langit yang terdekat dari bumi dengan berbagai gemintang.

Dia melindungi semua itu dari setan pembangkang yang tidak mau menaati perintah- Nya. Setelah berbicara mengenai ajaran tauhid, ayat-ayat selanjutnya kemudian berbicara mengenai kepercayaan tentang datangnya hari kebangkitan. Orang-orang yang meragukan kedatangan hari itu diancam bahwa mereka benar-benar akan didatangi hari itu secara tiba-tiba. Ketika itu, mereka sendiri menyaksikan peristiwa itu.

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 133-138; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pembicaraan tentang hari kiamat ini diperkuat dengan dalil-dali dan bukti-bukti yang menunjukkan betapa peristiwa itu sangat mungkin dan sangat mudah terjadi. Kelak, ketika mereka menyaksikan hari itu, mereka akan berkata, “Celaka! Ini adalah hari pembalasan.” Kepada mereka kemudian dikatakan “Hari ini adalah hari pengadilan yang dahulu kalian dustakan.”

Orang-orang yang menzalimi dirinya itu pun dikumpulkan bersama tuhan-tuhan palsu yang dahulu mereka sembah. Mereka akan bertanya, dan tuhan-tuhan itu pun akan menjawab dan memberikan alasan. Masing-masing menyalahkan pihak lain setelah merasakan penderitaan di hari itu. Padahal, mereka semua akan merasakan siksaan. Sebab mereka melakukan kejahatan yang sama: bersikap sombong lalu tidak mau mengakui keesaan Tuhan, dan menuduh bahwa rasul yang diutus kepada mereka itu gila.

Padahal, rasul itu justru datang membawa kebenaran dan bukti yang menguatkan bahwa mereka benar-benar jujur dalam menyampaikan misi Tuhan. Sedangkan orang-orang Mukmin yang beribadah dengan ikhlas, seperti disebutkan pada ayat-ayat selanjutnya, akan merasakan berbagai macam kenikmatan. Mereka akan mengingat-ingat karunia Allah yang telah mereka rasakan. Mereka juga akan mencari-cari orang yang dahulu menjadi teman buruknya, yang kemudian ditemukan sedang berada di dalam neraka.

Mereka akhirnya mengucap tahmid memuji Allah karena telah terjaga sehingga tidak mengikuti ajakan teman- teman buruk itu. Pada bagian selanjutnya, surat ini berbicara mengenai derajat orang-orang zalim dan orang-orang Mukmin. Dilanjutkan, kemudian, dengan kisah beberapa rasul terdahulu sebagai pelipur lara bagi Nabi Muhammad saw. sekaligus sebagai pelajaran bagi kaumnya yang tidak percaya.

Setelah mengutarakan berbagai kisah dari berbagai zaman dan dengan berbagai tokoh yang berbeda pula–dengan satu kesamaan, yaitu kisah mengenai misi kenabian–ayat-ayat berikutnya mematahkan anggapan orang-orang musyrik bahwa Allah mempunyai anak perempuan dan mereka mempunyai anak laki-laki, bahwa Allah menciptakan malaikat bergender perempuan, dan bahwa mereka adalah calon penghuni surga.

Allah Mahasuci dari semua anggapan mereka itu. Orang-orang yang menghambakan diri kepada Allah akan mendapat pertolongan, dan tentara-tentara yang membela agama Allah itu akan menang. Sedangkan orang-orang yang diperingatkan itu akan menerima siksaan.

Akhirnya surah ini ditutup dengan tasbih penyucian Tuhan dari segala sifat yang disandangkan orang-orang musyrik kepada-Nya, ucapan selamat kepada para rasul dan tahmid bagi-Nya, Tuhan alam semesta.]] Aku bersumpah demi sekelompok makhluk ciptaan-Ku yang berbaris teratur, tunduk beribadah.

Surah As-Saffat Ayat 2
إِنَّمَآ أَمۡرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيۡـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Terjemahan: dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat),

Tafsir Jalalain: فَٱلزَّٰجِرَٰتِ زَجۡرًا (Dan demi rombongan yang menggiring dengan sebenar-benarnya) demi para malaikat yang menggiring atau mengarak awan.

Tafsir Ibnu Katsir: فَٱلزَّٰجِرَٰتِ زَجۡرًا (“Dan demi [rombongan] yang melarang dengan sebenar-benarnya [dari perbuatan maksiat]”) yaitu para malaikat,

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah bersumpah dengan menyebut para malaikat yang menghardik untuk melarang makhluk sedemikian rupa dari perbuatan-perbuatan maksiat. Malaikat adalah makhluk Allah yang sangat patuh dan taat kepada perintah dan larangan-Nya. Oleh sebab itu, mereka tidak senang melihat makhluk lain yang berbuat kemaksiatan, melanggar larangan Allah, dan tidak melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya. Mereka menghardiknya seperti seorang gembala yang menghardik untuk menghalau ternaknya.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka mencegah orang-orang yang melampaui batas-batas yang telah ditentukan-Nya dengan sungguh-sungguh sehingga menjamin kelestarian sistem aturan Tuhan dan kehidupan semua makhluk.

Surah As-Saffat Ayat 3
فَٱلتَّٰلِيَٰتِ ذِكۡرًا

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 2; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,

Tafsir Jalalain: فَٱلتَّٰلِيَٰتِ (Dan demi rombongan yang membacakan) maksudnya para pembaca Alquran yang sedang membacakannya sebagai ذِكۡرًا (peringatan) lafal Dzikran menjadi Mashdar dari makna Fi’il At-Taaliyaat. Maksudnya, demi para qari yang membacakan peringatan atau Alquran.

Tafsir Ibnu Katsir: فَٱلتَّٰلِيَٰتِ ذِكۡرًا (“Dan demi [rombongan] yang membacakan pelajaran,”) yaitu para malaikat. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Masruq, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, Mujahid, as-Suddi, Qatadah dan ar-Rabi’ bin Annas. Qatadah berkata: “Para malaikat bershaf-shaff di langit.”

Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Jabir bin Samurah, ia berkata: bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Apakah kalian tidak bershaff-shaff sebagaimana malaikat bershaff-shaff di sisi Rabb mereka?” kami bertanya: “Bagaimana para malaikat bershaff-shaaf di sisi Rabb mereka?” Rasulullah saw. bersabda: “Mereka menyempurnakan shaff-shaff terdepan terlebih dahulu dan merapatkannya.”

As-Suddi dan lain-lain berkata tentang makna firman Allah: فَٱلزَّٰجِرَٰتِ زَجۡرًا (“Dan demi [rombongan] yang melarang dengan sebenar-benarnya [dari perbuatan maksiat]”) bahwa mereka melarang awan.” Ar-Rabi’ bin Anas berkata: “فَٱلزَّٰجِرَٰتِ زَجۡرًا (“Dan demi [rombongan] yang melarang dengan sebenar-benarnya [dari perbuatan maksiat]”) apa yang dilarang oleh Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an.”

Demikian yang diriwayatkan oleh Malik dari Zaid bin Aslam. فَٱلتَّٰلِيَٰتِ ذِكۡرًا (“Dan demi [rombongan] yang membacakan pelajaran,”) as-Suddi berkata: “Para malaikat membaca al-Kitab dan al-Qur’an di sisi Allah kepada manusia.

Ayat ini seperti firman Allah: fal muqaasimaati dzikran ‘udzran au nudzran (“Dan [malaikat-malaikat] yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan.”)(al-Mursalaat: 5-6)

Tafsir Kemenag: Allah bersumpah dengan menyebutkan malaikat yang senantiasa membacakan zikir atau ayat-ayat-Nya. Pernyataan ini berarti bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah dengan perantaraan malaikat. Demikian pula wahyu Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad, juga disampaikan dengan perantaraan malaikat.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka membacakan ayat-ayat Tuhan dan selalu berzikir kepada Allah dengan bertasbih dan bertahmid.

Surah As-Saffat Ayat 4
إِنَّ إِلَٰهَكُمۡ لَوَٰحِدٌ

Terjemahan: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

Tafsir Jalalain: إِنَّ إِلَٰهَكُمۡ لَوَٰحِدٌ (Sesungguhnya Tuhan kalian) hai penduduk Mekah (benar-benar Esa.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِنَّ إِلَٰهَكُمۡ لَوَٰحِدٌ (“Sesungguhnya Ilahmu benar-benar Esa) ini adalah sesuatu yang dijadikan sumpah oleh-Nya, bahwa Allah Ta’ala, tidak ada ilah [yang haq] kecuali Dia.

Tafsir Kemenag: Allah menegaskan pada ayat ini bahwa Dia benar-benar Maha Esa. Ia tidak berserikat dengan siapa pun dalam menciptakan, memelihara, dan menguasai segala makhluk-Nya. Tuhan yang pantas ditaati dan disembah memang hanya satu, yaitu Allah swt. Dalam Surah al-Ikhlash, jelas Allah menerangkan zat-Nya: huwa Allah ahad, Allah ash-shamad.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Tuhan yang pantas kalian sembah hanya satu. Dia tidak mempunyai sekutu yang menyertainya, baik pada diri, perbuatan maupun sifat-Nya.

Surah As-Saffat Ayat 5
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ الْمَشَارِقِ

Terjemahan: Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari.

Tafsir Jalalain: رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ الْمَشَارِقِ (Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari) dan tempat-tempat terbenamnya pada setiap harinya, yaitu arah Timur dan arah Barat.

Tafsir Ibnu Katsir: رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (Rabb langit dan bumi) ini adalah sesuatu yang dijadikan sumpah oleh-Nya, bahwa Allah Ta’ala, tidak ada ilah [yang haq] kecuali Dia, Rabb langit dan bumi. وَمَا بَيْنَهُمَا (“Dan apa yang ada di antara keduanya”) artinya dari berbagai makhluk. وَرَبُّ الْمَشَارِقِ (“Dan Rabb tempat terbit-terbit matahari.”) yaitu Dialah raja yang berhak mengatur makhluk-Nya dengan menundukkannya beserta isinya, berupa bintang-bintang yang tetap dan yang beredar.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 76-77; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terbit dari timur dan terbenam di barat. Cukup disini hanya menyebut timur [yang menunjukkan] tentang adanya barat, karena lafadz itu telah mengandung maknanya. Hal itu telah ditegaskan dalam firman Allah: rabbul masyriqaini wa rabbul maghribaini (“Rabb yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya.”)(ar-Rahmaan: 17) yaitu, di musim panas dan dingin bagi matahari dan bulan.

Tafsir Kemenag: Kata-kata sumpah yang terdapat pada ayat-ayat yang lalu diikuti dengan keterangan dan pembuktian tentang kekuasaan Allah. Maka pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan yang menciptakan dan memelihara semua langit dan bumi, serta segala apa yang berada di antara keduanya.

Dia pula yang menguasai seluruh penjuru alam ini, antara lain tempat-tempat terbitnya matahari setiap hari sepanjang tahun. Ini semuanya menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya, serta keindahan dari semua ciptaan-Nya yang tak dapat ditiru oleh siapa pun juga.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Dialah Pencipta langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya. Dia yang mengatur segala sesuatu. Dan Dialah Pemilik tempat-tempat terbitnya matahari. (1). (1) Allah adalah pencipta langit dan bumi beserta benda-benda langit dan planet-planet yang ada di antara keduanya. Dialah yang memelihara dan menjaga tempat terbitnya matahari dan bintang-bintang lainnya.

Dialah yang setiap hari memunculkannya dari ufuk timur pada posisi yang berbeda dengan sehari sebelumnya. Hal itu merupakan ketetapan hukum alam yang berlaku dalam tata surya ketika bumi berputar pada porosnya dari arah barat ke arah timur sekali dalam satu hari dan pada saat yang bersamaan berputar pada orbitnya mengelilingi matahari.

Dengan berputarnya bumi pada porosnya setiap hari, matahari dan bintang-bintang tampak bagi penghuni bumi bersinar di tempat yang berbeda-beda. Setiap kali bumi mengubah posisinya ketika beredar pada kubah langit, matahari tampak bersinar dari tempat berbeda. Kalau kita memperhatikan matahari secara teratur mulai akhir bulan Maret–yaitu ketika terjadi musim semi–dan dari belahan bumi sebelah utara, matahari tampak bersinar pada sebuah titik di ufuk timur.

Setiap suatu hari berlalu matahari terbit pada titik yang mendekati arah utara. Pada akhir Juni kita akan melihat matahari terbit di tempat yang paling dekat ke utara. Setelah itu ia akan tampak bergeser kembali ke arah semula sampai akhir September–saat musim gugur–di mana matahari terbit pada posisi seperti pada musim semi. Setelah itu matahari terus bergerak ke arah selatan dan terbit pada titik terdekat ke selatan pada akhir Desember.

Kemudian tampak kembali ke arah utara dengan meyelesaikan putarannya pada musim semi berikutnya. Semua itu memakan waktu 365,25 hari. Bintang-bintang pun demikian pula, terbit di tempat yang berbeda-beda di ufuk timur saat perjalanan bumi di busur langit. Khususnya bintang-bintang zodiak yang dua belas yang merupakan tempat berpindahnya matahari sepanjang tahun.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah As-Saffat Ayat 1-5 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S