Kisah Perjuangan Sahabat Nabi Perempuan

Kisah Perjuangan Sahabat Nabi Perempuan

Pecihitam.Org – Di belakang tangan perkasa para tentara Islam yang menegakkan panji agama di tengah peperangan, tampil tangan-tangan lembut dari sahabat Nabi perempuan yang memberikan sentuhan berarti bagi para pejuang itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kehadiran mereka bukan hanya memberikan dukungan moril, tetapi juga mereka terlibat langsung dalam membantu perjuangan para mujahid. Salah satunya ialah Hamnah binti Jahsy. Dengan keberaniannya, perempuan tersebut berada di barisan belakang saat Perang Uhud. Tugasnya antara lain untuk memberi minum dan mengobati tentara Muslimin yang terluka.

Kesaksian datang dari berbagai pihak soal keterlibatannya dalam peperangan. Adalah Mu’awiyah bin Ubaidillah bin Abi Ahmad, ia pernah mengatakan, “Saya melihat dengan kedua mata saya, Hamnah binti Jahsy memberi minum kepada orang-orang yang kehausan dan mengobati orang-orang yang terluka.

Hamnah Binti Jahsy berasal dari golongan Bani Asad bin Khuzaimah. Ia bersaudara dengan Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah SAW. Hamnah juga memiliki hubungan saudara dengan Ummu Habibah, istri Abdurrahman bin ‘Auf, salah seorang sahabat yang tergolong assabiqunal awwalun, sahabat Nabi Muhammad yang pertama kali masuk Islam.

Baca Juga:  Kisah Artis Korea Masuk Islam karena Keramahan Indonesia

Dengan Rasulullah SAW, Hamnah memiliki ikatan saudara, yakni sepupu. Ibunda Hamnah, Umaimah binti Abdul Muthathalib, adalah bibi dari Nabi Muhammad SAW. Kedekatan ini pula yang menyebabkan Hamnah termasuk satu di antara perempuan-perempuan yang berbaiat kepada Rasulullah SAW. Hamnah dipersunting seorang pemuda pemberani, cerdas, dan berbudi luhur, namanya Mush’ab bin ‘Umair. Buah pernikahan mereka dikarunia seorang anak perempuan.

Suami Hamnah mengemban tugas mulia. Pemuda yang tergolong sahabat Nabi SAW nan harum namanya itu didaulat sebagai duta Islam pertama ke Yatsrib (Madinah). Ia merupakan tokoh di balik hijrahnya Rasulullah SAW bersama para sahabat.

Setahun lebih seminggu sejak kemenangan Perang Badar, umat Muslim bersiap angkat senjata menghadapi kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Peperangan kali ini berlangsung di Bukit Uhud, sekitar empat mil dari Masjid Nabawi Madinah. Tepatnya, 7 Syawal tahun ketiga Hijriah. Di antara kaum Muslimin yang maju ke peperangan di Bukit Uhud, tampil sepasang suami istri. Mereka adalah pasangan Mush’ab bin Umair dan istrinya, Hamnah binti Jahsy.

Baca Juga:  4 Pesan Moral Dibalik Kisah Nabi Ismail AS

Mereka memiliki tugas berbeda, namun tujuan sama, yaitu menegakkan panji Islam. Mush’ab bin Umair mengangkat senjata, sedangkan Hamnah bersama 13 sahabat nabi perempuan lainnya bertugas di belakang pasukan Islam. Tugas mereka tidak kalah penting, yakni memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, lalu mengobati luka tersebut. Selain Hamnah, dari 14 perempuan tersebut di antaranya ialah putri Rasulullah SAW, Fatimah, istri Ali bin Abi Thalib.

Iring-iringan pasukan kaum Muslimin dipimpin Rasulullah SAW menuju Bukit Uhud. Tampak pula saudara lakilaki Hamnah, Abdullah binti Jahsy, dan pamannya, Hamzah bin ‘Abdul Muth thalib. Ketika perang mulai berkecamuk, korban luka pun mulai berjatuhan dari kedua belah pihak. Hamnah binti Jahsy bersama relawan perempuan sibuk melakukan tugasnya.

Selain Hamnah ada juga sahabat perempuan Nabi yang ikut serta dalam peperangan, salah satunya adalah Nusaibah binti Ka’ab. Nusaibah memiliki panggilan akrab Ummu Imarah. Nusaibah binti Ka’ab adalah perempuan yang pemberani dan tangguh. Ia menjadi lambang keberanian yang abadi. Kisahnya yang paling dikenal adalah ketika umat Islam berperang melawan orang-orang kafir dalam perang Uhud.

Baca Juga:  Siasat Dibalik Munculnya Mukjizat Nabi Ibrahim

Pada saat itu Nabi Muhammad SAW tengah berdiri di puncak Uhud dan pada saat itu pula para pasukan musuh tengah mendekat ke arah Nabi Muhammad SAW untuk menyerang beliau. Nusaibah binti Ka’ab yang melihat hal itu lalu mencoba melindungi Nabi Muhammad SAW dengan mengibas-ngibaskan pedangnya untuk menghalau anak panah yang mengarah kepada Nabi Muhammad.

Dengan penuh keberanian Nusaibah berperang dengan sungguh-sungguh, bahkan ia tidak mempedulikan keselamatan dirinya sendiri demi melindungi Rasulullah SAW. Meskipun pada saat itu Nusaibah menderita luka-luka di tubuhnya, namun ia tetap berusaha melindungi Rasulullah SAW.

Mochamad Ari Irawan