Kecerdasan Sayyidina Ali Menjawab Pertanyaan Tiga Pendeta Yahudi

kecerdasan sayyidina ali

Pecihitam.org – Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat yang mempunyai kecerdasan yang sangat luar biasa. Hal tersebut dikarenakan sejak masa mudanya ia dibesarkan oleh Nabi Muhammad Saw. dan berkesempatan menemani Nabi selama 30 tahun lamanya bahkan menjadi menantunya. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

انا باب العلم و علي مفتاحه
“Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya”.

Kecerdasan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ini pun terbukti. Suatu ketika, saat Sayyidina Umar bin Khattab ra memangku jabatan sebagai Khalifah, datanglah tiga orang pendeta Yahudi kepadanya. Tiga orang pendeta tersebut berkata kepada Amirul Mukminin,

“Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami ingin menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda bisa memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti (menerima) bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, kami menolak bahwa Islam agama yang benar”.

“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar.

Pertama, “Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) langit, apakah itu?”. Tanya para pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya.

Kedua, “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu?”

Ketiga, “Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan pula jin!?”

Keempat, “Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, namun makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya!?”

Baca Juga:  Islam dan Kasih Sayang, Sebuah Cerita Sahabat Umar Ra dan Seekor Burung Pipit

Khalifah Umar bin Khattab kemudian berpikir sejenak, lalu berkata, “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”

Mendengar jawaban Khalifah Umar yang demikian, pendeta-pendeta yahudi itu berdiri melonjak-lonjak kegirangan (karena merasa pertanyaan mereka tak terjawab).

Salman Al-Farisi ra. yang saat itu hadir merasa tidak terima, ia pun segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”.

Salman lantas segera pergi ke rumah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!”. Sayyidina Ali kemudian bertanya: “Ada apa gerangan?”. Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Sayyidina Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Umar, ia berjalan mengenakan burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasulullah Saw.

Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia segera bangun dari tempat duduk seraya memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”

Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban dari pertanyaan mereka itu, Ali bin Abi Thalib kemudian berkata:

“Silahkan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan, Rasulullah Saw sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”

Para pendeta Yahudi itu lantas mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka sebelumnya kepada Khalifah Umar. Sebelum menjawab pertanyaan itu, Ali bin Abi Thalib berkata,

“Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan (yang ada di dalam Taurat) kalian itu, apakah kalian bersedia memeluk agama kami (Islam) dan beriman!”. “Ya, baik!” jawab mereka, “Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Baca Juga:  Abu Ali al-Haddad dan Pengalaman Spiritual Bersama Gurunya

Mereka kemudian mulai bertanya, “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”

“Induk kunci (gembok) itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik laki-laki ataupun wanita, jika ia syirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadirat Allah!”

Para pendeta yahudi bertanya lagi, “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”

Ali bin Abi Thalib menjawab, “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!”

Para pendeta yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata, “Orang itu benar juga!”. Mereka lalu bertanya lagi, “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!?”

“Kuburan itu ialah ikan yang menelan Nabi Yunus putra Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus A.s dibawa keliling ketujuh samudera!”

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi, “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”

Ali bin Abi Thalib menjawab, “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putra Nabi Dawud. Semut itu berkata kepada kaumnya, “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukannya dalam keadaan mereka tidak sadar!”

Para pendeta yahudi itu meneruskan pertanyaannya, “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!?”

Baca Juga:  Kisah Wafatnya Sayyidah Aisyah Istri Nabi di Bulan Ramadhan

Ali bin Abi Thalib menjawab, “Lima makhluk itu yaitu, Pertama: Adam. Kedua: Hawa. Ketiga: Unta Nabi Shaleh A.s. Keempat: Domba Nabi Ibrahim A.s, Kelima: Tongkat Nabi Musa A.s (yang menjelma menjadi seekor ular).”.

Kecerdasan Sayyidina Ali memang tak diragukan lagi. Setelah mereka mendengar semua jawaban dan penjelasan yang diberikan tersebut, akhirnya dua dari tiga orang pendeta Yahudi itu mengatakan, “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!”. (Subhanallah).

Sedangkan pendeta Yahudi yang ketiga, bersyahadat setelah ia mendengarkan hikayat Ashabul Kahfi dengan penjelasan yang lengkap dan terperinci oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Semoga kisah yang penuh hikmah ini dapat menjadi pelajaran untuk kita semua. Wallahu A’lam bisshawab

* Kisah ini terdapat pada Kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah karya As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad pada bab Qishashul Anbiya hal. 566.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik