Surah Az-Zumar Ayat 68-70; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Az-Zumar Ayat 68-70

Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zumar Ayat 68-70 ini, Allah menyampaikan bahwa Bergembiralah orang yang beriman dan banyak mengerjakan amal saleh dan celaka serta menyesallah orang-orang kafir yang selama hidupnya di dunia selalu bersikap sombong dan takabur dan banyak melakukan perbuatan dosa dan durhaka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zumar Ayat 68-70

Surah Az-Zumar Ayat 68
وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخۡرَىٰ فَإِذَا هُمۡ قِيَامٌ يَنظُرُونَ

Terjemahan: “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).

Tafsir Jalalain: وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ (Dan ditiuplah sangkakala) pada tiupan yang pertama فَصَعِقَ (maka matilah) artinya mati mendadaklah مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ (siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah) yaitu para bidadari, para pelayan surga dan selain keduanya.

ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخۡرَىٰ فَإِذَا هُمۡ (Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka) yakni semua makhluk yang telah mati itu قِيَامٌ يَنظُرُونَ (berdiri seraya menunggu) apa yang bakal diputuskan terhadap diri mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberikan kabar tentang huru-hara hari kiamat serta ayat-ayat [tanda-tanda] yang besar dan goncangan-goncangan dahsyat yang terjadi di saat itu. Firman-Nya: وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ (“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah,”) tiupan ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan kematian, dimana penghuni langit dan bumi yang hidup akan mati, kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah.

Sebagaimana telah datang penegasan dan penafsirannya di dalam hadits sangkakala yang masyhur. Kemudian ruh-ruh sisa makhluk-Nya digenggam, hingga makhluk yang mati paling akhir adalah malaikat Maut dan sendirilah Rabb Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri sendiri, Yang Mahaawal dan Dia pula Yang Mahakekal pada akhirnya selama-lamanya.

Firman-Nya: (“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?”)(al-Mukminun: 16). Dia mengucapkannya tiga kali, lalu Dia sendiri yang menjawabnya secara langusng dengan firman-Nya: (“Kepunyaan Allah Yang Mahaesa lagi Mahamengalahkan.”)(al-Mukminun: 16).

Akulah yang Mahaesa. Sesungguhnya Aku telah memaksa segala sesuatu dan telah memutuskan kebinasaan atas segala sesuatu. Kemudian makhluk yang pertama kali hidup kembali adalah Israfil yang diperintahkan untuk meniup sangkakala yang ketiga kalinya sebagai tiupan kebangkitan.

Firman Allah: ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخۡرَىٰ فَإِذَا هُمۡ قِيَامٌ يَنظُرُونَ (“Kemudian, ditiupkanlah sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu [putusan masing-masing].”) yaitu, hidup kembali.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa nanti pada hari Kiamat akan terjadi dua kali tiupan sangkakala. Pada tiupan pertama akan mati semua yang hidup baik yang di langit maupun yang di bumi. Karena kedahsyatan suara tiupan itu, semua yang bernyawa menjadi lumpuh tak berdaya dan akhirnya mati seperti orang terkena sambaran petir atau strum listrik bertegangan tinggi.

Ada makhluk Allah yang tidak mati pada saat itu karena Allah tidak menghendaki kematiannya, tetapi siapakah mereka itu tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, begitu pula dalam hadis-hadis sahih. Oleh karena itu, kita serahkan saja pengetahuan tentang ini kepada Allah. Mungkin Dia tidak menyebutkan makhluk-Nya yang tidak mati itu karena suatu sebab atau hikmah yang tidak kita ketahui hakikatnya. Akan tetapi, menurut sebuah riwayat dari Abu Ya’la al-Maushuli, makhluk-makhluk yang tidak mati itu ialah Malaikat Jibril, Mikail, dan Izrail.

Setelah itu, makhluk-makhluk itu pun meninggal satu per satu. Sesudah tiupan pertama itu, di mana hampir semua makhluk yang hidup telah mati, maka menyusullah tiupan sangkakala yang kedua. Dengan tiupan yang kedua ini, semua makhluk yang telah mati baik yang mati sebelum terjadinya tiupan pertama maupun yang mati di waktu terjadinya tiupan itu, menjadi hidup kembali. Masing-masing berdiri menunggu apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Ada beberapa hadis mengenai tiupan sangkakala ini di antaranya:

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 73-74; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

1. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. dari Abu Sa’id al-Khudri yaitu: Rasulullah pernah menyebut tentang yang meniup sangkakala dan berkata, “Di sebelah kanannya ada Jibril dan sebelah kirinya ada Mikail.” 2. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah al-Bazzar dan Ibnu Mardawaih dari Abu Sa’id al-Khudri yaitu:

Sesungguhnya di tangan kedua peniup sangkakala itu ada dua buah tanduk yang akan ditiupnya. Mereka berdua selalu mengawasi keadaan sekelilingnya, dan kapan pun keduanya diperintah. Di samping itu, dalam Al-Qur’an tiupan sangkakala itu disebut dengan az-Zajrah, seperti tersebut dalam ayat: Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja; maka seketika itu mereka melihatnya. (ash-shaffat/37: 19) Dan dalam ayat: Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru). (an-Nazi’at/79: 13-14)

Pada ayat-ayat yang lain disebutkan juga dengan “dakwah” (panggilan), seperti pada ayat: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apa-bila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur). (ar-Rum/30: 25) .

Tafsir Quraish Shihab: Pada saat itu, dengan pasti, akan ditiup sangkakala (shûr). (1) Maka seketika matilah semua yang ada di langit dan bumi, kecuali makhluk yang dikehendaki Allah untuk mati pada waktu lain kelak. Kemudian, sangkakala itu ditiup kembali. Serta merta semua akan bangkit kembali dari kuburnya menanti apa yang akan dilakukan Allah pada diri mereka.

(1) Kata “shûr” berarti “bûq”: (‘terompet’). Terompet yang dimaksud dalam ayat ini adalah terompet dari alam gaib yang tidak dapat kita ketahui bentuk dan hakekatnya.

Surah Az-Zumar Ayat 69
وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ وَجِاْىٓءَ بِٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَقُضِىَ بَيۡنَهُم بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ

Terjemahan: “Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.

Tafsir Jalalain: وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ (Dan terang-benderanglah bumi) menjadi terang benderanglah ia بِنُورِ رَبِّهَا (dengan Nur Rabbnya) sewaktu Dia menampilkan kekuasaan-Nya untuk memutuskan perkara peradilan di antara makhluk-Nya وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ (dan diberikanlah kitab) yakni buku catatan amal perbuatan untuk menjalani perhitungan.

وَجِاْىٓءَ بِٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلشُّهَدَآءِ (dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi) yaitu Nabi Muhammad saw. dan umatnya untuk memberikan persaksian, bahwa para rasul benar-benar telah menyampaikan risalah-Nya وَقُضِىَ بَيۡنَهُم بِٱلۡحَقِّ (dan diberi keputusan di antara mereka dengan hak) yakni secara adil وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ (sedangkan mereka tidak dirugikan) barang sedikit pun.

Tafsir Ibnu Katsir: Dia mengatakan: Aku mendengar hal itu dari Rasulullah saw.: “Dan tersisalah manusia-manusia terburuk seringan burung dan seganas binatang buas. Mereka tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang munkar. Lalu setan menampakkan diri kepada mereka dan berkata:

‘Tidakkah kalian memenuhi ajakan.’ Maka dia perintahkan mereka untuk menyembah patung-patung, lalu mereka menyembahnya, padahal mereka berada dalam keadaan rizky yang melimpah dan kehidupan yang mewah. Kemudian ditiupkanlah sangkakala, dimana tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali mendengar ini dan itu, orang yang pertama kali mendengar adalah seorang laki-laki yang sdang memperbaiki tempat airnya [demikian yang tertulis dalam naskah asli.

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 10-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Adapun yang tertulis dalam Shahih Muslim adalah: “…seorang laki-laki yang sedang memperbaii tempat air untanya.’ wallaaHu a’lam] lalu dia mati. Kemudian tidak ada seorangpun yang tersisa kecuali pasti mati. Kemudian Allah Ta’ala mengirimkan atau menurunkan hujan seperti gerimis. –Nu’man ragu, apakah gerimis atau hujan-, maka darinya tumbuh jasad-jasad manusia. Kemudian ditiupkan yang terakhir, tiba-tiba mereka berdiri memandang. Kemudian dikatakan: ‘Hai manusia, berjalanlah menuju Rabb kalian. “Dan tahanlah mereka [di tempat perhentian], karena sesungguhnya mereka akan ditanya.” (ash-Shaaffaat: 24).

Kemudian dikatakan: “Keluarkanlah utusan neraka.” dikatakan: “Berapa banyak?” dijawab: “Dari setiap 1000 adalah 999 [orang].” Maka pada hari itu anak-anak dibangkitkan dalam keadaan beruban dan pada hari itu tersingkaplah betis.”’ (Muslim meriwayatkannya sendiri dalam Shahihnya)

Al-Bukhari meriwayatkan, Umar bin Hafsh bin Ghiyats bercerita kepada kami, ayahku bercerita kepada kami, bahwa al-A’masy berkata: Aku mendengar Abu Shalih berkata: Aku mendengar Abu Hurairah r.a. menceritakan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: “Di antara dua tiupan itu adalah 40.” Mereka bertanya: “Ya Abu Hurairah, 40 hari?” Dia menjawab: “Aku enggan.” Mereka bertanya lagi: “40 tahun?” dia menjawab: “Aku enggan.” Mereka bertanya lagi: “40 bulan?” dia menjawab: “Aku enggan. Seluruh manusia akan binasa kecuali tulang ekor, dimana dengan itulah penciptaan kembali disusun.”

Firman Allah: وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ رَبِّهَا (“Dan terang benderanglah bumi [padang Mahsyar] dengan cahaya [keadilan] Rabb-nya.”) yaitu bercahaya pada hari kiamat ketika Yang Mahabenar Jalla wa ‘Alaa menampakkan diri kepada makhluk-Nya untuk memutuskan berbagai perkara.

وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ (“Dan diberikanlah kitab.”) Qatadah berkata: “Kitab berbagai amal perbuatan. وَجِاْىٓءَ بِٱلنَّبِيِّۦنَ (“Dan datangkanlah para Nabi.”) Ibnu ‘Abbas berkata: “Mereka menjadi saksi atas umat-umat, bahwa mereka telah menyampaikan risalah Allah kepada [umat] mereka semuanya.”
وَٱلشُّهَدَآءِ (“dan saksi-saksi”) yaitu para saksi dari kalangan Malaikat Hafadhah yang menulis amal-amal para hamba, yang baik dan yang buruk. وَقُضِىَ بَيۡنَهُم بِٱلۡحَقِّ (“Dan diberi keputusan di antara mereka dengan kebenaran.”) yaitu dengan keadilan. وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ (“Sedang mereka tidak dirugikan.”)

Tafsir kemenag: Setelah kejadian itu semua, bersinar cemerlanglah bumi Padang Mahsyar bermandikan cahaya Tuhan karena ditegakkannya keadilan Tuhan, dan ditimbanglah semua amal yang baik dan yang buruk, diletakkan di hadapan masing-masing catatan amal mereka, seperti tersebut dalam ayat: Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. (al-Isra’/17: 13) Dan dalam ayat: Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata,

“Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49) Juga dihadirkan para nabi untuk menjadi saksi atas perbuatan umatnya.

Hal ini diterangkan pula pada ayat yang lain: Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka. (an-Nisa’/4: 41) Selain nabi-nabi sebagai saksi dihadirkan pula saksi lain yaitu malaikat yang mencatat semua amal perbuatan mereka. Hal ini tersebut dalam ayat: Setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi. (Qaf/50: 21)

Selain dari kitab catatan amal dan saksi-saksi yang dipercaya itu, ada pula saksi yang terdiri dari anggota tubuh sendiri seperti kaki dan tangan. Semua anggota tubuh itu akan menceritakan nanti apa yang telah dilakukannya, seperti tersebut pada ayat: Pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (an-Nur/24: 24)

Baca Juga:  Seri Tadabbur Al Qur'an; Surah Ali Imran Ayat 78-83

Dapatlah dibayangkan bagaimana hebatnya sidang pengadilan Tuhan di waktu itu. Sidang yang dapat memutuskan setiap perkara dan memvonis orang dengan keputusan yang seadil-adilnya sehingga tak seorang pun yang dirugikan atau teraniaya karenanya.

Sidang tertinggi yang cukup lengkap dengan saksi terpercaya yang tidak dapat dibantah kebenarannya karena setiap saksi saling menguatkan keterangan saksi lainnya. Di saat itulah diputuskan dan ditetapkan nasib setiap orang berdasarkan kebenaran dan sekali-kali tidak mungkin putusan itu bertentangan dengan keadilan dan dapat merugikan atau menjadikan seseorang teraniaya. Hal ini terdapat dalam ayat:

Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (al-Anbiya’/21: 47) .

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari itu bumi akan bercahaya dengan pancaran sinar Sang Pencipta dan Pemiliknya. Disiapkanlah buku yang mencatat amal perbuatan mereka. Lalu didatangkan para nabi dan orang-orang adil untuk menjadi saksi atas perbuatan umat manusia. Mereka pun kemudian diadili secara sangat adil. Mereka tak akan dicurangi dengan dikuranginya pahala atau ditambahnya siksa.

Surah Az-Zumar Ayat 70
وَوُفِّيَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ مَّا عَمِلَتۡ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِمَا يَفۡعَلُونَ

Terjemahan: “Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Tafsir Jalalain: وَوُفِّيَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ مَّا عَمِلَتۡ (Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa apa yang telah dikerjakannya) yakni balasannya وَهُوَ أَعۡلَمُ (dan Dia lebih mengetahui) بِمَا يَفۡعَلُونَ (apa yang mereka kerjakan) maka Dia tidak membutuhkan saksi lagi.

Tafsir Ibnu Katsir: وَوُفِّيَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ مَّا عَمِلَتۡ (“Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa [balasan] apa yang telah dikerjakannya.”) yaitu dari kebaikan dan keburukan. وَهُوَ أَعۡلَمُ بِمَا يَفۡعَلُونَ (“Dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.”)

Tafsir Kemenag: Sesudah melalui timbangan yang menimbang dengan seadil-adilnya, barulah diberikan balasan terhadap amal masing-masing dengan sempurna, yang baik dibalas dengan berlipat-ganda dan yang jahat dengan yang setimpal. Tak ada seorang pun yang memprotes putusan dan balasan itu.

Bergembiralah orang yang beriman dan banyak mengerjakan amal saleh dan celaka serta menyesallah orang-orang kafir yang selama hidupnya di dunia selalu bersikap sombong dan takabur dan banyak melakukan perbuatan dosa dan durhaka.

Sebenarnya tidaklah perlu ada prosedur yang amat teliti dan cermat serta saksi-saksi yang tak dapat ditolak, karena semua amal perbuatan hamba Allah telah ada dalam ilmu Allah Yang Mahaluas dan Dialah yang berkuasa mutlak pada hari itu.

Dia dapat memperlakukan hamba-Nya dengan kehendak-Nya tanpa ada pembuktian atas kesalahan seseorang, tetapi Allah Yang Mahabijaksana menghendaki supaya semua putusan yang ditetapkan-Nya dapat dilihat oleh hamba-Nya pada waktu itu semuanya berdasarkan bukti-bukti yang tak dapat dibantah lagi. .

Tafsir Quraish Shihab: Masing-masing jiwa pun menerima balasan perbuatannya. Allah Mahatahu apa yang telah mereka perbuat.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zumar Ayat 68-70 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S