Surah Az-Zumar Ayat 36-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Az-Zumar Ayat 36-40

Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zumar Ayat 36-40 ini, menerangkan Allah mengancam kita semua dalam bentuk pertanyaan, yaitu siapa yang akan mendapat azab yang menghinakan, dan siapa yang akan terus menerus memperoleh azab itu?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ancaman dalam bentuk pertanyaan ini memberi petunjuk kepada kita bahwa manusia ada saja yang memperoleh azab yang menghinakan, baik di dunia maupun akhirat. Orang-orang kafir dan durhaka juga dapat saja memperoleh azab itu terus-menerus secara kekal.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zumar Ayat 36-40

Surah Az-Zumar Ayat 36
أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُۥ وَيُخَوِّفُونَكَ بِٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ

Terjemahan: “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya.

Tafsir Jalalain: أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُۥ (Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya) yakni Nabi saw. tentu saja, وَيُخَوِّفُونَكَ (Dan mereka mempertakuti kamu) khithab ini ditujukan kepada Nabi saw. sendiri بِٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦ (dengan sesembahan-sesembahan yang selain Allah) yakni, berhala-berhala; maksud mereka, bahwa berhala-berhala itu akan membunuhnya atau akan membuatnya cacat. وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ (Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorang pun pemberi petunjuk baginya.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُۥ (“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya?”) sebagian mereka membaca: عَبۡدَهُۥ, yaitu bahwa Allah Ta’ala cukup untuk melindungi hamba-Nya dan tempat bertawakal. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan di sini dari Fudhalah bin ‘Ubaid al-Anshar, bahwa dia mendengar Rasulullah saw. bersabda:

“Beruntunglah orang yang diberi hidayah kepada Islam, hidupnya apa adanya, tetapi ia merasa puas [cukup] dengannya.” (HR at-Tirmidzi dan an-Nasa’i. At Tirmidzi berkata: “Shahih”)

وَيُخَوِّفُونَكَ بِٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦ (“Dan mereka mempertakutimu dengan [sembahan-sembahan] selain Allah”) yaitu orang-orang musyrik menakut-nakuti Rasulullah saw. serta mengancam beliau dengan berhala-berhala dan tuhan-tuhan mereka yang mereka seru selain Allah karena kejahilan dan kesesatan mereka.

وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ ( Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya.)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan beberapa nikmat yang diberikan kepada Nabi Sulaiman, sebagai jawaban dari pada doanya. Pertama: Allah menganugerahkan kepada Sulaiman kekuasaan menundukkan angin. Atas izin Allah, angin berhembus dengan kencang atau gemulai menurut kehendaknya pula.

Allah berfirman: Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Anbiya’/21: 81) Kedua: Allah menganugerahkan kepadanya kemampuan menundukkan setan-setan yang ahli bangunan dan ahli menyelam, yang melakukan tugas sesuai dengan perintah Sulaiman.

Apabila ia memerintahkan kepada mereka membangun suatu bangunan seperti gedung-gedung pertemuan istana, benteng pertahanan, atau gedung-gedung tempat menyimpan harta kekayaan Sulaiman dan lain-lain, maka tugas itu dapat mereka selesaikan dalam waktu yang sangat singkat.

Apabila Sulaiman memerintahkan mereka untuk mengumpulkan mutiara dan marjan serta kekayaan laut lainnya, tugas itu dapat diselesaikan dengan cepat pula. Ketiga: Allah menganugerahkan kepadanya kekuasaan menundukkan setan yang menentang perintahnya. Tangan dan kaki mereka terikat dalam belenggu, agar tidak berbahaya kepada yang lain, dan sebagai hukuman atas pembangkangannya.

Kekuasaan yang diberikan Allah kepada Sulaiman untuk menundukkan setan maksudnya adalah kekuasaan untuk menggerakkan mereka melakukan tugas-tugas berat, yaitu tugas membangun gedung-gedung, dan menyelam mengeluarkan kekayaan laut. Namun tidak ada keterangan secara pasti mengenai bagaimana Sulaiman membelenggu setan itu.

Sikap yang paling utama ialah kita menerima keterangan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan untuk mengungkapkan pengertiannya, kita serahkan kepada ilmu pengetahuan.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Allahlah yang mencukupi segala kebutuhan hamba-Nya. Orang-orang kafir Quraisy menakut- nakutimu, Muhammad, dengan tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah. Dan itu semua adalah akibat kesesatan mereka.

Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah–karena Dia Mahatahu bahwa orang itu lebih memilih kesesatan daripada hidayah–maka ia tidak akan mendapatkan pembimbing yang menunjukkan jalan yang benar.

Surah Az-Zumar Ayat 37
وَمَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّضِلٍّ أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِى ٱنتِقَامٍ

Terjemahan: “Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab?

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 68-70; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: وَمَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّضِلٍّ أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِعَزِيزٍ (Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa) Maha Menang atas semua perkara-Nya ذِى ٱنتِقَامٍ (lagi mempunyai pembalasan) terhadap musuh-musuh-Nya. Tentu benar.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّضِلٍّ . أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِى ٱنتِقَامٍ (“Dan siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun dapat menyesatkannya.

Bukankah Allah Mahaperkasa lagi mempunyai [kekuasaan untuk] mengadzab?”) yaitu Mahaperkasa lindungan-Nya, dimana orang yang bersandar ke sisi-Nya dan berlindung kepada-Nya tidak akan merasa sempit.

Karena sesungguhnya Dia Mahaperkasa, dimana tidak ada lagi yang lebih perkasa dari-Nya serta tidak ada yang lebih dahsyat hukumannya dari-Nya terhadap orang yang kufur, berbuat syirik dan menentang Rasulullah saw.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan beberapa nikmat yang diberikan kepada Nabi Sulaiman, sebagai jawaban dari pada doanya. Pertama: Allah menganugerahkan kepada Sulaiman kekuasaan menundukkan angin. Atas izin Allah, angin berhembus dengan kencang atau gemulai menurut kehendaknya pula.

Allah berfirman: Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Anbiya’/21: 81) Kedua: Allah menganugerahkan kepadanya kemampuan menundukkan setan-setan yang ahli bangunan dan ahli menyelam, yang melakukan tugas sesuai dengan perintah Sulaiman.

Apabila ia memerintahkan kepada mereka membangun suatu bangunan seperti gedung-gedung pertemuan istana, benteng pertahanan, atau gedung-gedung tempat menyimpan harta kekayaan Sulaiman dan lain-lain, maka tugas itu dapat mereka selesaikan dalam waktu yang sangat singkat.

Apabila Sulaiman memerintahkan mereka untuk mengumpulkan mutiara dan marjan serta kekayaan laut lainnya, tugas itu dapat diselesaikan dengan cepat pula. Ketiga: Allah menganugerahkan kepadanya kekuasaan menundukkan setan yang menentang perintahnya. Tangan dan kaki mereka terikat dalam belenggu, agar tidak berbahaya kepada yang lain, dan sebagai hukuman atas pembangkangannya.

Kekuasaan yang diberikan Allah kepada Sulaiman untuk menundukkan setan maksudnya adalah kekuasaan untuk menggerakkan mereka melakukan tugas-tugas berat, yaitu tugas membangun gedung-gedung, dan menyelam mengeluarkan kekayaan laut. Namun tidak ada keterangan secara pasti mengenai bagaimana Sulaiman membelenggu setan itu.

Sikap yang paling utama ialah kita menerima keterangan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan untuk mengungkapkan pengertiannya, kita serahkan kepada ilmu pengetahuan.

Tafsir Quraish Shihab: Barangsiapa diberi petunjuk kepada kebenaran dan diridai oleh Allah–karena Dia Mahatahu bahwa ia lebih memilih petunjuk daripada kesesatan–maka tidak akan ada yang dapat menyesatkannya dari jalan yang benar. Bukankah Allah Mahaperkasa, dan memiliki pembalasan yang amat kejam? Dia akan melindungi para wali-Nya dari musuh-musuh-Nya.

Surah Az-Zumar Ayat 38
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ قُلۡ أَفَرَءَيۡتُم مَّا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ إِنۡ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلۡ هُنَّ كَٰشِفَٰتُ ضُرِّهِۦٓ أَوۡ أَرَادَنِى بِرَحۡمَةٍ هَلۡ هُنَّ مُمۡسِكَٰتُ رَحۡمَتِهِۦ قُلۡ حَسۡبِىَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ يَتَوَكَّلُ ٱلۡمُتَوَكِّلُونَ

Terjemahan: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.

Tafsir Jalalain: وَلَئِن (Dan sungguh jika) huruf Lam bermakna qasam سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ قُلۡ أَفَرَءَيۡتُم مَّا تَدۡعُونَ (kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru) yang kalian sembah مِن دُونِ ٱللَّهِ (selain Allah) yakni berhala-berhala,

إِنۡ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلۡ هُنَّ كَٰشِفَٰتُ ضُرِّهِۦٓ (jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhala kalian itu dapat menghilangkan kemudaratan itu) tentu saja tidak أَوۡ أَرَادَنِى بِرَحۡمَةٍ هَلۡ هُنَّ مُمۡسِكَٰتُ رَحۡمَتِهِۦ (atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?) tentu saja tidak pula. Menurut suatu qiraat dibaca Kaasyifaati Dhurrihii dan Mumsikaati rahmatihii.

قُلۡ حَسۡبِىَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ يَتَوَكَّلُ ٱلۡمُتَوَكِّلُونَ (Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”) yaitu orang-orang yang percaya hanya kepada-Nya.

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 44; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ (“Dan sesungguhnya apabila kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ niscaya mereka menjawab: ‘Allah.’”) yaitu orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah swt. adalah Mahapencipta segala sesuatu. Walaupun demikian, mereka menyembah selain Allah bersama-Nya sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki mudlarat dan manfaat untuk mereka. Maka Allah berfirman:

“Katakanlah: “Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?” artinya, mereka tidak memiliki urusan apapun.

Ibnu Abi Hatim di sini meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’: “Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu senang, niscaya Dia mengenalmu di waktu sulit. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah.

Dan jika Engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh ummat berhimpun untuk mencelakakanmu yang [kecelakaan itu] tidak ditetapkan Allah untukmu, maka mereka tidak dapat memudlaratkannya untukmu. Dan seandainya mereka hendak memberikan manfaat dengan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah untukmu, maka mereka tidak mampu memberikan manfaat kepadamu.

Shuhuf [catatan amal perbuatan] telah kering dan qalam telah diangkat. Beramallah karena Allah dengan bersyukur secara yakin. Ketahuilah, sesungguhnya bersikap sabar atas apa yang engkau tidak suka merupakan kebaikan yang besar.

Sesungguhnya pertolongan itu bersama kesabaran, dan kemudahan itu bersama kesulitan serta bersama kesulitan ada kemudahan.” (HR Ahmad dalam musnadnya dan at-Tirmidzi dan dia meriwayatkan kebanyakannya. Dan dia berkata: “Hasan Shahih.”)

قُلۡ حَسۡبِىَ ٱللَّهُ (“Katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku.’”) yaitu, Allah Maha mencukupi. عَلَيۡهِ يَتَوَكَّلُ ٱلۡمُتَوَكِّلُونَ (“Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri.”)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan beberapa nikmat yang diberikan kepada Nabi Sulaiman, sebagai jawaban dari pada doanya. Pertama: Allah menganugerahkan kepada Sulaiman kekuasaan menundukkan angin. Atas izin Allah, angin berhembus dengan kencang atau gemulai menurut kehendaknya pula.

Allah berfirman: Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Anbiya’/21: 81) Kedua: Allah menganugerahkan kepadanya kemampuan menundukkan setan-setan yang ahli bangunan dan ahli menyelam, yang melakukan tugas sesuai dengan perintah Sulaiman.

Apabila ia memerintahkan kepada mereka membangun suatu bangunan seperti gedung-gedung pertemuan istana, benteng pertahanan, atau gedung-gedung tempat menyimpan harta kekayaan Sulaiman dan lain-lain, maka tugas itu dapat mereka selesaikan dalam waktu yang sangat singkat.

Apabila Sulaiman memerintahkan mereka untuk mengumpulkan mutiara dan marjan serta kekayaan laut lainnya, tugas itu dapat diselesaikan dengan cepat pula. Ketiga: Allah menganugerahkan kepadanya kekuasaan menundukkan setan yang menentang perintahnya. Tangan dan kaki mereka terikat dalam belenggu, agar tidak berbahaya kepada yang lain, dan sebagai hukuman atas pembangkangannya.

Kekuasaan yang diberikan Allah kepada Sulaiman untuk menundukkan setan maksudnya adalah kekuasaan untuk menggerakkan mereka melakukan tugas-tugas berat, yaitu tugas membangun gedung-gedung, dan menyelam mengeluarkan kekayaan laut.

Namun tidak ada keterangan secara pasti mengenai bagaimana Sulaiman membelenggu setan itu. Sikap yang paling utama ialah kita menerima keterangan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan untuk mengungkapkan pengertiannya, kita serahkan kepada ilmu pengetahuan.

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah, “Apabila kamu tanyakan kepada orang-orang musyrikin itu, wahai Muhammad, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ mereka tentu akan menjawab, ‘Allah yang menciptakan itu semua’.”

Katakan kepada mereka, “Apakah kalian berpikir lalu melihat bahwa tuhan-tuhan, selain Allah, tempat kalian berdoa itu dapat mengusir bahaya yang ada pada diriku, jika Allah menghendaki demikian? Atau, apakah mereka dapat menghalangi pemberian rahmat kepada dariku jika Allah menghendaki demikian?” Katakanlah kepada mereka,

“Dialah yang mencukupi semua kebutuhanku. Hanya kepada- Nyalah, bukan kepada yang lain, hendaknya orang-orang yang bertawakal itu bersandar dan berserah diri.”

Surah Az-Zumar Ayat 39
قُلۡ يَٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُواْ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمۡ إِنِّى عَٰمِلٌ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ

Terjemahan: “Katakanlah: “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui,

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 32-35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: قُلۡ يَٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُواْ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمۡ (Katakanlah, “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaan kalian) kondisi kalian إِنِّى عَٰمِلٌ (sesungguhnya aku akan bekerja pula) sesuai dengan keadaanku فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ (maka kelak kalian akan mengetahui).

Tafsir Ibnu Katsir: Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, Ibnu ‘Abbas menceritakan kepada kami sebuah hadits yang dimarfu’kan kepada Rasulullah saw.: “Barangsiapa yang senang menajdi manusia yang paling kuat, maka hendaklah dia bertawakkal kepada Allah Ta’ala.

Dan barangsiapa yang senang menjadi manusia paling kaya, maka hendaklah apa yang ada di tangan Allah lebih dia percaya dibandingkan apa yang ada di tangannya. Barangsiapa yang senang menjadi manusia yang paling mulia, maka hendaklah bertakwa kepada Allah swt.” (Dlaif. Lihat: Dha’iiful Jaami’ [5627])

Firman Allah: قُلۡ يَٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُواْ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمۡ (“Katakanlah: ‘Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu.’”) yaitu sesuai cara kalian. Ini merupakan teguran dan ancaman. إِنِّى عَٰمِلٌ (“Sesungguhnya aku akan bekerja [pula].”) yaitu sesuai cara dan manhajku. فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ (“Maka kelak kamu akan mengetahui.”) yaitu kalian akan mengetahui akibat dan bahaya dari hal tersebut.

Tafsir Kemenag: Setelah Rasulullah saw mengemukakan argumen yang tidak dapat dibantah lagi oleh kaum musyrikin, Allah memerintahkan beliau supaya menyampaikan ancaman dengan berkata, “Hai kaumku, berbuatlah sesuai dengan anggapanmu, bahwa kamu mempunyai kekuatan dan keterampilan, dan peraslah keringatmu dalam membuat makar dan tipu dayamu, karena aku pun berbuat pula dalam mengokohkan dan menyiarkan agamaku, nanti kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang lebih baik kesudahannya.”.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan kepada mereka, sebagai ancaman, “Wahai kaumku, tetaplah pada sikap ingkar dan mendustakan kalian itu. Aku pun akan tetap melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhanku. Kalian, kelak, akan mengetahui siapa di antara kita yang akan mendapatkan azab yang sangat menghinakan dan abadi yang tak ada akhirnya.

Surah Az-Zumar Ayat 40
مَن يَأۡتِيهِ عَذَابٌ يُخۡزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيۡهِ عَذَابٌ مُّقِيمٌ

Terjemahan: “siapa yang akan mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa oleh azab yang kekal”.

Tafsir Jalalain: مَن (siapa) lafal Man adalah Isim Maushul يَأۡتِيهِ عَذَابٌ يُخۡزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيۡهِ (yang akan mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa) yakni ia ditimpa عَذَابٌ مُّقِيمٌ (oleh azab yang kekal”) yang abadi, yaitu azab neraka; dan sungguh Allah telah menghinakan mereka di dalam perang Badar.

Tafsir Ibnu Katsir: مَن يَأۡتِيهِ عَذَابٌ يُخۡزِيهِ (“Siapa yang akan mendapat siksa yang menghinakannya.”) di dunia. وَيَحِلُّ عَلَيۡهِ عَذَابٌ مُّقِيمٌ (“Dan lagi ditimpa oleh adzab yang kekal.”) yaitu terus menerus dan berkesinambungan, tidak ada jalan keluar darinya. Hal ini terjadi pada hari kiamat, semoga Allah melindungi kita darinya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah mengancam kita semua dalam bentuk pertanyaan, yaitu siapa yang akan mendapat azab yang menghinakan, dan siapa yang akan terus menerus memperoleh azab itu? Ancaman dalam bentuk pertanyaan ini memberi petunjuk kepada kita bahwa manusia ada saja yang memperoleh azab yang menghinakan, baik di dunia maupun akhirat.

Orang-orang kafir dan durhaka juga dapat saja memperoleh azab itu terus-menerus secara kekal. Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati jangan sampai mendapat azab yang diancamkan tersebut dengan cara menjadi mukmin yang taat dan selalu bertawakal kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan kepada mereka, sebagai ancaman, “Wahai kaumku, tetaplah pada sikap ingkar dan mendustakan kalian itu. Aku pun akan tetap melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhanku. Kalian, kelak, akan mengetahui siapa di antara kita yang akan mendapatkan azab yang sangat menghinakan dan abadi yang tak ada akhirnya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zumar Ayat 36-40 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S