Bal’am bin Baura, Doanya Selalu Dikabulkan Allah, Namun Akhir Hidupnya Terlaknat

Bal'am bin Baura, Doanya Selalu Dikabulkan Allah, Namun Akhir Hidupnya Terlaknat

Pecihitam.org – Bal’am bin Baura adalah salah satu pengikut Nabi Musa yang cukup terkenal. Dia merupakan ahli hikmah yang diberikan keistimewaan berupa permintaannya yang selalu dikabulkan oleh Allah swt. Beliau sangat dekat dengan Nabi Musa, sehingga beliau dipilih sebagai orang kepercayaan Nabi Musa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Suatu hari Bal’am bin Baura diutus Nabi Musa ke kota Madyan. Perlu diketahui, kota Madyan saat itu masih dihuni orang-orang yang menyembah patung berhala dan melakukan berbagai ritual-ritual ataupun kebiasaan yang menyimpang dari agama Islam.

Disini, misi Bal’am sebagai pembawa kabar akan datangnya Nabi Musa ke kota tersebut guna menyebarkan agama Islam di sana. Nabi Musa berniat datang ke sana dengan atau tanpa izin dari penguasa Madyan.

Namun sesampainya disana, Bal’am menyalahi apa yang diperintahkan Nabi Musa. Ia takjub akan keindahan kota Madyan yang membuat kedua matanya tak henti-hentinya memuji kota itu.

Sang Raja yang melihat kekagumannya segera menawarkan hal-hal menarik kepadanya. Sang Raja menawarkan emas dan permata sebagai harta yang dapat dimilikinya. Begitu pula ia ditawari para wanita yang siap menghiburnya kapan dan dimana saja.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Bal’am, dengan cepat ia menyetujui tawaran sang raja dan melupakan apa yang diperintahkan Nabi Musa kepadanya. Semalaman ia menikmati surga dunia dari raja Madyan. Ia sangat terpesona dengan kota ini.

Baca Juga:  Kontekstualisasi Ajaran-Ajaran Islam Walisongo dalam Masyarakat Jawa

Akhirnya raja mengajukan penawaran lagi untuk memberi sesuatu yang lebih dari apa yang ia rasakan malam itu. Sang raja bahkan menyediakan sebuah jabatan khusus bila ia mampu mengusir Nabi Musa beserta pengikutnya dari Madyan.

Menurut raja Madyan, kedatangan Nabi Musa beserta pengikutnya tidak lain untuk merusak keindahan kota Madyan yang sudah tertata sedemikian bagusnya. Mereka ingin merusak pondasi-pondasi kemegahan dan digantikan dengan pondasi agama yang mengusung tema kesederhanaan. Tentu dalam hal ini, semua kesenangan yang ada akan hilang dan digantikan dengan hukum yang mengikat semua larangan ini.

Bal’am bin Baura terus memikirkan ucapan raja akan hilangnya kemegahan kota ini. Dia tidak rela, kalau kesenangan yang didapatkannya hilang dan lenyap di tangan Nabi Musa.

Maka dengan keistimewaannya, dia berdoa pada tengah malam saat semua orang terlelap dalam mimpinya. Ia meminta kepada Allah SWT agar Nabi Musa beserta pengikutnya mengurungkan niatnya untuk datang ke kota Madyan. Semalaman ia berdoa dengan disertai keyakianan akan terkabulnya doa yang ia panjatkan.

Setelah lama berdoa, ia akhirnya tertidur pulas di atas ranjangnya. Dalam tidurnya ia diberi tahu Allah swt bahwa sejak ia menerima tawaran Raja Madyan, doa nya tidak lagi dikabulkan, dan apabila ia tidak bertobat, maka Allah akan menjadikannya sebagai orang yang terlaknat di dunia maupun di akhirat kelak.

Baca Juga:  Sejarah Peradaban Islam di Bidang Kedokteran

Meskipun telah datang peringatan, tak sedikitpun ada rasa menyesal di hati Bal’am. Malahan ia mengatur rencana untuk merusak tujuan kedatangan Nabi Musa beserta pengikutnya. Lama ia berpikir, akhirnya ia menemukan sebuah cara untuk menjebak Nabi Musa beserta pengikutnya di Madyan.

Keesokan harinya, ia berpidato kepada penduduk Madyan “Nabi Musa beserta pengikutnya akan datang ke kota ini, mereka datang dengan tujuan merusak kesenangan kita. Oleh karena itu, aku ada sebuah rencana untuk menggagalkan tujuan mereka. Biarkanlah mereka masuk ke kota Madyan ini, kemudian kita sambut mereka dengan emas dan permata. Lalu kita pasang gadis-gadis cantik di depan pintu gerbang masuk. Dengan begitu mereka akan melupakan tujuan kedatangan mereka.”

Sebagai orang terdekat Nabi Musa, Bal’am bin Baura sangat mengetahui sifat para pengikut Nabi Musa. Mereka begitu tamak, rakus, dan suka berfoya-foya, maka jalan untuk menjebak mereka adalah dengan menyediakan apa yang mereka suka. Dengan begitu, mereka akan terlena dan segera berubah menjadi orang yang bersahabat.

Benar saja, sesampainya disana, banyak pengikut Nabi Musa yang berlarian menjemput wanita yang memanggil-manggil mereka. Mereka meninggalkan Nabi Musa sebagai pemimpin yang membawa risalah kebenaran. Mereka hanyut dalam kesenangan duniawi yang direncanakan oleh Bal’am.

Baca Juga:  Awal Sejarah Munculnya Kaum Sufi, Kapan dan Bagaimana?

Akhirnya, Allah menurunkan azab berupa penyakit tho’un sehingga menyebabkan penduduk Madyan jatuh berguguran. Hanya sedikit pengikut Nabi Musa yang selamat dari penyakit tersebut. Pengikut yang selamat kembali kepada Nabi Musa dan kembali menyebarkan risalah yang dibawakan Nabi Musa.

Di akhir kisah, Bal’am bin Baura dicap sebagai orang yang terlaknat disisi Tuhan. Dengan kesombongannya, ia menggunakan anugerah Tuhan untuk sesuatu yang menyalahi aturan. Meskipun telah diberikan peringatan untuk bertobat, ia tetap tidak mau dan memilih kesenangan di kota Madyan. Kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 175-176.

Muhammad Nur Faizi