Tiga Derajat Orang yang Berinfaq, Ada di Tingkatan Berapakah Kita?

Tiga Derajat Orang yang Berinfaq

Pecihitam.org- Salah satu ciri keimanan seseorang adalah kegemarannya untuk berinfaq atau menggunakan hartanya untuk kebaikan baik berupa sedekah, hadiah dan semacamnya. Sementara itu, menurut Imam Al-Ghazali, berikut merupakan tiga derajat orang yang berinfaq atau membelanjakan hartanya di jalan Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Salah satu tolak ukur kebaikan seorang muslim, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran adalah tingkat keihlasannya dalam berinfaq.


لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan, aka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Qs. Ali Imran: 92)

Ayat di atas inilah yang kemudian dipraktekkan oleh Sahabat Abu Bakar As-Siddiq, yang kemudian menjadikannya pada tingkatan pertama dari tiga tingkatan yang kami singgung di awal.

Secara lebih detail, berikut penjelasan Imam Al-Ghazali berkaitan dengan tiga tingkatan atau derajat orang yang berinfaq

Tingkatan Pertama

الأولى الأقوياء وهم الذين أنفقوا جميع ما ملكوه ولم يدخروا لأنفسهم شيئا، فهؤلاء رجال صدقوا ما عاهدوا الله عليه من الحب، كما فعل أبو بكر الصديق رضي الله عنه إذ جاء بماله كله فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: ماذا أبقيت لنفسك؟ قال الله ورسوله

Baca Juga:  Inilah Beberapa Hal yang Dapat Menghapus Pahala Sedekah Kita

Tingkatan orang-orang yang kuat, yaitu orang-orang yang menginfakkan seluruh hartanya dan tidak menyimpan sedikitpun untuk dirinya sendiri sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu anhu ketika beliau datang dengan membawa seluruh hartanya kepada Rasulullah, kemudian Rasul bertanya: “apa yang masih tersisa untuk dirimu?” Abu Bakar mejawab : “Allah dan Rasul-Nya “.

Tingkatan seperti Abu Bakar ini merupakan tingkatan tawakkal total, sehingga ia yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang berinfaq di jalan Allah.

Tingkatan Kedua

الثانية المتوسطون، وهم الذين لا يقدرون على إخلاء اليد بمرة، ولكن امسكوا للانفاق عند ظهور محتاج إليه، فإذا ظهر بادروا إلى سد خلته ولم يقتصروا على حد الواجب من الزكاة

Baca Juga:  Inilah 3 Metode Penentuan Awal Ramadhan dan 1 Syawal yang Harus Kamu Ketahui!

Tingakatan pertengahan, yaitu orang-orang yang tidak mampu mengosongkan tangannya sekali waktu, tetapi dia masih menahan hartanya untuk berinfaq ketika terlihat adanya orang yang membutuhkan. Ketika ada orang yang membutuhkan, maka dia bersegera untuk memberikan hartanya agar kebutuhan orang tersebut terpenuhi dan dia tidak membatasi pada zakat yang wajib saja.

Tingkatan kedua ini, sekalipun tidak seistimewa tingkatan pertama, tetap merupakan kategori mulia. Karena hakikatnya, ia juga mengamalkan perintah Allah berikut

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) kamu terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela (kalau kikir) dan menyesal (kalau berlebihan). (QS. al-Israa’(17): 29)

Tingkatan Ketiga

الثالثةالضعفاء، وهم المقتصرون على أداء الزكاة الواجبة

Tingkatan orang yang lemah, yaitu orang yang membatasi pada membayar zakat yang wajib saja.

Sahabat pembaca Pecihitam.org yang budiman, demikian tingkatan atau derajat orang yang berinfaq. Setiap mereka memberikan hartanya berdasarkan ukuran kecintaan mereka kepada Allah. Mari kita merenung! Ada di posisi manakah kita?

Baca Juga:  Beda Mahram dan Muhrim, Dua Istilah Yang Sering Keliru Dipahami Umat

Pesan Imam Al-Ghazali, jika kita tidak mampu pada derajat yang pertama dan kedua, maka berusahalah dengan sungguh-sungguh agar tidak melewati derajat ketiga ini, karena hanya melakukan yang wajib saja adalah batasannya orang-orang bakhil.

Sebagai tips, marilah bersungguh-sungguh agar tidak terlewat satu hari pun kecuali kita bersedekah dengan sesuai kemampuan kita. Maka dengan itulah, kita akan naik dari derajatnya orang-orang bakhil.

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *