Sejarah Penamaan Bulan Syawal dan Peristiwa Penting yang Terjadi

sejarah bulan syawal

Pecihitam.org – Syawal merupakan bulan ke-10 dalam dalam penanggalan hijriyah dan penanggalan Jawa. Syawal juga salah satu bulan yang dianjurkan melakukan puasa enam hari setelah Idul Fitri. Namun tahukah kamu bagaimana sejarah asal mulanya penamaan bulan syawal? Berikut ulasan lengkapnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Sejarah Penamaan Bulan Syawal

Menurut Ibnu Manzur dalam Lisanul Arab yang mengutip beberapa pendapat ahli bahasa mengungkapkan alasan penamaan bulan hijriah yang jatuh setelah Ramadhan tersebut disebut dengan Syawal.

Menurut pendapat ini, kata Syawal berasal dari bahasa Arab syawwala yang berarti ‘menjadi sedikit. Konon, dalam sejarah Arab dahulu, pada musim bulan Syawal tersebut susu unta betina hanya keluar sedikit. Orang-orang Arab, menamakan fenomena tersebut dengan istilah tasywil laban al-ibil, kondisi susu unta yang menjadi sedikit (susu unta atau perbekalan).

Selain itu, ada juga ahli bahasa yang berpendapat bahwa kata Syawal berkaitan dengan fenomena orang Arab Jahiliah yang enggan menikah pada bulan tersebut. Mereka beranggapan bahwa menikah pada bulan Syawal dapat membuat sial pasangan pengantin.

Fenomena enggan menikah ini kemudian dikaitkan oleh orang Arab pada masa itu dengan perilaku unta betina yang enggan dikawini jantannya. Saat unta jantan hendak mengawininya, unta betina menolak sambil menggerakkan ekornya. Dalam bahasa Arab, unta betina yang menggerak-gerakkan ekor sebagai tanda penolakan itu disebut syala bi dzanabiha.

Mitos larangan menikah pada bulan Syawal dalam tradisi Jahiliah ini lantas ditentang oleh Nabi Muhammad saw. Beliau sendiri menikahi beberapa istrinya pada bulan Syawal. Paling tidak ada tiga istri Nabi yang dinikahi pada bulan Syawal.

Pernikahan Nabi di Bulan Syawal

Menurut beberapa riwayat, setelah wafatnya Sayyidah Khadijah ra., ada dua wanita yang dinikahi Nabi Saw, yatu Aisyah dan Saudah. Dan ternyata, keduanya dinikahi Nabi pada bulan yang sama, yaitu Syawal.

Hanya saja, karena Aisyah waktu itu masih berusia cukup belia yaitu enam tahun, Nabi Saw memilih untuk tinggal bersama Saudah terlebih dahulu selama tiga tahun.

Baca Juga:  Memahami Ayat Qauliyah dan Kauniyah, Dua Hal yang Tidak Bisa Dipisahkan

Setelah Aisyah tumbuh dewasa, baru Nabi membangun jalinan rumah tangga bersamanya, tepatnya pada saat usia Aisyah sembilan tahun. Itupun bukan atas kemauan Nabi sendiri, namun atas pertimbangan matang dari Saudah.

Namun, Al-Waqidi berpendapat sedikit berbeda. Menurutnya setelah Khadijah wafat, Saudahlah orang yang pertama kali dinikahi Nabi, baru kemudian Aisyah. Saudah dinikahi pada bulan Ramadhan, sedangkan Aisyah dinikahi bulan Syawal, dua tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah.

Selain kedua wanita diatas, ada satu lagi yang dinikahi pada bulan Syawal, yaitu Ummu Salamah. Nama aslinya adalah Hani binti Abu Umayah. Ummu Slamah adalah janda beranak empat dari saudara sepersusuan Nabi, Abu Salamah bin Abil Asad.

Saat perang Uhud, Abu Salamah ikut perang bersama Sahabat Nabi lainnya. Namun nahas, ia terkena panah dan terluka parah. Sempat sembuh dari lukanya, namun akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada bulan Jumadil Akhir 4 Hijriyah.

Karena Ummu Salamah janda beranak empat, Nabi menikahinya setelah selesai masa iddah, yaitu pada bulan Syawal 4 Hijriyah. Nabi menikahinya dengan niat membantu perekonomian Ummu Salamah dalam mengurus keempat anaknya.

Nabi Muhammad Saw menikah pada bulan Syawal bukan tanpa alasan. Yaitu guna menghilangkan tradisi buruk. Karena pada masa Jahiliyah, Allah menurunkan wabah penyakit yang menyebabkan kematian, termasuk pada pengantin yang sedang melangsungkan pernikahan. Sehingga mereka beranggapan bahwa menikah di bulan Syawal menimbulkan malapetaka.

Keutamaan Bulan Syawal

Keutamaan bulan syawal yang pertama adalah puasa sunah 6 hari di bulan syawal. Puasa 6 hari pada bulan syawal ini biasanya dilakukan mulai tanggal 2 bulan syawal. Karena di hari pertama, yaitu saat hari raya idul fitri umat Islam diharamkan untuk melaksanakan ibadah puasa.

Puasa 6 hari di bulan syawal ini menjadi pelengkap atau penyempurna amalan pada bulan Ramadhan.

Adapun keistimewaan puasa Syawal enam hari ini sebagaimana disebutkan dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAw bersabda,

Baca Juga:  Inilah 5 Hal yang Menjadi Keprihatinan Ulama Terhadap Keilmuan Islam Sekarang Ini

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh.”(HR.Muslim (no. 1164).

Berdasarkan hadits di atas, menunjukkan keutamaan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal, yang ini termasuk karunia agung dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dengan kemudahan mendapatkan pahala puasa setahun penuh tanpa adanya kesulitan yang berarti..

Imam Ahmad dan An-Nasa’i, meriwayatkan dari Tsauban, Rasulullah Saw bersabda yang artinya:

“Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh.” (HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

Syekh Ibrahim Al-Baijuri juga menjelaskan dalam Hasyiyatul Baijuri ‘ala Syarhil ‘Allamah Ibni Qasim sebagaimana berikut.

(وستة من شوال) أي لخبر من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر فإن صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام الستة من شوال بشهرين فذلك كصيام السنة والمراد أنه كصيامها فرضا والا فلا خصوصية لذلك لأن الحسنة بعشرة أمثالها

Artinya, “Salah satu puasa sunah adalah (puasa enam hari di bulan Syawal) berdasarkan hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, ia seakan berpuasa setahun penuh. Karena, puasa Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan. Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan setara dengan puasa setahun penuh,”

Peristiwa Penting di Bulan Syawal

Berikut adalah beberapa catatan sejarah peradaban Islam yang terjadi di bulan syawal:

1. Nabi Saw Menikahi Aisyah ra.

Sebagaimana dijelaskan dalam sejarah di atas, menurut Ibnu Mandhur dalam Lisan al-Arab, Aisyah ra. putri Abu Bakar ra. dipersunting Nabi Saw, pada bulan Syawal dan memulai hidup bersama Aisyah juga pada bulan yang sama.

Baca Juga:  25 Nama Nabi dan Rasul Yang Wajib Diketahui

2. Lahirnya Ahli Hadis Imam Bukhari

Tahukah Anda? Jika ternyata ahli hadis Imam Bukhari lahir di Bulan Syawal? Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah pada 13 Syawal 194 Hijriah. Artikel lengkapnya silahkan baca disini. Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam al-Bukhari berhasil menuliskan 9.082 hadis dalam karya monumentalnya bernama Jami’ al-Shahih yang lebih dikenal sebagai Shahih Bukhari.

3. Perang Uhud

Dalam sejarah peradaban Islam juga tercatat bahwa pada 17 Syawal, umat Muslim di zaman Rasulullah Saw terlibat dalam Perang Uhud. Pendapat lain menyebut Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal 3 Hijriyah atau Ahad 31 Maret 625 Masehi. Pada pertempuran tersebut, umat Islam mendapatkan pelajaran penting, karena mengalami kekalahan.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 165,

“Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar), kamu berkata, ‘Dari mana datangnya (kekalahan) ini?’ Katakanlah, Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

4. Perang Bani Qainuqa

Peristiwa bersejarah lain yang terjadi di bulan Syawal adalah Perang Bani Qainuqa. Dalam perang ini pasukan kaum muslim yang dipimpin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerangi kaum yahudi karena mereka memerangi kaum muslim dan juga yang mengkhianati perjanjian yang dibuat kedua belah pihak.

Wallahua”lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik