Polemik Pembatalan Ceramah UAS di Masjid Kampus UGM

ceramah uas

Pecihitam.org – Belum lama ini tersebar berita bahwa ceramah UAS yang seharusnya akan dilaksanakan di masjid kampus UGM terpaksa harus dibatalkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menurut berita yang beredar, pembatalan ceramah itu lantaran acara tersebut dianggap tidak sesuai dengan semangat dan jati diri UGM. Juga, sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala takmir masjid UGM, banyak alumni atau kalangan luar yang keberatan.

Ceramah itu bertajuk “Integrasi Islam dan Sains” dalam format kuliah umum seperti di mimbar-mimbar akademik pada umumnya.

Bila benar format ceramah itu semacam “kuliah umum”, jelas pembatalan itu bisa dibilang patut disayangkan. Sebabnya, mimbar kampus adalah tempat yang bebas untuk menyuarakan sesuatu, mengutarakan pendapat, dan tidak ada orang yang bisa menghalang-halangi.

Lumpuhnya kebebasan akademik justru akan menghawatirkan dunia kampus itu sendiri sebagai lembaga independen pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, di mana pun dan kapanpun, kebebasan akademik mutlak dibutuhkan dan tak ada yang boleh membatasi, bahkan negara tak boleh membatasi.

Baca Juga:  MUI: Jemaah yang Tidak Sehat Tak Usah ke Masjid

Sesungguhnya, kampus adalah tempat yang harus terbuka bagi semua orang tanpa terkecuali. Orang bebas bicara apa saja sejauh masih dalam koridor ilmu.

Singkatnya, mau orang yang bersikap fanatik, fundamentalis, liberal, ekstrimis, berpaham Marxis, sosialis, dan siapa pun boleh-boleh saja bicara secara bebas.

Di mimbar akademik semua orang bebas mengutarakan pendapat dan buah pikirannya sendiri. Pelarangan terhadapnya, justru menyalahi semangat pengetahuan dan jati diri demokrasi

Hanya persoalannya, dan ini yang agak menghawatirkan, yang mau ceramah di kampus itu tidak semuanya mau dan bisa bicara dalam frame akademik.

Misalnya dulu ada kasus Sudirman Said yang mau bicara di kampus dan ternyata dibatalkan juga. Alasanya, Said akan berkampanye politik di kampus. Hanya saja dibungkus seolah itu kegiatan akademik, padahal sifatnya politis.

Yang lebih bermasalah lagi, ceramah-ceramah agama atau keilmuan yang diadakan di lingkungan masjid. Ceramah model begitu mau digolongkan seperti apa? Ceramah akademikkah? Menurut saya, tidak demikian.

Baca Juga:  Jangan Salah, Tak Semua Warga Arab Saudi Itu Wahabi

Ada sebagian orang yang memprotes tentang pelarangan Ustazd Somad. Tapi perlu diingat, dulu ada seorang tokoh bernama Irshad Manji mau bicara di UGM, tapi digagalkan atau dibatalkan.

Apakah kampus UGM menolaknya? Tidak. Yang menolak justru lebih banyak dari kalangan luar UGM. Bahkan sampai terjadi semacam persekusi yang seharusnya tidak perlu.

Kalau boleh bertanya, apakah orang yang sekarang protes dengan pelarangan ceramah UAS dulu juga protes dengan persekusi terhadap Irshad Manji? Saya kira tidak pernah protes. Alasannya? Karena Manji dianggap tokoh liberal dan dikhawatirkan akan membawa-bawa ide Islam liberal.

Jadi, bila ada yang protes soal Ustadz Somad ini, sepertinya mereka tidak sedang membela kebebasan akademik di lingkungan kampus. Mereka justru sedang menunjukkan preferensi soal bagaimana UGM harus bersikap. Dengan begitu, ujung-ujungnya UGM akan dianggap anti Islam.

Hemat saya, kebebasan mimbar akademik harus terus didukung. Dengan catatan harus berbicara secara akademik dan berdasarkan pengetahuan yang mumpuni, yang demikian ini tidak boleh dilarang. Mau UAS, Felix, Irshad Manji, Ulil, Sudirman, atau siapa saja, jangan ada larangan.

Baca Juga:  Masjid di Maros Akan Dibuka Saat New Normal

Hanya kembali lagi ke soal tadi, apakah masjid itu mimbar akademik? Sepertinya bukan. Kalau ada orang yang mau bicara soal hak-hak gay dan LGBT di mimbar masjid, apakah boleh? Pasti tidak boleh.

Jadi, sangat susah untuk menerapkan prinsip kebebasan mimbar di masjid, meskipun masjid itu ada di kampus. Kalau ada yang keberatan dengan pelarangan ceramah Ustaz Somad, tidak tepat membawa-bawa prinsip kebebasan mimbar sebagai argumen. Atau, cari saja tempat lain di dalam kampus tapi bukan di dalam masjid.

Rohmatul Izad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *