Surah Al-Ahzab Ayat 32-34; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ahzab Ayat 32-34

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ahzab Ayat 32-34 ini, menerangkan sebab-sebab mereka mendapat karunia yang besar itu. Di antaranya ialah karena rumah kediaman istri-istri Nabi. itu adalah tempat-tempat turun wahyu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah memerintahkan kepada istri-istri Nabi. saw supaya mengajarkan apa yang dibacakan di rumah mereka itu dari ayat-ayat Allah dan sunah Nabi kepada orang lain. Sunah Nabi itu bisa berupa apa yang mereka saksikan tentang kehidupan Nabi dalam lingkungan rumah tangga dan berhubungan dengan syariat Islam.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ahzab Ayat 32-34

Surah Al-Ahzab Ayat 32
يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسۡتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلۡبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلۡنَ قَوۡلًا مَّعۡرُوفًا

Terjemahan: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,

Tafsir Jalalain: يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسۡتُنَّ كَأَحَدٍ (Hai istri-istri Nabi! Kamu sekalian tidaklah seperti seseorang) yakni segolongan مِّنَ ٱلنِّسَآءِ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّ (di antara wanita yang lain, jika kalian bertakwa) kepada Allah, karena sesungguhnya kalian adalah wanita-wanita yang agung.

فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ (Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara) dengan kaum laki-laki فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلۡبِهِۦ (sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya) yakni perasaan nifaq مَرَضٌ وَقُلۡنَ قَوۡلًا مَّعۡرُوفًا (dan ucapkanlah perkataan yang baik) dengan tanpa tunduk.

Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan adab yang diperintahkan Allah swt. kepada para istri Nabi saw. serta istri umatnya yang mengikuti mereka. Allah Ta’ala berfirman berfirman berdialoq dengan istri-istri Nabi saw. bahkan jika mereka bertakwa kepada Allah swt. sebagaimana yang Allah perintahkan kepada mereka, maka mereka tidak sama dengan wanita lainnya dan tidak seimbang dalam keutamaan dan kedudukannya.

Firman Allah: فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ (“Maka janganlah kamu tunduk dalam bicara.”) as-Suddi dan selainnya berkata: “Yang dimaksud adalah melembutkan kata-kata jika mereka berbicara dengan laki-laki. Untuk itu Allah berfirman: فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلۡبِهِۦ مَرَضٌ (“Sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya.”) yaitu niat busuk.

وَقُلۡنَ قَوۡلًا مَّعۡرُوفًا (“Dan ucapkanlah perkataan yang baik.”) Ibnu Zaid berkata: “Kata-kata yang baik, bagus dan ma’ruf dalam kebaikan. Makna hal ini adalah bahwa wanita berbicara kepada kaum pria dengan kata-kata yang tidak mengandung kelembutan. Artinya, janganlah seorang wanita berbicara dengan kaum pria seperti berbicara kepada suaminya.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memperingatkan kepada istri-istri Nabi. saw bahwa mereka dengan julukan “Ummahatul Mu’minin” sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan perempuan mukminat yang mana pun dalam segi keutamaan dan penghormatan, jika mereka betul-betul bertakwa.

Tidak ada seorang perempuan pun yang dapat menyerupai kedudukan apalagi melebihi keutamaan mereka karena suami mereka adalah “Sayyidul Anbiya’ wal Mursalin”. Oleh karena itu, jika mengadakan pembicaraan dengan orang lain, maka mereka dilarang merendahkan suara yang dapat menimbulkan perasaan kurang baik terhadap kesucian dan kehormatan mereka, terutama jika yang dihadapi itu orang-orang fasik atau munafik yang itikad baiknya diragukan.

Istri-istri Nabi. saw itu, setelah beliau wafat tidak boleh dinikahi oleh siapa pun, sesuai dengan firman Allah: Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah. (al-Ahzab/33: 53)

Tafsir Quraish Shihab: Wahai istri-istri Rasul, sesungguhnya keutamaan dan kedudukan kalian itu tidak seperti wanita pada umumnya. Jika kalian bertakwa, maka janganlah bersikap terlalu lembut dan terlalu lunak dalam bertutur sehingga dapat menarik perhatian orang yang hatinya kotor. Berbicaralah secara wajar dan tidak dibuat- buat.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Ahzab Ayat 33
وَقَرۡنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰ وَأَقِمۡنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذۡهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجۡسَ أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيرًا

Terjemahan: “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Tafsir Jalalain: وَقَرۡنَ (Dan hendaklah kalian tetap) dapat dibaca Qirna dan Qarna فِى بُيُوتِكُنَّ (di rumah kalian) lafal Qarna pada asalnya adalah Aqrarna atau Aqrirna, yang diambil dari kata Qararta atau Qarirta. Kemudian harakat Ra dipindahkan kepada Qaf, selanjutnya huruf Ra dan hamzah Washalnya dibuang sehingga jadilah, Qarna atau Qirna.

وَلَا تَبَرَّجۡنَ (dan janganlah kalian berhias) asalnya berbunyi Tatabarrajna kemudian salah satu huruf Ta dibuang sehingga jadilah Tabarrajna تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَ (sebagaimana orang-orang jahiliah yang dahulu) sebagaimana berhiasnya orang-orang sebelum Islam, yaitu kaum wanita selalu menampakkan kecantikan mereka kepada kaum lelaki.

Adapun yang diperbolehkan oleh Islam adalah sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya, “.. dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak daripadanya.” (Q.S. An-Nur, 31).

وَأَقِمۡنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذۡهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجۡسَ (dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian) yakni dosa-dosa, hai أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِ (ahlul bait) yakni istri-istri Nabi saw. وَيُطَهِّرَكُمۡ (dan membersihkan kalian) daripada dosa-dosa itu تَطۡهِيرًا (sebersih-bersihnya.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَقَرۡنَ فِى بُيُوتِكُنَّ (“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.”) yaitu istiqamahlah di rumah-rumah kalian dan janganlah keluar tanpa hajat. Di antara hajat-hajat syar’i adalah shalat di masjid dengan syaratnya, serperti sabda Rasulullah saw.:

“Janganlah kalian melarang hamba-hamba Allah wanita menuju masjid-masjid Allah dan hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai wangi-wangian.” Dalam suatu riwayat: “Dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” (tercantum dalam Sunan Abi Dawud dan Musnad al-Imam Ahmad)

Al-Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya yang lalu, serta Abu Dawud, bahwa Nabi saw. bersabda: “Shalat seorang wanita di dalam kamarnya adalah lebih baik daripada shalatnya di rumahnya. Dan shalatnya di rumahnya adalah lebih baik daripada shalatnya di luar rumanya.” (Isnad hadits ini jayyid)

Firman Allah: وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰ (“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang terdahulu.”) Mujahid berkata: “Dahulu wanita keluar berjalan di antara laki-laki dan itulah tabarruj jahiliyyah.” Qatadah berkata:

وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰ (“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang terdahulu.”) jika kalian keluar dari rumah-rumah kalian. Dahulu mereka bersikap lenggak-lenggok, manja dan bertingkah. Lalu Allah Ta’ala melarang hal tersebut.”

Muqatil bin Hayyan berkata: “Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang dahulu.” Tabarruj adalah meletakkan kerudung di kepala dan tidak diikatnya, sehingga terlihat kalung, anting dan lehernya dan semua itu begitu tampak. Itulah tabarruj yang kemudian wanita-wanita kaum Muslimin merata dalam melakukannya.”

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas ra. berkata ketika dia membaca ayat ini: وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰ (“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang terdahulu.”) dahulu di masa antara Nabi Nuh dan Idris as. yaitu 1000 tahun.

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 80-81; Seri Tadabbur Al Qur'an

Sesungguhnya keturunan anak Adam ada yang tinggal di daerah pantai dan ada juga yang tinggal di daerah pegunungan. Laki-laki gunung itu tampan dan wanitanya jelek. Sedangkan wanita pantai cantik-cantik dan lakinya jelek. Sesungguhnya iblis –laknatullah- mendatangi seorang laki-laki dalam bentuk seorang laki-laki yang bersedia menjadi pembantu laki-laki itu.

Lalu iblis membuat sesuatu seperti seruling anak gembala yang mengeluarkan suara yang belum pernah didengar oleh manusia sebelumnya. Suara itu akhirnya terdengar oleh orang-orang sekitarnya yang menjadikan mereka sedang mendengarnya.

Kemudian mereka membuat satu hari raya [setiap] satu tahun saat mereka berkumpul, dimana para wanita berdandan untuk kaum laki-laki. Dan laki-laki pun berhias untuk kaum wanita. Sedangkan laki-laki gunung itu mendatangi mereka [penduduk pantai] di saat hari raya itu, lalu ia melihat wanita-wanita dan teman-temannya.

Kemudian mengabarkan kepada teman-temannya tentang wanita-wanita tersebut, lalu mereka turun [ke pantai] sehingga terjadilah perzinahan busuk. Itulah firman Allah:

وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰ (“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang terdahulu.”) Firman Allah: وَأَقِمۡنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ (“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.”)

pertama-tama, Allah melarang mereka dari keburukan, kemudian Allah memerintahkan mereka [mengerjakan] kebaikan berupa mendirikan shalat, yaitu beribadah kepada Allah Yang Mahaesa yang tidak ada sekutu bagi-Nya. serta menunaikan zakat kepada seluruh makhluk.

وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ (“dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.”) firman Allah: إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذۡهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجۡسَ أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيرًا (“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, hai ahlul bait dan membersihkanmu sebersih-bersihnya.”) menentukan masuknya istri-istri Nabi saw.

Dalam ahlul bait di dalam ayat ini, karena merekalah yang menjadi sebab turunnya ayat ini. Sebab turunnya ayat ini tentu masuk ke dalamnya, baik menurut satu pendapat yag mengatakan khusus untuk mereka atau menurut pendapat lain yang juga masuk anggota keluarga lainnya, menurut pendapat yang shahih.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memerintahkan supaya para istri Nabi. tetap tinggal di rumah mereka masing-masing dan tidak keluar kecuali bila ada keperluan. Perintah ini berlaku bagi istri-istri Nabi. saw. Mereka dilarang memamerkan perhiasannya, dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah masa dahulu sebelum zaman Nabi Muhammad.

Setelah mereka dilarang mengerjakan keburukan, mereka diperintahkan mengerjakan kebajikan, seperti mendirikan salat lima waktu sesuai syarat dan rukun-rukunnya dan menunaikan zakat harta bendanya. Telah menjadi kebiasaan, jika disebut salat maka selalu dikaitkan dengan zakat, sebab keduanya menghasilkan kebersihan diri dan harta.

Hikmah dari keduanya supaya tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena hal itu adalah pelaksanaan dari isi dua kalimat syahadat yang menjadi jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah mengeluarkan perintah itu disertai sebutan “ahlul bait”, yaitu semua keluarga rumah tangga Rasulullah, dengan maksud untuk menghilangkan dosa-dosa dari mereka.

Allah juga bermaksud membersihkan mereka dari kekotoran kefasikan dan kemunafikan yang biasa menempel pada orang yang berdosa. Dengan demikian, Allah akan membersihkan mereka sebersih-bersihnya. Anas bin Malik dalam rangka menerangkan siapa yang dimaksud dengan ahlul bait dalam ayat ini meriwayatkan:

Sesungguhnya Rasulullah selalu mendatangi rumah putrinya Fatimah, selama enam bulan pada setiap salat Subuh. Beliau berseru, “Salat, hai Ahlul Bait, sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Riwayat at-Tirmidzi dan Abu Dawud ath-thayalisi dari Anas bin Malik).

Tafsir Quraish Shihab: Tetaplah berada di rumah. Jangan meninggalkan tempat tinggal kecuali jika ada kepentingan yang dibenarkan oleh Allah yang mengharuskan kalian keluar rumah. Jangan memperlihatkan keindahan dan perhiasan kalian kepada kaum lelaki jika kalian berada di luar, seperti yang pernah dilakukan oleh orang-orang Jahiliah dahulu.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 26-27; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Laksanakan salat dengan sempurna, tunaikan zakat, laksanakan segala perintah Allah dan Rasul serta tinggalkan segala yang dilarang. Dengan perintah dan larangan itu Allah bermaksud memberikan kehormatan dan kemuliaan kepada kalian.

Surah Al-Ahzab Ayat 34
وَٱذۡكُرۡنَ مَا يُتۡلَىٰ فِى بُيُوتِكُنَّ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ وَٱلۡحِكۡمَةِ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا

Terjemahan: “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Jalalain: وَٱذۡكُرۡنَ مَا يُتۡلَىٰ فِى بُيُوتِكُنَّ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ (Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah kalian dari ayat-ayat Allah) Alquran وَٱلۡحِكۡمَةِ (dan hikmah) sunah Nabi. إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ لَطِيفًا (Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut) terhadap kekasih-kekasih-Nya خَبِيرًا (lagi Maha Mengetahui) terhadap semua makhluk-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَٱذۡكُرۡنَ مَا يُتۡلَىٰ فِى بُيُوتِكُنَّ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ وَٱلۡحِكۡمَةِ (“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah.”) beramallah kalian dengan apa yang diturunkan oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala kepada Rasul-Nya saw. di rumah-rumah kalian berupa al-Kitab dan as-Sunnah.

Inilah yang dikatakan oleh Qatadah dan lainnya: “Ingatlah yang hanya dikhususkan untuk kalian ini, tidak diberikan kepada manusia lainnya. Sesungguhnya wahyu diturunkan di rumah-rumah kalian, tidak di rumah semua orang.

Dan ‘Aisyah ash-Shiddiq, putri ash-Shiddiq ra. adalah orang yang lebih utama dengan kenikmatan ini, paling merasakan dan paling diutamakan dalam rahmat yang merata ini. Karena tidak ada wahyu yang turun kepada Rasulullah saw. di pembaringan istri-istri beliau lainnya, sebagaimana yang dinashkan oleh Rasulullah saw. sendiri.”

Sebagian ulama berkata: “Karena beliau tidak menikah dengan seorang gadispun selainnya dan tidak ada laki-laki lain yang tidur di sisinya selain Rasulullah saw. –semoga Allah meridlainya- maka amat sesuai jika beliau dikhususkan dengan keistimewaan ini dan disendirikan untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi ini. Akan tetapi, jika istri-istri beliau termasuk Ahlu Baitnya, maka para kerabat beliau tentu berhak dengan penamaan ini.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan sebab-sebab mereka mendapat karunia yang besar itu. Di antaranya ialah karena rumah kediaman istri-istri Nabi. itu adalah tempat-tempat turun wahyu.

Allah memerintahkan kepada istri-istri Nabi. saw supaya mengajarkan apa yang dibacakan di rumah mereka itu dari ayat-ayat Allah dan sunah Nabi kepada orang lain. Sunah Nabi itu bisa berupa apa yang mereka saksikan tentang kehidupan Nabi dalam lingkungan rumah tangga dan berhubungan dengan syariat Islam.

Tafsir Quraish Shihab: Dan hafallah ayat-ayat al-Qur’ân yang diturunkan dan diperdengarkan di rumah kalian. Catatlah ketegasan-ketegasan hukum yang pernah diucapkan Rasulullah. Allah Maha Mengetahui rahasia dan hakikat segala sesuatu, maka berhati-hatilah jangan sampai menyalahi perintah Allah dan mendurhakai rasul-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Al-Ahzab Ayat 32-34 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S