Wajibkah Umat Islam Bertasawuf? Ini Penjelasannya

wajibkah umat islam bertasawuf

Pecihitam.org – Sampai detik ini, kelompok Wahabi yang mengklaim sebagai Salafi terus menggaungkan anti Tasawuf. Ketidakpahaman atas hakikat Tasawuf membuat mereka memandang sebagai bagian luar Islam. Aneka buku dan ribuan artikel disusun, untuk mempropagandakan anti Tasawuf.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sementara, kontras Wahabi, Ahlussunnah wal Jama’ah justru gencar mendakwahkan Tasawuf. Tarekat dan kajian Tasawuf didakwahkan, dari level elit hingga akar rumput. Seolah Tasawuf adalah sesuatu yang wajib bagi setiap muslim berakidah Aswaja.

Pimpinan Parlemen Dunia Sufi, Sayyid Saifuddin Ahmad Al-Hasani mengatakan bahwa Tasawuf bukan sekedar bagian dari Islam, tapi bahkan esensi utama Islam itu sendiri, yang didasarkan pada kesederhanaan dan keikhlasan dalam perbuatan dan niat. Tujuan utamanya adalah menciptakan hubungan dekat dengan Allah dan RasulNya, serta meraih ridha keduanya.

Ini diungkapkannya dalam World Sufi Forum yang diselenggarakan Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) pada bulan April 2019 silam di Pekalongan.

Menurutnya, Tasawuf adalah pensucian diri atau pembeningan sejati, dimana melalui itu posisi eksternal dan internal manusia dapat diketahui, kesuksesan abadi dapat dicapai, dan jiwa kita dapat diluruskan.

Baca Juga:  Rahasia Huruf Mim dalam Khazanah Tasawuf

“Melalui Tasawuf ridho Allah, RasulNya, dan makrifat dapat diraih”, tegasnya.

Mursyid Tarekat Qadiriyah Al-Majbandariyah Bangladesh ini menegaskan bahwa otensitisas Tasawuf dalam al-Qur’an sangat kuat, sebagaimana ditemukan istilah tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), taqwa, dan khasyatullah (rasa takut kepada Allah). Dalam hadits, Tasawuf dikenal sebagai esensi Islam dengan istilah “Ihsan”.

“Sebenarnya dalam Tasawuf, istilah ihsan, suluk dan ikhlas adalah ekspresi berbeda untuk esensi yang sama”, simpulnya.

Wahyu Eksternal Dan Internal

Menurut zuriat Nabi Muhammad dari jalur cucunya Hasan putra Fatimah ini, wahyu dan kenabian mempunyai aspek eksternal dan internal. Aspek eksternal adalah yang berkaitan dengan ajaran al-Qur’an dan hukum-hukum. Aspek intenalnya adalah penyucian diri (Tasawuf). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an bahwa Rasulullah membacakan kitab dan mensucikan (pribadi) mereka (para sahabat).

Dibacakannya al-Qur’an (wahyu) adalah aspek eksternal, sedangkan aspek internal adalah penyucian diri yang diisyaratkan dengan kata “menyucikan” dalam ayat :

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah” (QS. Al-Jumu’ah ayat 2).

Baca Juga:  Abu Hasan as Syadzili dan Berdirinya Tarekat Syadziliyah (Bagian 3)

Sesiapa yang profesinya memperhatikan aspek eksternal disebut mufassir, muhaddits, faqih, muballigh. Sesiapa yang memperhatikan aspek internal mendapatkan maqom (status) yang tinggi. Banyak diantara para Sufi meraih kedudukan ghauts, qutb, abdal, awtad dan kewalian lainnya.

Akar dari hal ini adalah mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah. Sufi adalah yang mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah dengan baik. Karenanya, Awliya Allah (Sufi) adalah pengikut sejati Rasulullah shallallahu ‘alaih wa aalih wa sallam.

Berbeda dengan ulama yang hanya mengetahui aspek eksternal, seorang Sufi mengetahui secara lengkap, yaitu aspek eksternal dan internal agama ini. Karenanya mereka memelihara keduanya.

Dengan mutaba’ah (peneladanan sempurna) kepada Rasulullah shallallahu ‘alaih wa aalih wa sallam, para Sufi kelak mendapatkan bimbingan dari Allah, cinta dan ampunan dosa. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Ali Imran ayat 31).

“Karena itulah, untuk meraih kedekatan kepada Allah kita harus mengikuti kedua aspek tersebut sebagaimana telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaih wa aalih wa sallam. Hanya kaum Sufi yang melakukan semua itu” pungkasnya.

Baca Juga:  Eksistensi Wali dalam al-Quran

Nah, bila Tasawuf ternyata bagian dari Islam. Bahkan esensi utama dari Islam itu sendiri. Tentunya setiap muslim wajib Bertasawuf. Selaras hal ini, Imam Malik pernah mengatakan, “Barang siapa bertasawuf tanpa berfikih maka dia zindiq. Barang siapa berfikih tanpa bertasawuf maka dia fasik. Barang siapa menggabung keduanya maka dia akan sampai pada hakikat“.

Wallahu a’lam bish Shawab

Ust. Khairullah Zainuddin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *