Shuhaib bin Sinan, Sahabat Nabi yang Rela Kehilangan Harta Ketika Hijrah

shuhaib bin sinan

Pecihitam.org – Bagi seorang muslim, ridha dari Allah swt merupakan kenikmatan tertinggi yang bisa dicapai. Orang yang meniatkan setiap perbuatannya untuk mencari ridho Allah akan senantiasa melibatkan Allah dalam setiap urusannya. Menempatkan Allah sebagai satu-satunya dzat yang paling tinggi diatara semuanya. Sehingga hatinya akan senantiasa tenang karena ia telah meraih kesejatiaan dari sifat penghambaannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ada salah satu kisah dari sahabat Nabi Muhammad saw yang memilih hijrah bersama Nabi di Madinah dengan meninggalkan seluruh harta benda yang ia punya. Namanya adalah Shuhaib bin Sinan bin Khalid bin Abdi Amr bin Thufail bin Amir dan Jundalah bin Ka’ab bin Sa’ad bin Khuzaimah bin Ka’ab bin Sa’ad. Beliau adalah salah satu sahabat Nabi yang awal memeluk agama Islam.

Dalam kisahnya, Shuhaib bin Sinan melakukan perjalanan hijrah menuju Madinah mengikuti langkah Nabi Muhammad saw. Namun di tengah perjalanan, ia dihentikan orang-orang Quraisy yang ingin menghalang-halangi pengikut Nabi untuk melakukan hijrah. Tanpa rasa takut ia langsung berkata kepada orang-orang Quraisy tersebut.

“Demi Allah, kalian tidak akan bisa menyentuhku selama pedang dan panah masih ada di tanganku. Sekarang akan aku berikan dua pilihan, kalian mau berhadapan denganku atau ambil semua hartaku yang berada di Makkah.”

Baca Juga:  Siasat Abu Nawas Bikin Prajurit Raja Tak Bisa Buang Air Besar

Tentu saja, ini adalah sebuah pilihan yang menggiurkan bagi orang-orang Quraisy. Mereka bisa mendapatkan harta benda Shuaib bin Sinan tanpa harus bertarung mati-matian dengannya. Tidak perlu melukai diri sendiri untuk mendapatkan hasil yang berlimpah. Karena dengan sendirinya musuh menyerahkan harta bendanya secara suka rela.

Akhirnya Shuhaib bin Sinan sampai di Madinah tanpa adanya luka sedikitpun di tubuhnya. Beliau dalam keadaaan selamat meski seluruh hartanya dirampas oleh orang-orang Quraisy tersebut. Nabi yang mengetahui kisah tersebut memuji perbuatan Shuaib bin Sanan. Dia berani meninggalkan seluruh hartanya demi kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Nampaknya Shuaib bin Sinan sadar bahwa inti dari semua hidup adalah mencari ridho Allah swt. Oleh karena itu, harta benda baginya bukanlah sesuatu yang berharga dibandingkan dengan ridho Allah yang menjadi inti segala ibadah. Dengan ridho Allah, hidupnya akan menjadi lebih berwarna dan dipenuhi dengan rasa cinta mendalam.

Prinsip-prinsip inilah yang mulai luntur dalam diri muslim sendiri. Belakangan ini banyak muslim yang melakukan hal sebaliknya, terus menerus mengejar harta dan melalaikan ridho Allah swt.

Baca Juga:  Kisah Taubatnya Abu Yazid al Bustami Setelah Dinasehati Seekor Anjing

Dengan harta itu, mereka membuat Allah murka, mereka menuruti hawa nafsunya dengan berpesta pora. Mereka tak lagi memperdulikan bagaimana nasib saudara seimannya, karena yang mereka perhatikan adalah bagaimana caranya menumpuk harta untuk menyalurkan nafsunya.

Padahal Islam tak kekurangan tokoh yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mencari ridho Allah. Para sahabat, tabi’in, dan kini para ulama-ulama adalah contoh nyata tokoh yang mencari ridho Allah. Mereka tidak takut kehilangan harta benda, karena yang mereka khawatirkan adalah bila tidak mendapat ridha dari Allah.

Memang ridho Allah tidak bisa kita lihat secara langsung. Di balik ibadah yang dilakukan, kita hanya bisa melakukan klaim bahwa ibadah yang kita lakukan untuk mencari ridho Allah. Bahkan tak jarang kita menyaksikan orang yang mengklaim bahwa dirinya mencari ridho Allah justru mengorbankan ribuan nyawa umat yang lainnya. Tentu hal ini tidak bisa dibenarkan secara syariat.

Tapi satu prinsip yang bisa jadikan sebagai tanda ibadah tersebut diniatkan untuk mencari ridha Allah swt. Ada sebuah hadits yang mengatakan “ridha Tuhan ada pada ridha orang tua, murka Tuhan pun ada pada murka orangtua.” Disini Rasulullah menunjukkan bahwa ridho Allah dapat diperoleh dengan memuliakan orang lain.

Baca Juga:  Kisah Malik bin Dinar dan Majusi yang Masuk Islam

Maka jika kita berkaca dari kisah Shuhaib bin Sinan kita akan mendapatkan tujuan dari ibadahnya. Beliau tidak langsung membunuh orang-orang yang mengancam nyawanya. Padahal beliau lebih dari mampu untuk menghabisi nyawa sekaligus. Beliau memilih cara yang lebih arif dengan mengorbankan harta benda yang dimiliki. Karena dengan itu beliau bisa selamat tanpa ada siapapun yang terluka.

Muhammad Nur Faizi