Surat Al Kafirun; Asbabun Nuzul, Kandungan dan Keutamaannya

Surat Al Kafirun; Asbabun Nuzul, Kandungan dan Keutamaannya

PeciHitam.org – Surat al-Kafirun atau yang biasa disebut Qul yaa ayyuhal kafirun sesuai bacaannya, merupakan surat ke 109 dalam al-Quran. Surat ini merupakan salah satu surat pilihan terfavorit bagi sebagian imam yang biasa dibaca ketika shalat Subuh maupun Maghrib.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Orang tua kita juga sering berwasiat agar membaca Surat al-Kafirun ini agar sering dijadikan sebagai bacaan menjelang tidur. Ternyata setelah kita mendalaminya begitu banyak keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Seperti salah satunya yaitu sebagai isyarat bahwa seorang muslim harus melakukan ibadah kepada Allah SWT untuk menjaga imannya, dari membuka mata (bisa diartikan bangun tidur/ketika dilahirkan) hingga menutup mata (sebelum tidur/ketika ajal menjemput) agar terhindar dari kekafiran dan kemusyrikkan.

Daftar Pembahasan:

Asbabun Nuzul

Mengenai asbabun nuzul surat al-Kafirun ini, sebenarnya terdapat tiga riwayat para sahabat nabi, yaitu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas, Ibnu Mundzir dan Said bin Mina.

Ketiga riwayat tersebut secara garis besar hampir sama, yaitu menceritakan tentang perkataan kafir Quraisy yang mengiming-imingi Nabi Muhammad agar menyembah Tuhan mereka. Sebaliknya kaum Quraisy juga mengatakan akan bergantian menyembah kepada Allah.

Sebab turunnya Surat Al-Kafirun dilatarbelakangi oleh ajakan kaum musrikin Quraisy yang selalu berupaya untuk membendung dakwah Rasulullah.

Segala macam cara dan upaya dilancarkan mulai dari yang sifatnya hanya bujukan sampai dengan cara penyiksaan dan intimidasi pun tak menuai hasil.

Akhirnya ada gagasan untuk mengajak bernegoisasi dengan Rasulullah. Mereka mengajak Rasulullah beserta para sahabat untuk menyembah tuhan mereka dengan cara mereka menyembah selama 1 tahun, kemudian 1 tahun berikutnya mereka bersedia untuk menyembah Allah dengan tuntunan Rasulullah.

Setelah menunggu beberapa saat, kemudian Allah mewahyukan kepada Rasulullah sebagai respon ajakan kaum musrikin Quraisy. Dari peristiwa yang melatarbelakangi turunnya surat ini dapat diketahui bahwa ayat-ayat dalam surat al-Kafirun adalah jawaban Rasulullah atas ajakan kaum Quraisy untuk bertukar keyakinan.

Namun Rasulullah Saw dengan tegas menolak dengan mengatakan “aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah” dan beliaupun menyatakan bahwa mereka orang-orang kafir Quraisy pun tidak akan dengan ikhlas dan sepenuh hati menyembah Allah sebagaimana yang mereka janjikan.

Baca Juga:  Surah Al-Mu'minun Ayat 26-30; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kemudian pada ayat terakhir semakin jelas sikap yang ditunjukkan Rasulullah dalam hal aqidah, bahwasannya dalam hal beribadah maka kita berhak untuk melaksanakan ajaran sesuai dengan tuntunan agama kita.

Sebagaimana mereka pun bebas melaksanakan aktivitas peribadatan sesuai dengan kepercayaannya. “bagimu agamamu dan bagiku agamaku” ayat ini selaras dengan QS. Al-Baqarah ayat 256, berikut:

لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.…”

Ayat tersebut menjelaskan bahwasannya Allah Swt menghendaki setiap orang merasakan kedamaian. Seperti halnya nama Islam, yang memiliki arti damai.

Kedamaian tidak akan diraih kalau jiwa tidak damai, dan paksaan menyebabkan jiwa tidak damai. Karena itu tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam.

Namun begitu, telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat. Sehingga jika sudah mengetahui, maka tidaklah perlu paksaan itu dilakukan. Allah menghadirkan pilihan. Barang siapa yang ingin selamat maka janganlah menempuh jalan sesat dengan menyembah selain Allah.

Kandungan Surat Al-Kafirun

  1. Penegasan tentang kepercayaan atau keyakinan bahwa Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad Saw dan umat Islam itu berbeda dengan Tuhan yang disembah oleh orang-orang kafir.
  2. Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam agar tidak mencampuradukkan kepercayaan kepada Allah Swt dengan kepercayaan kemusyrikan yaitu sesembahan selain Allah Swt.
  3. Dengan ketegasannya, Nabi Muhammad Saw menolak ajakan kaum musrikin kafir Quraisy dengan tujuan agar tidak membaurkan keimanan kepada Allah Swt dengan keimanan dan peribadatan yang diajarkan oleh orang-orang kafir.
Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 104-106; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Amalan dan Keutamaan Membaca Surat Al-Kafirun

Begitu banyak riwayat yang menjelaskan mengenai amalan dan keutamaan surat al-Kafirun. Berikut ini kami mencoba untuk merincikannya sebagai berikut:

Pertama, disebutkan dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengenai amalan surat al-Kafirun, yakni riwayat yang bersumber dari Jabir ra., bahwa Rasulullah SAW membaca surat Al-Kafirun dan surat Qul Huwallahu Ahad (Al-Ikhlas) dalam salat dua rakaat thawaf-nya.

Kedua, di dalam kitab Sahih Muslim juga disebutkan mengenai amalan surat al-Kafirun ini, yaitu melalui riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW membaca kedua surat tersebut dalam dua rakaat salat Subuhnya.

Ketiga, Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa dalam sebuah hadis telah disebutkan bahwa surat Al-Kafirun ini sebanding dengan seperempat Al-Quran.

Menurut Syaikh Ibnu ‘Abbaz membaca surat al-Kafirun sebanyak empat kali sama dengan menghatam Al-Quran. Namun dengan adanya perkataan tersebut bukan berarti tidak perlu lagi membaca Al-Quran. Bagi seorang muslim membaca Al-Quran setiap hari merupakan hal yang amat dianjurkan.

Keempat, ada juga riwayat yang agak panjang yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Farwah ibnu Naufal (yaitu Ibnu Muawiyah), dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda kepadanya, “Maukah engkau menjadi orang tua angkat dari anak yatim perempuan kami?” Muawiyah menjawab, “Kalau tidak salah dia adalah Zainab.”

Dan di lain waktu Muawiyah datang, maka Nabi Saw. bertanya kepadanya tentang Zainab, “Bagaimanakah berita anak perempuan itu?” Muawiyah menjawab, “Aku tinggalkan di rumah ibunya.”

Rasulullah saw bertanya, “Lalu ada apakah keperluan kedatanganmu ini?” Muawiyah bertanya, “Aku datang untuk menerima suatu pelajaran darimu tentang sesuatu yang akan kubaca sebelum tidurku.”

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 42; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Rasulullah saw menjawab:

اقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكافِرُونَ ثُمَّ نَمْ عَلَى خَاتِمَتِهَا فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ

Artinya: “Bacalah surat Qul Yaa Ayyuhal Kafirun, kemudian tidurlah jika telah menyelesaikannya, karena sesungguhnya surat ini merupakan pembebasan kemusyrikan.”

Kelima, senada dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abul Qasim At-Tabrani juga mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Umar Al-Qatrani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnut Tufail, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Abu Ishaq, dari Jabalah ibnu Harisah saudara lelaki Zaid ibnu Harisah, bahwa Nabi saw pernah bersabda:

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكافِرُونَ حَتَّى تَمُرَّ بِآخِرِهَا فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ

Artinya: “Apabila kamu telah merebahkan diri diperaduanmu, maka bacalah surat Qul Yaa Ayyuhal Kafirun hingga akhir surat, karena sesungguhnya surat ini merupakan pembebasan dari kemusyrikan.”

Keenam, dikuatkan lagi dengan riwayat yang bersumber dari Al-Haris ibnu Jabalah yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, ajarilah aku sesuatu yang aku akan baca di saat hendak tidurku.” Rasulullah Saw menjawab:

إِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ مِنَ اللَّيْلِ فَاقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكافِرُونَ فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ

Artinya: “Apabila engkau telah berada di peraduanmu di malum hari, maka bacalah Qul Yaa Ayyuhal Kafirun, karena sesungguhnya surat ini merupakan pembebasan dari kemusyrikan.” Wallahu A’lam.

Mohammad Mufid Muwaffaq