Mengulik Motif Memberantas Bid’ah Salafi Wahabi (Bag II)

Mengulik Motif Memberantas Bid'ah Salafi Wahabi (Bag II)

PeciHitam.org Ramainya dakwah berlabel Sunnah ala salafi wahabi sekilas meramaikan syiar Islam di Nusantara menjadi hal menggembirakan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Syiar Islam yang semakin gencar akan menambahkan kekuatan keimanan orang Islam di Nusantara. Namun faktanya syiar Islam dengan label dakwah Sunnah oleh salafi wahabi bukan menambah orang Islam.

Karena faktanya dakwah salafi wahabi sering menjerbabkan Muslim di Nusantara sebagai pengamal bid’ah, sesat, khurafat bahkan syirik kepada Allah SWT. Hal ini yang menjadi kekhawatiran pergeseran makna dakwah, dari mengislamkan dan memperkuat keimamanan menjadi menuduh orang bid’ah,

Tren Dakwah Sunnah

Perkembangan media digital dalam berbagai variannya menjadikan fleksibilitas kegiatan dakwah berkembang dengan cepat. Ribuan bahkan puluhan ribu akun dakwah yang menjelaskan tentang dakwah sunnah ala salafi wahabi ternyata banyak berisi klaim dan tuduhan kepada Amaliah Muslim di Nusantara.

Ghirah atau semangat berdakwah dengan label sunnah ternyata dibarengi semangat untuk menyalahkan Muslim lainnya yang  tidak sesuai dengan amaliahnya.

Tokoh Ustadz yang banyak melakukan serangan-serangan bid’ah adalah Ustadz yazid Jawwas, Ustadz Badrussalam, atau sekelas Ustadz Subhan Bawazier.

Bahkan nama terakhir mengatakan bahwa model Sorban Walisongo termasuk Pangeran Diponegoro sama sekali tidak Islami. Penggunaan Tasbeh juga diakui sama dengan orang Shaolin dan orang Katholik maka harus ditinggalkan karena merupakan simbol agama lain. Dalil yang banyak dicatut oleh salafi wahabi adalah;

Baca Juga:  Wahabisme dan Thaghutnya yang Menyesatkan

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya; “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Hadits riwayat Abdullah bin Umar tersebut sangat terkenal dikalangan salafi wahabi dalam menuduh bid’ah dan sesat Muslim Nusantara yang memiliki kemiripan amaliah dengan orang lain.

Penggunaan dalil lainnya yang sangat massif digunakan adalah dalil bid’ah sebagaimana dalam artikel pertama. Segala yang berbau baru maka bakal dicap sebagai bid’ah dan sesat.

Motif Dakwah dan Jaminan Rasulullah SAW

Memahami gerakan dan sikap salafi wahabi di Nusantara selayaknya memahami akar perkembangan awal gerakannya di Kerajaan Saudi Arabia. Bahwa pada awal kemunculannya, motor salafi wahabi menamakan diri sebagai gerakan Muwahidun yang menjadi teman akrab Muhammad bin Su’ud, pendiri Kerajaan.

Duet perjuangan ini menjadikan Kerajaan Arab Saudi Pertama muncul di kawasan Dir’iyyah di bagian barat kota Riyadh sekarang. Kerajaan Arab Saudi pertama tidak bertahan lama hanya sekitar 70 tahun dan kemudian kalah dalam perang dengan Khalifah Utsmaniyyah.

Baca Juga:  Alhamdulillah, Akhirnya Ulama Wahabi Ini Bertaubat dan Hijrah ke Aswaja

Pokok utama perjuangan Muhammad bin Abdul Wahab banyak ditulis sebagai perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam murni (Purifikasi).

Namun faktanya, perjuangan beliau dibarengi dengan perebutan kekuasaan wilayah lainnya yang masih dibawah otoritas Khalifah Utsmaniyyah.

Bahkan gerakan ini menjadi lebih jelas ketika Revolusi Arab Saudi kedua pada tahun 1902 dengan menyerang Kerajaan Hijz yang memiliki garis kepada Rasulullah SAW.

Setidaknya simpulan penulis terhadap gerakan dakwah salafi wahabi pada masa awal sebagai jangkar kekuatan politik klan Ali Suud atau keluarga Saudiyah untuk mendapatkan kekuasaan. Bahwa klaim salafi wahabi untuk menyifati gerakan mereka sebagai gerakan pembersihan dari praktek bid’ah dan syirik adalah kurang benar.

Tuduhan ini mereka lontarkan ketika Kerajaan Arab Saudi Modern menguasai Makkah Madinah dan banyak melakukan pengrusakan terhadap situs Makam Islam. Mereka menuduh bahwa kubur makam para Sahabat adalah biang syirik. Bahwa Rasulullah SAW bersabda;

إِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُم أَنْ تُشْرِكُوا وَلَكِنيِّ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا

Baca Juga:  Hati-hati! Begini Perkembangan Gerakan Wahabi Salafi di Indonesia

Artinya; “Sesungguhnya aku tidak takut (khawatir) kalian akan menjadi musyrik (menyekutukan Allah sepeninggalku nanti), akan tetapi aku takut (khawatir) kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Rasulullah SAW sendiri tidak mengkhawatirkan keimanan orang Islam karena antara syirik dan beriman sudah sangat jelas. Dan Muslim yang banyak tertuduh syirik oleh orang salafi wahabi adalah ahlu Tauhid, mereka beriman. Maka motif utama dakwah salafi wahabi pada akarnya bisa saja bukan benar-benar motif dakwah tapi lainnya.

Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq