Air Bekas Jilatan Kucing, Suci atau Najis? Ini Jawabannya!

Air Bekas Jilatan Kucing

Pecihitam.org – Tak jarang kita melihat kucing, tikus atau binatang lainnya minum atau menjilat di bak penampungan air, baik yang disediakan untuk wudhu atau untuk diminum? Lalu bagaimanakah air bekas jilatan kucing atau tikus tersebut, apakah dihukumi najis atau suci?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menjawab pertanyaan tentang air bekas jilatan kucing ini, mari kita lihat penjelasan Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarh Muhaddzab

ثؤر الحيوان مهموز وهو ما بقى في الاناء بعد شربه أو اكله ومراد الفقهاء بقولهم ثؤر الحيوان طاهر أو نجس لعابه ورطوبة فمه ومذهبنا أن سؤر الهرة طاهر غير مكروه وكذا سؤر جميع الحيوانات من الخيل والبغال والحمير والسباع والفار والحيات وسام أبرص وسائر الحيوان المأكول وغير المأكون فسؤر الجميع وعرقه طاهر غير مكروه الا الكلب والخنزير وفرع أحدهما

Yang dimaksud dalam bahasan para ulama Fiqh dengan “air bekas binatang” adalah air yang tersisa dalam sebuah wadah setelah dibuat minum atau makan binatang. Sedang pengertian air bekas binatang suci atau najis adalah bekas air liurnya.

Dalam Madzhab kami (Syafi’iyyah) menilai bahwa air bekas kucing suci dan tidak makruh. Demikian juga air bekas semua binatang-binatang lainnya seperti kuda, keledai, binatang buas, tikus dan binatang lainnya baik yang boleh dimakan dagingnya atau tidak, maka air bekas dan keringatnya hukumnya suci kecuali anjing dan babi dan binatang peranakannya. (Al-Majmu’ Ala Syarh al-Muhadzdzab Juz I halaman 173)

Baca Juga:  Isilah Hidupmu dengan Menabur Kebaikan dan Berharap pada-Nya dalam Rangka Meraih Husnul Khotimah

Jadi, air bekas jilatan kucing adalah suci dan bisa digunakan untuk bersuci. Bahkan bukan bekas kucing saja, melainkan bekas semua jilatan binatang baik yang halal dimakan dagingnya ataupun yang haram.

Keterangan serupa bisa ditemukan dalam kitab Al-Fiqh ‘ala Madzahibil Arba’ah karya Al-Jazairi pada Juz I halaman 245 berikut:

وقال الشافعية والحنابلة: سؤر الآدمي طاهر، سواء أكان مسلماً أم كافراً، وهذا متفق عليه بين العلماء، كما بينا، لقوله صلّى الله عليه وسلم: المؤمن لا ينجس

Berkata Kalangan Syafi’iyyah dan Hanabilah: Air bekas anak Adam hukumnya suci baik muslim atau non muslim, dan yang demikian disepakati diantara para ulama seperti yang telah kami terangkan berdasarkan hadits Nabi Saw. “Orang mukmin tidak menajiskan”.

سؤر الحيوان المأكول اللحم طاهر، قال ابن المنذر: أجمع أهل العلم على أن سؤر ما أكل لحمه يجوز شربه والتوضؤ به

Baca Juga:  Apakah Tujuan Penciptaan Manusia Yang Sebenarnya?

Air bekas hewan yang halal dimakan dagingnya hukumnya juga suci. Ibn Mundzir berkata: “Para pakar ilmu sepakat bahwa air bekas hewan yang halal dimakan dagingnya boleh diminum dan digunakan untuk wudhu”.

سؤر الهر والفأر وابن عُرْس ونحوها من حشرات الأرض كالحيات وسام أبرص: طاهر، يجوز شربه والتوضؤ به، ولا يكره عند أكثر أهل العلم من الصحابة والتابعين، إلا أبا حنيفة، فإنه كره الوضوء بسؤر الهر

Air bekas kucing, tikus dan sebagainya, seperti ular hukumnya suci, boleh diminum dan digunakan untuk wudhu dan tidak makruh menurut mayoritas pakar ilmu dari para shahabat nabi dan para tabi’in kecualimenurut Imam Ibu Hanifah yang memakruhkan wudhu menggunakan air bekas kucing.

Faisol Abdurrahman