Humor Gus Dur: Cara Mengecek Jamaah Ketika Ceramah di Kampung

humor gus dur

Pecihitam.org – Beberapa waktu yang lalu saat Haul Gus Dur ke-10 di Ciganjur, Inayah Wahid, puteri bungsu Gus Dur menceritakan salah satu humor menarik dari ayahnya. “Gus Dur itu ketika mengisi ceramah di kampung-kampung selalu memulainya dengan ucapan salam, Assalamu’alaikum” kata Inayah Wahid.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menurut puteri bungsu Gus Dur tersebut bahwa tujuan dari ayahnya mengucapkan salam tersebut bukan karena untuk menampakkan diri sebagai seseorang yang islami atau dengan tujuan prestise. “Adapun tujuannya adalah untuk mengecek apakah ceramahnya ada yang mendengarkan atau tidak” ungkap Inayah dengan penuh gelak tawa.

Mengingat, ketika pertengahan tahun 1990-an Gus Dur mengalami sakit mata yang akhirnya mengurangi fungsi dari penglihatannya. Bahkan akhirnya, penglihatannya tidak berfungsi sama sekali. Dalam kondisi tidak bisa melihat tersebut Gus Dur masih mengisi berbagai ceramah di kampung-kampung.

Dalam kondisi keterbatasan fisik saat mengisi ceramah, tentu saja Gus Dur tidak dapat melihat jama’ah yang hadir untuk mendengarkan ceramahnya. Maka kemudian, lahirlah humor tersebut yang selain sebagai hiburan untuk jama’ah, sekaligus memiliki fungsi praktis untuk mengecek apakah ada yang mendengarkan ceramahnya atau tidak.

Baca Juga:  Inilah Rahasia Kitab Maulid Karya Al-Habib Umar Bin Hafidz

Kemudian, adapun yang menarik dari humor Gus Dur tentang ucapan salam saat ceramah tersebut adalah cara Gus Dur dalam berhumor. Gus Dur berhumornya dengan cara menertawai diri sendiri. Cara tersebut menandakan bahwa humornya tidak dilakukan dengan cara yang sembarangan dan asal membikin tertawa.

Cara berhumor Gus Dur memiliki landasan filosofis tersendiri. Dalam sebuah kata pengantar yang ditulis Gus Dur untuk sebuah kumpulan humor berjudul “Mati Ketawa Cara Rusia”, Gus Dur menjelaskan bahwa berhumor adalah upaya untuk memperkuat diri di tengah kepahitan dan kesengsaraan hidup.

Menurut Gus Dur bahwa menertawakan diri sendiri merupakan sebuah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain.

Baca Juga:  Humor Gus Dur: Dari Presiden Mancing Ikan hingga Proyek di Surga

Dengan kata lain bahwa Gus Dur berhumor dengan cara menertawakan diri sendiri merupakan sebuah bentuk upaya resiliensi diri di tengah keterbatasan penglihatan Gus Dur. Menurut Greg Barton dalam buku Biografi Gus Dur menjelaskan bahwa Gus Dur sempat frustasi dengan masalah gangguan penglihatan yang dialaminya.

Kemudian, ketika Gus Dur berhumor dengan cara menertawai diri menampakkan sebuah rasa kelegaan Gus Dur menghadapi gangguan penglihatannya tersebut. Hal itu menampakkan keikhlasan Gus Dur menerima kondisi yang ada tanpa menyalahkan nasib yang diberikan oleh Allah Swt.

Cara berhumor Gus Dur tersebut menarik jika kita refleksikan dengan situasi kekinian dimana ada sebagaian orang yang berhumor dengan cara menertawai orang lain. Seperti fenomena pembulian (bullying) di banyak pergaulan anak-anak sekolah di Indonesia.

Bahkan ada sebagian korban pembulian ini mengalami depresi bahkan hingga bunuh diri. Dengan kata lain, sangat berbahaya melakukan humor dengan cara menertawai orang lain atau menjadikan orang lain obyek tertawaan. Terlebih lagi, dalam menertawai orang lain tersebut juga diiringi dengan penghinaan-penghinaan kepada orang lain tersebut.

Baca Juga:  Tahukah Kamu Ternyata Ini Lho Makanan Favorit Rasulullah

Berbeda dengan kebanyakan cara berhumor tersebut, Gus Dur malah berhumor dengan cara menertawai diri sendiri. Cara berhumor dengan cara menertawai diri sendiri tersebut bukanlah ditujukan untuk merendahkan diri sendiri, namun justru demikian itu menampakkan kelegaan perasaan diri di tengah hambatan-hambatan.

Demikianlah kisah humor Gus Dur tentang ucapan salam dalam sebuah ceramah. Berhumor Gus Dur dengan cara menertawai diri sendiri tersebut, selain memiliki fungsi untuk menghibur jama’ah, namun juga memiliki landasan filosofi yang kuat, yakni untuk memperkuat resiliensi diri ditengah keterbatasan diri. Wallahua’lam.