Keharmonisan dalam Kemanusiaan; Bukti Islam Mengajarkan Beragama tanpa Kekerasan

Keharmonisan dalam Kemanusiaan; Bukti Islam Mengajarkan Beragama tanpa Kekerasan

PeciHitam.org – Bahasa Arab dari Manusia adalah (انسان) yang kata tersebut berbentuk kata Benda atau isim (اسم). Bentuk kata Kerja atau fiil dari (انسان) adalah (اَنَس).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sedangkan bentuk Adjektif atau sifat terbagi menjadi dua, yaitu bentuk perempun atau feminim menjadi kata (انيسة- نساء), serta bentuk laki-lakinya atau maskulin (آنس).

Kata-kata yang disebutkan tersebut mempunyai unsur kata sama dengan (نسيان) bermakna Lupa, oleh karenanya dalam istilah ilmu istiqaqul lugah disebutkan semua manusia seara Alamiah mempunyai sifat Lupa.

Sedangakan secara besar, keseluruhan kata tersebut berunsur sama yaitu terdiri dari 3 huruf yaitu yang bermakna Harmonis. Akar bahasa dalam pembentukan kata sangat terkait dengan landasan filosofis dan makna yang terkadung. Demikian pula dalam bahasa Arab, bahkan dalam bahasa Arab ada dua istilah dalam pembentukan kata, musytaq dan jamid.

Makna Musytaq adalah kata bentukan dari kata dasar kebanyakan sangat berlainan makna dalam bentukannya. Sebagai contoh adalah kata kerja menulis (كتب), kata bentukannya menjadi berbagai macam benda dan kata, sebagaimana dalam musytaq berikut (كتب — يكتب — كتبا —مكتبة — كاتب – مكتوب —اكتب —لا تكتب —مَكْتَبٌ -مِكْتَبٌ ).

Baca Juga:  Mengapa Mesir Disebut Sebagai Bumi Para Nabi? Ternyata Ini Alasannya!

Setidaknya ada 4 kata yang familiar dan umum digunakan dalam bahasa Arab, pertama kata (كتب) adalah kata dasar yang bermakna Menulis. Kedua, kata (مكتبة) adalah kata sifat/ adjektif dari kata dasar, makna kata ini adalah perpustakaan.

Ketiga, kata (كاتب) adalah isim fail atau bentuk subyek dari kata dasar, dan translitasi yang  umum digunakan adalah Sekretaris. Keempat adalah kata (مَكْتَبٌ)  yang berbentuk Isim Zaman-Makan yang dalam Bahasa Indonesia bisa bermakna Meja/ Kantor.

Keseluruhan kata tersebut adalah musytaq (bentukan) dari kata dasar yang sama. Landasan filosofis dari berbagai kata tersebut dapat dilihat dari latar belakang penamaan yang berdasar dari kata Tulisan.

Perpustakaan adalah tempat berkumpulnya tulisan, sekretaris adalah juru tulis, serta meja atau kantor tempatnya orang menulis.

Sebagaimana dalam latar belakang filosofis kata Manusia (انسان) yang bermakna dasar Harmoni, seyogyanya sebagai manusia harus bisa menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat dan dalam kemanusiaan.

Karena Allah SWT menjada dan menjadikan Manusia (انسان) dalam bentuk fitrah menyukai segala sesuatu dalam keteraturan dan keharmonisan.

Hidup harmonis dalam persahabatan, keintiman interaksi, akrab dan damai satu sama lain untuk menciptakan kondisi kondusif. Oleh karenanya sifat dasar manusia tidak ada yang menolak keharmonisan dan keserasian dalam hidup dan kemanusiaan, kecuali orang yang dipenuhi dengan nafsu bi suu dan amarah.

Kata musytaq yang sama antara kemanusiaan dan keharmonisan, harus menjadi cerminan bahwa Allah menciptakan manusia untuk selalu harmoni dengan sesama dan sekitar.

Baca Juga:  Belajar Agama Tanpa Guru, Apakah Dibenarkan dalam Islam? Ini Pendapat Para Ulama

Jika seseorang senang terhadap kerusakan akan sangat bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Allah SWT berfirman;

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “ (Qs. Ar-Ruum: 30)

Keteraturan dalam fitrah disebutkan Allah SWT dalam bentuk mengikuti Agama, yang mana tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan saling bermusuhan. Terkait ini Allah meyebutkan;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ

Baca Juga:  Begini Para Salaf As-Sholih Bertabarruk Terhadap Pribadi Rasulullah

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan” (Qs. Al-Hujurat: 11)

Keharmonisan adalah fitrah manusia yang mempunyai akal budi, dan keharmonisan macam apa jika kita masih saling merendahkan antar umat manusia. Ash-shawabu minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq