Mengenal Imam Al Qurthubi Sang Mufassir Kelahiran Andalusia

Imam Al Qurthubi

Pecihitam.org – Imam al Qurthubi atau yang bernama lengkap Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh Al Anshari Al Khazraji Al Andalusi Al Qurthubi. Yakni seorang Mufassir hebat yang lahir di Cordova, Andalusia (sekarang Spanyol).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di tempat kelahirannya itulah beliau mempelajari bahasa Arab dan syair, di samping juga mempelajari Al Qur an Al Karim. Selain  itu, beliau juga  memperoleh pengetahuan yang luas dalam bidang Fikih, Nahwu dan Qira’at. Sebagaimana beliau juga mempelajari ilmu Balaghah, Ulumul Qur’an, dan juga ilmu-ilmu lainnya.

Usai itu, beliau datang ke Mesir tuk menetap di sana dan beliau menutup usia di Mesir pada malam Senin, tepatnya pada tanggal 9 Syawal tahun 671 H. Yang mana Makamnya berada di Elmeniya di timur sungai Nil, dan sering diziarai oleh banyak orang.

Pribadi Imam al Qurthubi

Sebagai seorang Mufassir, tentulah beliau dikenal sebagai hamba Allah yang shalih dan bahkan dikenal sebagai ulama yang telah mencapai tingkatan ma’rifatullah, zuhud terhadap kehidupan dunia (tidak menyenanginya), bahkan dirinya selalu disibukkan oleh urusan urusan akhirat hingga usianya dihabiskan hanya semata mata untuk beribadah kepada Allah dan menyusun kitab.

Mengenai sosok Imam Al Qurthubi ini, Syaikh Adz-Dzahabi menjelaskan, “Dia adalah seorang imam yang memiliki ilmu yang luas dan mendalam. Dia memiliki sejumlah karya yang sangat bermanfaat dan menunjukkan betapa luas pengetahuannya dan sempura kepandaiannya.’,

Gerakan Ilmiah

Perkembangan pesat terkait kehidupan ilmiah di Maghrib (Maroko) dan Andalusia (Spanyol) pada masa Al Muwahhidin (514-668 H) pada masa itu membuaut Imam Al Qurthubi menjalani beberapa fase dari kehidupannya, tepatnya ketika dia masih tinggal di Andalusia dan sebelum berpindah ke Mesir. Di antara faktor yang merubah cepat laju gerakan ilmiah pada masa ini adalah:

  1. Muhammad bin Tumart, pendiri Daulah Al Muwahhidin (unitd state), merupakan salah seorang ulama terkemuka pada masanya. Beliau telah menyebarluaskan seruan untuk mencari ilmu pengetahuan dan telah memberikan dorongan kepada rakyatnya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
  2. Banyaknya buku-buku dan karya-karya tulis yang ada di Andalusia.
  3. Cordova merupakan sebuah negeri di Andalusia (Spanyol) yang memiliki buku paling banyak serta memiliki penduduk yang paling besar perhatiannya terhadap perbendaharaan buku.
Baca Juga:  Mengenal Ibnu Syihab Az Zuhri, Sang Pakar Hadits dari Syam

Dari Suasana ilmiah yang telah menjadi ciri khas pemerintahan khalifah-khalifah dari dinasti Al Muwahhidin ini, serta banyaknya buku-buku dan karya-karya yang telah memenuhi negeri Andalusia.

Selain itu muncul pula lembaga-lembaga keilmuan di Andalusia, baik di pusat kota maupun di daerah-daerah sekitarnya pun semakin banyak. Sementara ilmu-ilmu agama seperti fikih, hadits, tafsir dan ilmu qira’at pun berkembang pesat, sebagaimana ilmu bahasa Arab, nahwu, sejarah, sastra dan syair juga berkembang pesat. Dari perkembangan inilah muncul jiwa keilmuan dalam diri seorang Imam Al Qurthubi.

Di antara guru-guru Al Qurthubi  dan karya karyanya

Ibnu Rawwaj, yaitu al Imam Al Muhaddits (ahli hadits) Abu Muhammad Abdul Wahhab bin Rawwaj. Nama aslinya adalah Zhafir bin Ali bin Futuh al Azdi al Iskandarani Al Maliki. Beliau wafat pada tahun 648 H.

Baca Juga:  Syaikh Datuk Kahfi, Ulama Asal Malaka yang Menyebarkan Islam di Cirebon

Ibnu Al Jumaizis, yaitu Al Allamah Batra uddin Abu Al Hasan Ali bin Hibatullah bin SalamahAl Mashri Asy-Syaf i. Dia wafat pada tahun 649 H. Dia merupakan salah seorang ahli dalam bidang hadits, fikih dan ilmu qiraat.

Abu Al Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim Al Maliki Al Qurthubi, wafat pada tahun 65 6 H. Dia adalah penulis kitab Al Mufhim fi Syarh Shahih Muslim.

Al Hasan Al Bakari, yaitu Al Hasan bin Muhammad bin Muhammad bin Amaruk At-Taimi An-Naisaburi Ad-Dimsyaqi, atau biasa dipanggil dengan nama Abu Ali Shadruddin Al Bakari. Beliau wafat pada tahun 656 H.

Adapun jika kita menoleh pada karya karya beliau, maka para ahli sejarah menyebutkan sejumlah hasil karya Al Qurthubi selain kitabnya yang berjudul al Jami’ li Ahkam al Qur’an (Tafsir al Qurtubi), di antaranya adalah:

  1. At-Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, merupakan sebuatr kitabyang masih terus dicetak hingga sekarang.
  2. At -Tidzkar fi Afdhal Al Adzkar,merupakan sebuatr kitab yang masih terus dicetak hingga sekarang.
  3. Al Asna fi Syarh Asma’illah Al husna.
  4. Syarh At-Taqashshi.
  5. Al Mishbahfi Al Jam’i Baina Al Af ‘aal wa Ash-Shahhah

Mengenal Tafsir al Qutrhubi dan Keistimewaannya

Tafsir al Qurthubi atau yang nama lengkap kitabnya ialah Al Jami’ li Ahkam al Qur’an merupakan salah satu kitab tafsir yang menjadi rujukan umat Islam dalam mengkaji ajaran Agama lebih dalam lewat Al Qur’an. Syukurnya, kitab ini memiliki terjemahan bahasa Indonesia yang terdiri dari 20 jilid yang diterjemahkan oleh Faturrahman dan Ahmad Hotib.

Baca Juga:  Inilah Corak Pemikiran Tasawuf Syaikh Yusuf al Makassari

Adapun keistimewaan yang ada dalam kitab ini berikut empat diantaranya:

  1. Memuat hukum-hukum yang terdapat dalam Al Qur’an al Karim dengan pembahasan yang luas.
  2. Hadits-hadits yang ada di dalamnya ditakhrij dan pada umumnya disandarkan langsung kepada orang yang meriwayatkannya.
  3. Al Qurthubi telah berusaha agar tidak menyebutkan banyak cerita Isra’iliyyat dan hadits maudhu ‘(palsu), tetapi sayangnya ada sejumlah kesalahan kecil (dalam kaitannya dengan penyebutan cerita Isra’iliyyat dan hadits palsu ini) yang telah dilewatinya tanpa memberikan satu komentarpun.
  4. Selain itu, ketika menyebutkan sebagian cerita Isra’iliyyat dan hadits maudhu’ (palsu) yang menodai kesucian para malaikat, dan para nabi atau dapat membahayakan akidah seseorang, maka Al Qurthubi akan menyatakan bahwa cerita atau hadits tersebut batil, atau akan menjelaskan bahwa statusnya dha’if (lemah).

Sumber: Tafsir al Qurthubi Jilid satu (Terj.)

Rosmawati