Surah An-Naml Ayat 62; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naml Ayat 62

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naml Ayat 62 ini, menerangkan Allah mengemukakan pertanyaan yang ketiga dalam rangka menyingkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Kedua pertanyaan sebelumnya mengenai bidang materi, sedang pertanyaan ketiga ini menyangkut kerohanian.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naml Ayat 62

Surah An-Naml Ayat 62
أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

Terjemahan: Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).

Tafsir Jalalain: أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ (Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan) orang yang sengsara kemudian tertimpa kemudaratan إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ (apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan) dari dirinya dan dari diri orang selainnya,

وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ (dan yang menjadikan kalian sebagai khalifah di bumi) Idhafah dalam lafal Khulafa-al Ardhi mengandung makna Fi. Maksudnya. setiap generasi menjadi pengganti generasi sebelumnya.

أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ (Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain? Amat sedikitlah kalian mengingati-Nya) mengambil pelajaran dari hal ini. Lafal Tadzakkaruna dapat pula dibaca Yadzdzakkaruna; kemudian huruf Ta di-idgham-kan kepada huruf Dzal. Dan huruf Ma di sini untuk menunjukkan makna sedikit sekali. bintang sebagai pemandunya di waktu tengah malam, dan, dengan tanda-tanda yang ada di daratan di waktu siang hari.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala mengingatkan bahwasannya Dialah yang diseru di saat-saat genting serta yang diharap saat-saat goncang. أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ (“Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya.”) yakni tidak ada yang dituju oleh orang yang berada dalam kesulitan kecuali Dia dan tidak ada yang dapat menghilangkan kesulitan orang-orang yang sulit, selain-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 31-32; Seri Tadabbur Al Qur'an

Imam Ahmad berkata: ‘Affan bercerita kepada kami, bahwa Jabir bin Sulaim al-Hujaimi berkata: Aku mendatangi Rasulullah saw. di saat beliau sedang berselimut selendangnya. Lalu aku bertanya: “Siapakah di antara kalian yang bernama Muhammad, Rasulullah ?” beliau mengisyaratkan pada dirinya sendiri. Maka aku berkata:

“Hai Rasulullah. Saya adalah penduduk kampung dan memiliki sifat kasar mereka. berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda: “Janganlah engkau menghina kebaikan sedikitpun, hendaklah engkau berjumpa dengan saudaramu dengan wajah ceria, sekalipun engkau menuang air dari embermu untuk memenuhi ember orang yang mencari air.

Jika seseorang memakimu dengan sesuatu yang diketahuinya ada pada dirimu, maka janganlah engkau membalasnya dengan memaki keburukan yang engkau ketahui darinya. Karena pahalanya akan menjadi milikmu dan dosanya akan dibebankan kepadanya.

Hati-hati dengan menjulurkan kain hingga melewati mata kaki. Karena sesungguhnya hal itu merupakan bagian dari kesombongan dan sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang sombong. Serta janganlah engkau mencela seseorang.” Dia berkata: “Setelah itu, aku tidak pernah mencela [mamaki] seseorang, kambing atau unta sekalipun.”

Abu Dawud dan an-Nasa’i meriwAyatkan tentang hadits ini melalui beberapa jalan. Dan pada kedua riwAyat mereka terdapat bagian yang layak.

Firman Allah Ta’ala: وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ (“Dan yang menjadikanmu sebagai khalifah di bumi.”) yaitu berkesinambungan dari umat satu kepada umat setelahnya, satu generasi ke generasi berikutnya serta masyarakat kepada masyarakat setelahnya. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia akan menjadikan mereka seluruhnya dalam satu waktu, tidak menjadikan sebagian mereka sebagai anak cucu bagian yang lain.

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 6-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Bahkan seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia akan menciptakan mereka semua sekaligus, sehingga kematian seluruhnya terjadi, dalam waktu yang sama, niscaya bumi ini menjadi sempit dan sempit pula kehidupan dan usaha mereka serta sebagian mereka membahayakan sebagian yang lain.

Akan tetapi hikmah dan takdir-Nya telah menentukan bahwa Dia menciptakan mereka dari satu orang, kemudian berkembang biaklah menjadi banyak. Dia memperkembang biakkan mereka di muka bumi dan dijadikan bagi mereka kurun waktu yang berbeda dan juga mereka dijadikan berbangsa-bangsa hingga ajal berakhir dan kehidupan selesai.

Sebagaimana Allah pun telah menetapkan ketentuan-Nya dan menentukan jumlah mereka, kemudian mendirikan hari kiamat dan setiap yang beramal akan dibalas sesuai dengan amalnya, jika telah sampai ajalnya.

Untuk itu Allah berfirman: أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ (“Atau siapakah yang memperkenankan [doa] orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahana yang menjadikanmu [manusia] sebagai khalifah di muka bumi? Apakah di samping Allah ada ilah [yang lain]?”) yaitu yang mampu melakukan itu semua, ataukah ada ilah bersama Allah setelah ini semua? sesungguhnya telah diketahui bahwa Allah sajalah yang melakukan itu, tidak ada sekutu bagi-Nya.

قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ (“Amat sedikitlah kamu mengingat[Nya]”) yakni, alangkah sedikit engkau mengingatkan mereka ke arah yang menunjukkan mereka kepada kebenaran serta memberikan hidayah kepada jalan yang lurus.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah mengemukakan pertanyaan yang ketiga dalam rangka menyingkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Kedua pertanyaan sebelumnya mengenai bidang materi, sedang pertanyaan ketiga ini menyangkut kerohanian.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 20-21; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pertanyaan ini berkisar pada siapakah yang mengabulkan permohonan orang yang berada dalam kesulitan, apabila ia berdoa kepada-Nya. Seperti penumpang sebuah kapal di tengah laut yang sedang diserang badai angin topan yang dahsyat, yang hampir tenggelam, kemudian ia berdoa memohon keselamatan kepada Allah.

Apakah berhala yang dapat menyelamatkannya dari bahaya maut, ataukah Allah sendiri? Lalu siapakah yang menjadikan manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi? Adakah tuhan selain Allah yang dapat mengemudikan dan mengatur segala sesuatu di muka bumi ini? Hanya sedikit sekali manusia yang mau mengingat-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Tanyakan pula kepada mereka, wahai Muahammad, “Siapakah yang mengabulkan permohonan orang yang berdoa dalam keadaan kritis, dalam kesulitan luar biasa, lalu berlari mencari perlindungan dengan merendahkan diri dan khusyuk?
Siapakah pula yang menolong manusia dari keburukan yang menimpanya?
Siapakah yang mengangkat kalian sebagai khalifah di muka bumi sebagai pengganti orang-orang terdahulu?

Tidak ada tuhan lain yang menyertai Allah sebagai pemberi karunia dan nikmat-nikmat itu. Akan tetapi kalian, wahai orang-orang kafir, sedikit sekali mengambil pelajaran.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah An-Naml Ayat 62 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S