Pelajaran dari Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir

nabi musa dan nabi khidir

Pecihitam.org – Diambil dari kisah nabi Musa As dan Nabi Khidir, kisah keteladanan, kesabaran, serta banyak hikmah yang bisa diambil. Kisah ini ada di dalam AL-Qur’an surat al-Kahfi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dimana ketika Nabi Musa mendapatkan perintah untuk mencari guru dan hanya diberii petunjuk untuk berjalan kearah barat sampai menemukan tempat bertemunya dua laut (Majma’al Bahroin) dan salah satu tandanya adalah hewan yang sudah mati akan hidup kembali ketika berada disekitar tempat tersebut.

Dalam perjalanan tersebut Nabi Musa tidak sendiri, beliau ditemani olleh pembantunya. Dengan perbekalan yang komplit salah satu bekal yang dibawa adalah masakan ikan. Kemudian nabi Musa dan pembantunya berjalan kearah barat, rasa lelah selalu diabaikan padaha dari raut muka beliau tampak kelelahan berjalan.

Setelah perjalanan jauh kearah barat nabi Musa kemudian berhenti di sebuah batu yang bernama batu kemalaso. Kemudian nabi Musa berbincang dengan pembantunya beliau berkata “aku tidak akan berhenti (berjalan) sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.

Namun ketika mereka berdua sampai dipertemuan dua laut itu, mereka melupakan ikannya, lalu (ikan) itu melompat mengambil jalannya ke laut tersebut. Maka ketika mereka melewati tempat tersebut Nabi Musa berkata kepada pembantunya “bawalah kemari makanan kita, sungguh sudah letih rasanya”.

Pembantunya pun menjawab “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berteduh di batu tadi? Aku melupakan ikan tersebut, dan ikannya mengambiil jalan ke laut dengan cara yang aneh sekali”.

Baca Juga:  Doa Nabi Muhammad Pada Pernikahan Putrinya

Seteah mendengar jawaban pembantunya Nabi Musa Ingat bahwa ternyata tempat yang mereka cari adalah tempat yang tadi ketika mereka berdua berhenti untuk beristirahat di batu. Kemudian mereka berdua kembali dan mengikuti jalan yang telah dilewati tadi. Bertemulah mereka dengan seorang yang alim (Nabi Khidir).

Kemudian Nabi Musa mengutarakan maksud kedatangannya “bolehkah aku mengiikutimu, agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang yang benar, yang telah engkau dapatkan sebagai petunjuk?”

Jawaban nabi Khidir “engkau tidak akan sanggup sabar bersama denganku, apakah engkau akan sanggup bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

Nabi Musa berkata “insyaAllah aku akan bersabar bersamamu dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun”. Nabi Khidir pun menjawab “jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan tentang sesuatu apapun yang aku lakukan, sebelum aku menerangkannya kepadamu”.

Maka berjalanklah keduanya yaitu Nabi Musa dan Nabi Khidir. Dalam perjalanan tersebut Nabi Khidir tidak mengatakan satu patah katapun, kemudian keduanya sampai di tepi pantai dan menaiki perahu. Namun setelah menaiki perahu tiba-tiba nabi Khidir melubangi perahu tersebut.

Nabi Musa menegur Nabi Khidir mengapa beliau melubangi perahu tersebut. Kemudian Nabi Khidir memperingatkan bahwa engkau Musa telah berbuat sebuah kesalahan besar.

Bahwa sudah sejak awal aku memperingatkan sesungguhnya engkau Musa tidak akan bisa sabar mengikutiku (Nabi Khidir). Kemudian Nabi Musa berkata bahwa “jangan engkau beri aku hukuman karena kelalaianku dan jangan pula memberikan kesulitan dalam urusanku”. Maka berjanjilah keduanya.

Baca Juga:  Membelah Bulan! Ini Mukjizat Rasulullah Paling Spektakuler dalam Riwayat Hadis Sahih

Setelah itu mereka berdua melanjutkan perjalanan, sampai bertemu dengan seorang anak kecil dan Nabi Khidir membunuhnya. Nabi Musa pun memprotesnya kembali, mengapa engkau membunuh anak itu padahal dia tidak melakukan apapun. Sungguh engkau telah melakukan perbuatan yang munkar.

Bukankah tadii sudah kukatakan bahwa engkau (musa) tidak akan mampu bersabar bersamaku, jawab Nabi Khidir.

Maafkan aku guru, jika aku bertanya sesuatu kepadamu lagi setelah ini, maka jangan perbolehkan lagi aku mengikutimu. Sungguh engkau telah sabar menerima kehadiranku. Begitulah yang Nabi Musa katakan.

Maka keduanya berjalan lagi, sampai bertemu dengan penduduk sebuah negeri, mereka berdua meminta untuk dijamu oleh penduduk negeri tersebut, namun mereka para penduduk enggan untuk menjamu mereka berdua.

Kemudian didalam perjalanan di negeri tersebut nabi Khidir dan Nabi Musa meliihat sebuah dinding rumah yang hampir roboh, lalu Nabi Khidir menegakkannya kembali. Dan nabi Musa mengatakan “Jika engkau mau, maka engkau dapat meminta imbalan atas apa yang baru saja engkau lakukan”.

Setelah itu Nabi Khidiir angkat bicara lagi “inilah perpisahan antara aku dengan engkau,, dan aku akan memberikan penjelasan kepadamu”.

Pertama, perahu yang dilubangi adalah milik orang miskin yang bekerja dilaut, aku melubanginya karena diidepan mereka akan ada raja yang akan merampas setiap perahu yang ada disana.

Baca Juga:  Khalifah Pertama Bani Umayyah, Siapakah Dia?

Kedua, mengapa anak kel itu dibunuh, karena kelak dia setelah dewasa akan menjadi kafir, dan memaksa orang tuanya untuk mengikutinya, padahal orang tuanya adalah orang-orang mukmin.

Dan adapun yang ketiga yaitu dinding rumah yang akan roboh dan aku tegakkan kembali, itu adalah dinding rumah milik dua orang anak yatim yang dibawahnya tersimpan harta untuk mereka berdua, dan ayahnya adalah seorang yang Shaleh.

Maka Tuhan (Allah) menghendaki agar kedua anak tersebut tubuh hiingga dewasa, dan dapat mempergunakan harta yang tersimpan itu sebagai rahmat darii Allah. Apa yang Aku perbuat bukan atas dasar keinginanku, dan itulah penjelasan dari perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar menghadapinya.

Dari kisah ini dapat kita ambiil pelajaran bahwa lebih baik banyak mendengar darii pada berbicara, belum tentu semua orang langsung memberikan alasan dari tiap tindakannya. Terkadang ada sesuatu yang tersimpan dari sebuah kejadian. Wallahu’alam

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik