Berbagai Rintangan dalam Beribadah (Bagian II): Kesulitan dalam Menuntut Ilmu

Kesulitan dalam Menuntut Ilmu

Pecihitam.org – Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya yang bertajuk Berbagai Rintangan dalam Beribadah Bagian I. Pada kesempatan kali ini akan kita lanjutkan dengan tajuk berbagai rintangan dalam beribadah bagian-II. Kita akan mulai dengan pembahasan mengenai rintangan pertama yang akan dihadapi oleh seorang hamba dalam beribadah. Rintangan pertama tersebut adalah “Kesulitan dalam Belajar”.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Rintangan Pertama Dalam Beribadah

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang pernah kita pelajari sebelumnya, yang artinya :“Ilmu berada didepan amal dan amal harus mengikuti ilmu.” Maka yang wajib bagi kita pertama sekali adalah menuntut ilmu.

Dan ini juga sesuai dengan kata Imam Syafi’i pada artikel sebelumnya, yakni orang-orang yang tidak belajar ilmu, tentu ia tidak akan mengetahui cara-cara beribadah dan tidak akan melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan-ketentuannya.

Oleh karena itu, kita dapat mengambil kesimpulan yang bahwa rintangan pertama dalam beribadah adalah menuntut ilmu. Dalam artian, akan ada banyak kesulitan dalam belajar. Nah, Lantas ilmu apakah yang pertama sekali wajib dipelajari?

Ilmu yang pertama sekali wajib dipelajari oleh seorang hamba adalah ilmu yang berkaitan dengan ketuhanan. Kewajiban pertama bagi seorang hamba yang hendak berubudiyah kepada Tuhannya adalah terlebih dulu mengenal al-Ma’bud (Zat yang di sembah), kemudian baru ia menyembah-Nya.

Karena bila tidak, bagaimana bisa ia menyembah Tuhan yang tidak ia ketahui sifat-sifat yang wajib, mustahil dan harus bagi-Nya. Bahkan bisa jadi, ia beri’tiqad (berkeyakinan) dengan suatu keyakinan yang menyalahi dengan yang haq (kebenaran). Maka saat itu, jadilah ibadahnya bagaikan debu yang berhamburan, tiada bermanfaat sama sekali.

Baca Juga:  Bolehkah Perempuan Membaca Al Quran Tanpa Mengenakan Jilbab?

Selanjutnya ilmu kedua yang wajib dipelajari setelah mempelajari ilmu Tauhid dan memahami aqidah yang benar adalah ilmu yang berkaitan dengan ibadah lahiriah seperti thaharah, shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Bila tidak, sungguh ia takkan bisa melakukan suatu ibadah yang tidak ia fahami, baik pengertian maupun tata caranya.

Dalam hal ini juga termasuk kewajiban baginya untuk mempelajari perkara-perkara yang membatalkan ibadah-ibadah tersebut, karena apabila ini tidak dipahami, sungguh tidak mungkin ia dapat menghindari suatu larangan yang ia sendiri tidak tahu bahwa itu merupakan larangan.

Bahkan boleh jadi, seseorang itu dapat melakukan hal-hal yang dapat merusak thaharahnya, sembahyangnya dan ibadah-ibadahnya yang lain dalam beberapa waktu, sedangkan ia tidak menyadarinya.

Lalu ilmu ketiga yang selanjutnya wajib untuk dipelajari setelahnya adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah-ibadah batin dan dosa-dosa batin. ibadah-ibadah batin, seperti taubat, tawakal, sabar, tafwizh, ikhlas, ridha, khauf, zuhud, syukur dan banyak lagi yang lainnya.

Sedangkan maksiat batin itu contohnya seperti ria, thulul amal (panjang angan-angan), hasad, kikir, hubbud dunya (cinta dunia), hubbul jah (cinta pangkat), cinta kemegahan dan lain sebagainya.

Amalan bathin dan ma’siat bathin tersebut berhubungan dengan ibadah-ibadah lahir. Ibadah dan ma’siat bathin inilah yang membaikkan dan merusakkan amal-amal dhahir.

Karena itulah Imam Al-Ghazali pernah berkata : “barang siapa tidak mengerti pekerjaan-pekerjaan hati ini dan jalan pengaruhnya pada ibadah dhahir dan juga cara memeliharanya, maka sedikit sekali ibadah dhahir yang selamat. Dan tidak tinggal apa-apa bagi orang ibadah melainkan kepayahan dan kelelahan”. Inilah maksud hadits Nabi SAW yang berbunyi :

Baca Juga:  Benarkah Semua Perbuatan Nabi Itu Sunnah yang Harus Diikuti?

نومُ العالمِ أفضَلُ مِنْ عِبادة الجاهِلِ

“tidurnya orang yang berilmu lebih afdhal dari pada ibadahnya orang jahil”

Kesulitan Dalam Belajar

Perlu untuk diketahui yang bahwa memperoleh dan menghasilkan ilmu itu bukanlah perkara yang gampang. Seseorang yang mulai menempuh jalan ilmu ini mesti memiliki keyakinan dan kesabaran yang kuat. Karena jika tidak, ia tidak mungkin dapat mencapai kewajiban ini.

Kesulitan di jalan ini (jalan ilmu) adalah rintangan pertama yang harus dihadapi oleh orang-orang yang ingin beribadah kepada Allah SWT.

Meskipun jalan menuntut ilmu ini banyak kesulitan dan sukar ditempuh, yang namun seorang hamba tetap harus melakukannya. Supaya jangan sampai syaithan dapat menipunya dengan bujuk rayuannya untuk meninggalkan jalan ini.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits :

اُطْلِعْتُ لَيْلَةَ المِعْرَاجِ عَلى النَارِ فَرََأَيْتُ أَكْثَرَ اَهْلِها الفُقِرِآءُ. قالُوا : مِنَ المَالِ ؟ قال : لا بَلْ مِنَ العِلْمِ

Artinya : “pada malam aku di mi’rajkan, di nampakkan neraka kepadaku. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang  faqir. Para sahabat bertanya : apakah faqir dari harta ya Rasul? Jawab Rasul : bukan, tetapi faqir dari ilmu”.

Karena inilah Imam Al-Ghazali pernah berpesan : “segeralah bertindak dalam menuntut ilmu dengan meneliti dan mengajarkan, dan mempelajarinya. Jauhilah penyakit bosan dan malas. Jika anda tidak segera bertindak, maka di khawatirkan anda berada dalam bahaya kesesatan. Semoga Allah melindungi kita!”     

Nabi SAW pernah bersabda mengenai kewajiban belajar walaupun sukar untuk ditempuh :

اُطْلُبُ العِلْمَ وَلَوْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ بَحْرٌ مِنْ نَارٍ

Baca Juga:  Tidak Bertareqah, Tapi Ikut Membaca Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani, Bolehkah ?

Artinya : “carilah ilmu, walau antara anda dan ilmu itu ada lautan api”

Dan dalam hadits yang lain :

اَشَدُّ النَّاسِ حَسْرَةً يَوْمَ القِيَامَةِ رَجُلٌ اَمْكَنَهُ طِلْبُ العِلْمِ فَلَمْ يَطْلُبْ

Artinya : “Manusia yang paling rugi pada hari Qiamat, adalah seseorang yang mungkin menuntut ilmu tapi tidak mau menuntutnya”.

Syeikh Sayed ‘Alawi Assegaf berkata : “Ketahuilah wahai saudaraku bahwa yang paling wajib dan utama dalam masalah yang difardhukan adalah ilmu dan yang paling besar dosanya dalam masalah pelanggaran yang diharamkan ialah kebodohan dan kebodohan yang paling sesat ialah kebodohan terhadap Allah, yaitu kufur”.

Imam Syafii berkata : “seseorang tidak akan mendapat ilmu kecuali dengan enam hal : kecerdasan, kemauan yang keras, kesabaran, biaya, bimbingan guru dan waktu yang panjang”.

Dalam kitab Qamiul tughyan, imam Nawawi mengatakan : “ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan mencintai para ulama, bergaul dengan mereka, duduk dengan mereka dan meminta penjelasan mereka”.

Demikianlah sedikit pembahasan mengenai Kesulitan Dalam Belajar, yang mana ia merupakan rintangan pertama yang harus dilewati/dihadapi oleh seorang hamba dalam beribadah. InsyaAllah pada artikel berikutnya akan kita lanjutkan dengan rintangan kedua dalam beribadah. Apakah rintangan kedua itu? tunggu kelanjutannya! Wallahua’lambisshawab!

[Referensi : Dari berbagai Kitab]

Muhammad Haekal