Belajar Tawadhu dari Quraish Shihab, Ulama yang Tak Mau Dipanggil Habib

quraish shihab

Pecihitam.org – Siapa yang tidak mengenal Prof Quraish Shihab, beliau mantan Menteri Agama Indonesia dan juga ahli tafsir yang sudah menulis kitab tafsir Al-Misbah. Namun tidak ada gelar, Kyai atau KH atau bahkan ustadz di depan namanya, padahal beliau sangatlah layak menyandang gelar tersebut.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tidak juga ada gelar Habaib meski beliau berhak memilikinya karena masih punya nasab dari Rasulullah Saw. Hanya dengan sebutan “Pak” beliau meminta dipanggil dan disapa. Keputusan beliau untuk dipanggil dengan sebutan sederhana tentu sangat membuat banyak orang semakin menyayanginya.

Sebab di zaman sekarang ini, hanya karena dia tampil di Televisi dia di panggil ustadz bahkan hanya karena dia pandai berbicara didepan jamaah di panggil kyai dan diangkat menjadi ulama. Hanya karena dia hafal satu dua ayat Al-Qur’an langsung dianggap orang yang hebat. Seolah-olah pemahaman, pendalaman, keluasan ilmu, juga akhlak hanyalah nomer sekian.

Nama asli beliau ialah Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1944 dari pasangan Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisyi. Quraish Shihab adalah anak keempat dari 12 bersaudara. Beliau menikah dengan Fatmawaty Assegaf pada 2 Februari 1975 di Solo dan dikaruniai lima orang anak; Najelaa Shihab, Najwa Shihab, Nasywa Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab.

Baca Juga:  Mau Hidangan Syurga Firdaus, Hormatilah Tamu dengan Menawarkan "Mau Minum Kopi atau Teh?"

Menuntut ilmu Alquran dari Makassar hingga ke Mesir tidaklah sia-sia. Quraish Shihab disebut-sebut menjadi ulama Indonesia pertama yang memiliki spesialis kajian tafsir Quran pada waktu itu. Keluhuran ilmunya membawanya menjadi rektor, menteri, dan yang pasti menjadi ahli tafsir. Beliau pun mendirikan Pusat Studi Alquran di Indonesia untuk menularkan ilmu yang dimiliki terhadap para muridnya.

Namun suatu kali beliau dicaci dan dianggap syiah, dihujat liberal, dianggap menghina Nabi Muhammad, dituduh tak mewajibkan berjilbab. Namun semua itu tidak menjadikan beliau membenci, beliau tetap biasa-biasa saja bahkan menunjukkan sikap kasih sayang dan cinta. Tetap bersahaja dan berwibawa, beliau tetap sederhana serta sangat berhati-hati dalam menunjukkan ilmu Tuhan seperti yang selama ini beliau perlihatkan.

Baca Juga:  Membangun Keluarga yang Sakinah Menurut KH Buya Syakur Yasin

Pasti yang namanya hati manusia merasa sedih dengan apa yang orang katakan terhadap dirinya, namun tidak beliau permasalahkan dan diperpanjang atau bahkan meminta para pecintanya untuk mendemo untuk membelanya. Bahkan ditengah perang virtual yang kini menyelimuti umat Islam beliau tetap tenang dengan tetap memberikan wejangan untuk para anak muda bahwa puncak ilmu ialah akhlak dan kerendahan hati.

Tak pernah sedikitpun beliau memberikan ilmu yang keras beliau menyampaikan ilmunya sesuai kapasitas pendengarnya, menyederhanakan hal yang sulit bukan menganggap mudah namun mempermudah untuk difahami.

Sepertinya kita wajib meneladani sifat tawadhu yang di contohkan oleh beliau, dimana beliau pada dasarnya adalah seoranag yang berilmu tinggi, keluasan ilmu dan kedalaman pemahaman beliau sangatlah luar biasa, namun tidak mau menyombongkan dirinya atas apa yang harusnya menjadi haknya.

Kecerdasan serta tawadhu yang beliau miliki juga dicontoh oleh anak-anak beliau seperti yang dikenal oleh banyak orang ialah Najwa Shihab, dimana kecerdasan, cekatan serta kritik tajamnya begitu di segani dan juga dicintai oleh banyka orang terutama anak muda apalagi dia suka dengan isu politik.

Baca Juga:  M Quraish Shihab Ulama Tafsir Nusantara dari Tanah Bugis

Sehingga bagi kita generasi muda penerus bangsa jangan pernah sombong dengan pangkat atau harta yang dimiliki, karena sejatinya apa yang kita miliki hanyalah titipan yang suatu saat akan diambil oleh pemilik-Nya. Maka setinggi appun pangkatmu sebanyak apapun uangmu apabila Allah tidak meridhoi maka akan sia-sia. (IS)

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik