Syaikh Mahfudz at Turmusi, Ulama Nusantara yang Diakui Dunia (Bagian 2)

syaikh mahfudz at turmusi

Pecihitam.org – Syaikh Mahfudz At-Turmusi adalah salah satu ulama asal Indonesia yang dikenal luas oleh dunia Islam. Pada paruh akhir abad ke-19, beberapa ulama Indonesia yang kepakaran dan keilmuannya di bidang agama diakui dunia Islam, dan diberikan kesempatan untuk mengajarkan ilmunya di Masjid al-Haram.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kurang lebih ada tujuh ulama asal Indonesia yang terkemuka dan dikenal luas. Di antaranya adalah:

  1. Syaikh Mahfudz at Turmusi asal Jawa Timur.
  2. Syaikh Nawawi al Bantani asal Jawa barat.
  3. Syaikh Ahmad Khatib al Minangkabawi asal Sumatra barat.
  4. Syaikh Muhtarom al Banyumasi asal Jawa tengah.
  5. Syaikh Bakir al Banyumasi asal Jawa tengah.
  6. Syaikh As‘ari Bawean asal Jawa Timur, dan
  7. Syaikh Abdul Hamid Kudus asal Jawa tengah.

Ulama ulama tersebut, selain keilmuannya yang diakuai secara dunia, juga menjadi kebanggaan bangsa, dengan kualitas keilmuan yang berkaliber Internasional dan menjadi guru besar serta pengajar tetap di Masjidil Haram.

Ada satu hal yang dianggap sebagai kemajuan dari perkembangan Islam di Nusantara, yaitu adanya parameter yang menjadi konfensi para ‘ulama. Yang mana para pelajar di Mekkah baru di anggap berhasil menyempurnakan keilmuannya, apabila ia telah memperoleh tarbiah dari para ulama-ulama masyhur tersebut diatas.

Dalam hal ini Syaikh Mahfudz mengajarkan perbandingan Hadis dan Ulum al Hadis, yang merupakan bidangnya. Syaikh Mahfudz mulai mengajar di Masjid al Haram sejak tahun 1890 M.

Ada pula beberapa macam-macam metode yang digunakan dalam proses keilmuan. Pertama, guru membaca kemudian menjelaskan. Kedua, guru membaca kemudian murid menjelaskan. Ketiga, murid membaca dihadapan guru lalu sang guru memberikan koreksi terhadap bacaan murid. Dalam ketiga metode tersebut juga dilakukan tanya jawab antara guru dan murid.

Syaikh Mahfudz memilki ciri khas tersendiri dalam mengkaji ilmu yang diajarkannya. Beliau sering kali menggunakan bahasa Arab yang fasih dan diselingi dengan bahasa Jawa, hal ini tidak lepas banyaknya santri atau murid yang mengkaji kitab bersama Syaikh Mahfudz adalah orang Jawa, meskipun banyak juga santri atau murid berasal dari luar Jawa, bahkan luar negeri seperti India, Thailand, Syiria, Malaysia.

Baca Juga:  Inilah Perbedaan Walisongo dan Walinya Muhammad ibn Abdul Wahab

Syaikh Mahfudz merupakan ulama yang tingkat keilmuannya diakui oleh dunia islam, bukti diakuinya adalah dengan banyaknya murid atau santri yang berdatangan untuk belajar kepada beliau.

Selain itu beliau juga dikenal sebagai guru yang menarik dan memiliki pengikut sekitar 4.000 orang dari berbagai penjuru dunia. Angka tersebut didasarkan pada rentang waktu dimana beliau mengajar di Masjidal Haram, yang berjalan secara efektif sejak awal tahun 1890 M hingga abad XX.

Murid atau santrinya tidak hanya berasal dari tanah air Indonesia saja, tetapi juga luar negeri. Hal ini karena pada waktu itu minat belajar dari para pemuda Asia untuk belajar di Haromain cukup tinggi, seperti:

  1. Syeikh Sa’adullah Al-Maimani mufti dari Bombai India.
  2. Syaikh Umar bin Hamdan seorang ahli hadits di Haromain.
  3. Muqri As-Shihab Ahmad bin Abdullah dari Syiria.
  4. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan dari tanah Jawa.

Penulis yang Produktif

Syaikh Mahfudz At-Turmusi adalah penulis yang produktif dalam mengarang sejumlah kitab tentang berbagai disiplin ilmu islam, seluruhnya beliau tulis dalam bahasa Arab. Namun sayang, banyak karya beliau yang tidak sempat dicetak, dan beberapa bahkan dinyatakan hilang.

Gua Hira juga pernah menjadi tempat beliau mencari inspirasi. Syaikh Mahfudz at Turmusi biasa menghabiskan waktunya di gua tempat Nabi menerima wahyu-Nya yang pertama itu.

Kecepatan beliau dalam menulis kitab, juga boleh dibilang istimewa. Khabarnya, kitab ”Manhaj Dhawi al-Nazhar” beliau selesaikan dalam 4 bulan 14 hari, dan beliau mengatakan bahwa kitab ini ditulis ketika berada di Mina dan Arafat.

Baca Juga:  Yuk, Lebih Dekat Mengenal Utsman bin Affan, Sahabat Nabi Bergelar Dzun Nurain

Diantara karangan-karang beliau adalah :

  1. As-Siqayatul Mardhiyah fi Asamil Kutubil Fiqhiyah li Ashabinas Syafi’iyah, Selesai penulisan pada hari Jum’at, Sya’ban 1313 H. Dicetak oleh Mathba’ah at-Taraqqil Majidiyah al-’Utsmaniyah, Mekah.
  2. Muhibah zil Fadhli `ala Syarh al-’Allamah Ibnu Hajar Muqaddimah Ba Fadhal, Kitab fiqh empat jilid ini merupakan syarah atau komentar atas karya Abdullah Ba Fadhl ”Al-Muqaddimah Al-Hadhramiyyah”. Kitab ini boleh dibilang jarang diajarkan di pesantren, lebih banyak digunakan oleh kiai senior sebagai rujukan dan sering dikutip sebagai salah satu sumber yang otoritatif dalam penyusunan fatwa oleh para ulama di Jawa.
  3. Kifayatul Mustafid lima ala minal Asanid, diselesaikan pada hari Selasa, 19 Safar 1320 H. Isinya membicarakan sanad-sanad keilmuan Syaikh Mahfudz bin Abdullah at-Turmusi.
  4. Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati Ilmil Atsar, diselesaikan pada tahun 1329 H/1911 M. Kandungannya membicarakan Ilmu Mushthalah Hadits merupakan Syarh ManzhumahIlmil Atsar karangan Imam Jalaluddin as-Suyuthi . Kitab ini sebagai bukti bahwa ulama nusantara mampu menulis ilmu hadis yang demikian tinggi nilainya dan menjadi rujukan para ulama di belahan dunia terutama ulama-ulama hadis.
  5. Dua kitabnya di bidang ushul adalah ”Nailul Ma’mul”, syarah atas karya Zakariyya Anshari ”Lubb Al-Ushul” dan syarahnya ”Ghayat al-wushul”, dan ”Is’af al Muthali”, syarah atas berbagai versi karya Subki ”Jam’ al-Jawami’. Sebuah kitab lainnya mengenai fiqh yaitu ”Takmilat al-Minhaj al-Qawim”, berupa catatan tambahan atas karya Ibn Hajar al-Haitami “Al-Minhaj al-Qawim”.
  6. Al-Khil’atul Fikriyah fi Syarhil Minhatil Khairiyah, belum diketahui tarikh penulisan. Kandungannya juga membicarakan hadits merupakan Syarh Hadits Arba’in.
  7. Al- Badrul Munir fi Qira-ati Ibni Katsir.
  8. Tanwirus Shadr fi Qira-ati Ibni Amr
  9. Insyirahul Fawaid fi Qira-ati Hamzah
  10. Ta’mimul Manafi’ fi Qira-ati Nafi’.
  11. Al-Fuad fi Qiraat al Imam Hamzah
  12. Tamim al Manafi fi Qiraat al-Imam Nafi’
  13. Aniyah ath Thalabah bi Syarah Nadzam ath Tayyibah fi Qiraat al Asy’ariyah.
  14. As-Saqayah al-Mardhiyyah fi Asma’i Kutub Ashhabina al- Syafiiyah, kajian atas karya-karya fiqih mazhab Syafi’i dan riwayat para pengarangnya.
  15. Al-Fawaidut Tarmasiyah fi Asamil Qira-ati `Asyariyah, Syeikh Yasin Padang menyebut bahawa kitab ini pernah diterbitkan oleh Mathba’ah al-Majidiyah, Mekah, tahun 1330 H.
  16. Is’aful Mathali’ Syarhul Badril Lami’.
  17. Al-Minhah al-Khairiyy.
Baca Juga:  Saad bin Muadz, Sahabat Nabi yang Membuat Arasy Berguncang

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa karya Syaikh Mahfudz at Turmusi mencapai lebih 20 kitab. Dan yang menarik, kitab-kitab karangan Syeikh Mahfudz tidak hanya dipergunakan oleh hampir semua pondok pesantren di Indonesia.

Napi konon banyak pula yang dipakai sebagai literatur wajib pada beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah seperti di Arab Saudi, Iraq, Maroko dan Negara timur tengah lainnya. Bahkan hingga kini di antara kitab-kitab beliau masih ada yang digunakan dalam pengajian di Masjidil Haram.

Baca juga: Syaikh Mahfudz at Tarmasi, Ulama Nusantara yang Diakui Dunia (Bagian 1)

*Disarikan dari buku “Kumpulan 40 Hadits Syaikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah at Tarmasi” terjemah kitab “al Minhah al Khariyah” terbitan Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan dan berbagai sumber lainnya.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *