8 Sifat Shalat Nabi Yang Bisa Kita Amalkan

8 Sifat Shalat Nabi Yang Bisa Kita Amalkan

PeciHitam.org ­- Seluruh Muslim di dunia ini sepakat tanpa ada perbedaan mengenai kewajiban shalat. Sejak kecil orang tua telah mengajarkan anak-anaknya untuk mendirikan shalat. “Wa aqîmus shalata, dan dirikanlah shalat” sudah lekat di otak kita masing-masing, lantas bagaimana sifat shalat Nabi Muhammad saw.?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Imam Al-Muhasibi mengingatkan kita semua dalam kitabnya Risalatul Mustarsyidin:

وَقُمْ بَيْنَ يَدَيْه فِي صَلَاتِكَ جُمْلَةً

Artinya, “Dirikanlah shalat di hadapan Allah SWT dengan seluruhnya,” (Lihat Al-Harits Al-Muhasibi, Risâlatul Mustarsyidin, [Darus Salam], halaman 132).

Abdul Fattah Abu Guddah memberi penjabaran mengenai nasihat Al-Harits Al-Muhasibi di atas, bahwa yang dimaksud dengan mendirikan shalat seluruhnya adalah, engkau mendirikan shalat dengan seluruh jiwa ragamu yang terdiri dari jiwa, hati dan akal seraya menyempurnakan bentuk dan adab dalam shalat, maka makna inilah yang dimaksud dari mendirikan shalat.

Abdul Fattah Abu Guddah menyebutkan dalam komentarnya atas Kitab Al-Muhasibi di atas:

وإقامة الصلاة معناها أداؤها كاملة الأركان والشروط الظاهرة والباطنة

Artinya, “Mendirikan shalat maknanya adalah melaksanakan secara sempurna rukun-rukun dan syarat-syarat yang lahir dan batin,” (Lihat Al-Harits Al-Muhasibi, Risâlatul Mustarsyidin, [Darul Salam], halaman 132).

Jika seseorang telah mendirikan shalat dengan makna seperti yang disebutkan di atas, maka shalatnya akan membuahkan hasil. Untuk mendapatkan hasil tersebut, seorang yang mendirikan shalat mesti melengkapi rukun dan syarat yang lahir dan yang batin.

Baca Juga:  Beberapa Keistimewaan Hari Jumat Menurut Para Ulama

Maka perkara lahir yang mesti disempurnakan adalah berupa ketenangan diri dan khusyu’ di dalam sujud dan ruku‘, serta berusaha memahami dan memperhatikan bacaan shalat yang berupa zikir, doa dan yang lainnya.

Adapun perkara batin yang harus disempurnakan yaitu menghadirkan rasa takut kepada Allah, dan menghadirkan sifat ihsan ketika shalat, artinya ia beribadah seakan-akan Allah melihatnya, jika tak bisa juga, maka sesungguhnya Allah melihatnya. Tatkala ia dapat menghadirkan rasa ini, kesibukan apapun takkan terlintas di benaknya, sebab keagungan Allah telah menyelimutinya.

Adapun sifat shalat nabi dalam salah satu karya Abdullah bin Abdurrahman al-Jibriin, sebagai berikut;

  1. Wajib bagi seorang muslim jika akan melaksanakan shalat hendaknya dalam keadaan thahir (suci) dari hadats besar (junub, haidh atau nifas) dan hadats
    kecil (keluar sesuatu dari lubang kubul atau dubur).
  2. Nabi dahulu mengeraskan suaranya ketika bertakbir hingga orang yang di belakangnya dapat mendengar. Beliau sesekali mengangkat tangannya bersamaan dengan ucapan takbir, sesekali setelah ucapan takbir dan sesekali
  3. Kemudian diam sebentar untuk membaca istiftah (bacaan pembuka).
  4. Nabi mengeraskan bacaannya pada shalat fajar (subuh), dua rakaat
    pertama shalat maghrib dan dua rakaat shalat isya. Adapun shalat dzuhur serta ashar beliau membacanya dengan sirri (pelan)
  5. Kemudian bertakbir dan sujud. Tidak ada riwayat yang falid bahwa Nabi  mengangkat kedua tanggannya ketika akan sujud. Bahkan Ibnu Umar berkata, “Nabi tidak melakukan hal itu ketika sujud.” Mungkin saja Nabi melakukannya sekali atau dua kali untuk menjelaskan kebolehan hal tersebut.
Baca Juga:  Inilah 8 Bentuk Durhaka Kepada Orang Tua yang Wajib Dihindari

Nabi  ketika sujud mendahulukan kedua lutut sebelum tangan. Beliau sujud di
atas tujuh anggota badan: wajah, dua tangan, dua lutut dan dua ujung kaki.
Menempelkan kening dan hidung ke tempat sujud.

  1. Duduk tasyahud awal setelah rakaat kedua. Jika shalatnya
    memiliki dua tasyahud; semisal zuhur, ashar, maghrib dan isya, duduk dengan
    iftirosy seperti duduk di antara dua sujud (menegakkan telapak kaki kanan dan
    duduk di atas kaki kiri)
  2. Jika telah selesai dari tasyahud akhir hendaknya meminta perlindungan dari empat hal dengan membaca:

[Allahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannami wamin ‘adzaabil qobri wamin fitnatil mahyaa walmamaati wa min syarri fitnatil masiihiddajjaal]
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung denganmu dari azab neraka janannam, dari azab kubur, dari fitnah (cobaan) orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati, dan dari fitnah (cobaan) Dajjal”

  1. Kemudian menutup shalatnya dengan salam sambil menoleh ke kanan mengucapkan [Assalaamu alaikum warahmatullah] Hingga telihat pipi kanannya. Dan menoleh ke sebelah kirinya demikian pula, dengan menambah: [Wabarokaatuh]
Baca Juga:  Seemosi Bagaimanapun, Jagalah Ucapanmu! Karena Setiap Kata Adalah Doa

Demikian Ringkasan sifat shalat nabi, semoga bermanfaat dan memperbaiki kualitas shalat kita. Amiin..

 

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *