Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Haqqah Ayat 44-52 ini, menegaskan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar berasal dari Allah, bukan buatan Muhammad, syair, atau khayalan tukang tenung, karena tidak seorang makhluk pun yang sanggup membuat seperti ayat-ayat Al-Qur’an itu.
Allah menegaskan bahwa seandainya Nabi Muhammad mengatakan sesuatu tentang-Nya dan mengucapkan perkataan yang dikatakannya berasal dari-Nya, padahal Ia tidak pernah menyatakan atau mengatakannya, Allah pasti pegang tangan kanannya untuk menerima hukuman dari-Nya. Bagi Allah tidaklah berat dan sukar menghukumnya dengan hukuman yang sangat besar sekalipun, karena Ia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Haqqah Ayat 44-52
Surah Al-Haqqah Ayat 44
وَلَوۡ تَقَوَّلَ عَلَيۡنَا بَعۡضَ ٱلۡأَقَاوِيلِ
Terjemahan: Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
Tafsir Jalalain: وَلَوۡ تَقَوَّلَ (Seandainya dia mengada-adakan) yakni Nabi Muhammad عَلَيۡنَا بَعۡضَ ٱلۡأَقَاوِيلِ (sebagian perkataan atas nama Kami) seumpamanya dia mengatakan dari Kami, padahal Kami tidak pernah mengatakannya.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: وَلَوۡ تَقَوَّلَ عَلَيۡنَا (“Seandainya dia mengadakan sebagian perkataan atas [nama] Kami,”) yakni Muhammad saw. Jika saja dia seperti yang mereka tuduhkan, yakni mengadakan kedustaan atas nama Kami sehingga dia memberikan tambahan atau pengurangan pada risalah tersebut, atau dia mengatakan sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri, lalu menisbatkannya kepada Kami, sedang Kami tidak pernah mengatakannya, pasti Kami menyegerakan siksaan untuknya.
Tafsir Kemenag: Kedua ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar berasal dari Allah, bukan buatan Muhammad, syair, atau khayalan tukang tenung, karena tidak seorang makhluk pun yang sanggup membuat seperti ayat-ayat Al-Qur’an itu.
Allah menegaskan bahwa seandainya Nabi Muhammad mengatakan sesuatu tentang-Nya dan mengucapkan perkataan yang dikatakannya berasal dari-Nya, padahal Ia tidak pernah menyatakan atau mengatakannya, Allah pasti pegang tangan kanannya untuk menerima hukuman dari-Nya. Bagi Allah tidaklah berat dan sukar menghukumnya dengan hukuman yang sangat besar sekalipun, karena Ia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ungkapan “memegang tangan kanan” (al-akhdhu bil yamin) dalam ayat ini merupakan ungkapan untuk suatu tindakan yang dilakukan terhadap orang yang berada di bawah kekuasaan seseorang, dengan maksud memberi hukuman kepada orang itu. Contohnya seperti seorang raja yang memberikan hukuman kepada seorang pemberontak.
Dalam ayat ini, ungkapan tersebut dipakai untuk menyatakan bahwa bagi Allah tidak ada suatu keberatan pun untuk melakukan suatu tindakan terhadap Muhammad, kalau ia mengadakan sesuatu yang tidak benar terhadap-Nya. Hal itu sebagai hukuman bagi Nabi saw, bagaimana pun beratnya hukuman itu.
Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa seandainya Al-Qur’an itu buatan Muhammad, pasti akan ditolak oleh manusia dan beliau akan gagal dalam melaksanakan dakwahnya. Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya, Muhammad diterima oleh orang-orang beriman karena mereka percaya akan kebenaran Al-Qur’an. Dan ternyata pula bahwa agama Islam makin hari makin berkembang.
Tafsir Quraish Shihab: Sekiranya Muhammad mengada-ada sesuatu yang tidak Kami firmankan, tentu perkataannya itu akan Kami ambil seperti orang yang merampas sesuatu dengan keras. Kemudian Kami potong urat tali jantungnya sehingga ia mati seketika.
Surah Al-Haqqah Ayat 45
لَأَخَذۡنَا مِنۡهُ بِٱلۡيَمِينِ
Terjemahan: niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.
Tafsir Jalalain: لَأَخَذۡنَا (Niscaya benar-benar Kami pegang) niscaya Kami tangkap مِنۡهُ (dia) sebagai hukuman baginya بِٱلۡيَمِينِ (dengan kekuatan) dan kekuasaan-Ku.
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Allah berfirman: لَأَخَذۡنَا مِنۡهُ بِٱلۡيَمِينِ (“Niscaya Kami benar-benar akan siksa dia tangan kanan.”) ada yang berpendapat bahwa artinya adalah Kami akan membalanya dengan tangan kanan, karena tangan kanan itu mempunyai kekuatan lebih dahsyat. Dan ada juga yang berpendapat, yakni niscaya Kami akan pegang tangan kanannya,
Tafsir Kemenag: Kedua ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar berasal dari Allah, bukan buatan Muhammad, syair, atau khayalan tukang tenung, karena tidak seorang makhluk pun yang sanggup membuat seperti ayat-ayat Al-Qur’an itu.
Allah menegaskan bahwa seandainya Nabi Muhammad mengatakan sesuatu tentang-Nya dan mengucapkan perkataan yang dikatakannya berasal dari-Nya, padahal Ia tidak pernah menyatakan atau mengatakannya, Allah pasti pegang tangan kanannya untuk menerima hukuman dari-Nya. Bagi Allah tidaklah berat dan sukar menghukumnya dengan hukuman yang sangat besar sekalipun, karena Ia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ungkapan “memegang tangan kanan” (al-akhdhu bil yamin) dalam ayat ini merupakan ungkapan untuk suatu tindakan yang dilakukan terhadap orang yang berada di bawah kekuasaan seseorang, dengan maksud memberi hukuman kepada orang itu. Contohnya seperti seorang raja yang memberikan hukuman kepada seorang pemberontak.
Dalam ayat ini, ungkapan tersebut dipakai untuk menyatakan bahwa bagi Allah tidak ada suatu keberatan pun untuk melakukan suatu tindakan terhadap Muhammad, kalau ia mengadakan sesuatu yang tidak benar terhadap-Nya. Hal itu sebagai hukuman bagi Nabi saw, bagaimana pun beratnya hukuman itu.
Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa seandainya Al-Qur’an itu buatan Muhammad, pasti akan ditolak oleh manusia dan beliau akan gagal dalam melaksanakan dakwahnya. Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya, Muhammad diterima oleh orang-orang beriman karena mereka percaya akan kebenaran Al-Qur’an. Dan ternyata pula bahwa agama Islam makin hari makin berkembang.
Tafsir Quraish Shihab: Sekiranya Muhammad mengada-ada sesuatu yang tidak Kami firmankan, tentu perkataannya itu akan Kami ambil seperti orang yang merampas sesuatu dengan keras. Kemudian Kami potong urat tali jantungnya sehingga ia mati seketika.
Surah Al-Haqqah Ayat 46
ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡهُ ٱلۡوَتِينَ
Terjemahan: Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
Tafsir Jalalain: ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡهُ ٱلۡوَتِينَ (Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya) yang apabila urat itu terputus maka orang itu akan mati.
Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡهُ ٱلۡوَتِينَ (“Kamudian Kami benar-benar potong urat tali jantungnya.”) Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yaitu urat jantung, yakni satu urat dimana jantung bergantung padanya.”
Tafsir Kemenag: Pada kedua ayat ini ditegaskan lagi kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Seandainya Allah ingin melakukan sesuatu kepada hamba-hamba-Nya, tidak seorang pun yang dapat menghalanginya, sekalipun tindakan itu adalah tindakan yang menentukan hidup-matinya seseorang, seperti tindakan memutuskan urat nadi jantungnya, yang berakibat kematiannya.
Demikian pula kepada Muhammad. Seandainya dia berdusta terhadap Allah, tentu Allah akan marah kepadanya dan menghukumnya dengan hukuman mati, yaitu dengan memutus pembuluh darahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya dari melaksanakan hukuman itu.
Tafsir Quraish Shihab: Sekiranya Muhammad mengada-ada sesuatu yang tidak Kami firmankan, tentu perkataannya itu akan Kami ambil seperti orang yang merampas sesuatu dengan keras. Kemudian Kami potong urat tali jantungnya sehingga ia mati seketika.
Surah Al-Haqqah Ayat 47
فَمَا مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ عَنۡهُ حَٰجِزِينَ
Terjemahan: Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
Tafsir Jalalain: فَمَا مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ (Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kalian) lafal min ahadin adalah isimnya maa, sedangkan huruf min adalah huruf zaidah yang mengandung makna mengukuhkan kenafiannya. Dan lafal minkum adalah hal dari lafal ahadin عَنۡهُ حَٰجِزِينَ (yang dapat menghalang-halangi Kami daripadanya) tiada seorang pun yang dapat mencegah-Ku daripadanya.
Lafal haajiziina adalah khabar dari maa, dan ia dijamakkan karena lafal ahadan di dalam konteks nafi yang maknanya mengandung pengertian jamak. Dan dhamir yang terdapat di dalam lafal `anhu merujuk kepada Nabi saw.; yakni tiada seorang pun yang dapat mencegah Kami dari hukumannya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَمَا مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ عَنۡهُ حَٰجِزِينَ (“Maka sekali-sekali tidak ada seorang pun darimu yang dapat menghalangi [Kami] dari pemotongan urat nadi itu.”) maksudnya tidak ada seorangpun dari kalian yang mampu memberikan halangan antara Kami dengannya jika Kami sudah menghendaki sesuatu padanya. Artinya, bahkan Muhammad itu adalah seorang yang jujur, senantiasa berbuat kebajikan dan berada dalam bimbingan, karena Allah menetapkan semua yang disampaikan oleh beliau dari-Nya sekaligus memberi dukungan sepenuhnya melalui berbagai macam mu’jizat yang sangat menakjubkan dan berbagai bukti yang sangat pasti.
Tafsir Kemenag: Pada kedua ayat ini ditegaskan lagi kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Seandainya Allah ingin melakukan sesuatu kepada hamba-hamba-Nya, tidak seorang pun yang dapat menghalanginya, sekalipun tindakan itu adalah tindakan yang menentukan hidup-matinya seseorang, seperti tindakan memutuskan urat nadi jantungnya, yang berakibat kematiannya.
Demikian pula kepada Muhammad. Seandainya dia berdusta terhadap Allah, tentu Allah akan marah kepadanya dan menghukumnya dengan hukuman mati, yaitu dengan memutus pembuluh darahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya dari melaksanakan hukuman itu.
Tafsir Quraish Shihab: Tidak ada seorang pun di antara kalian–betapa pun kuatnya ia–yang dapat menghalangi siksa Kami.
Surah Al-Haqqah Ayat 48
وَإِنَّهُۥ لَتَذۡكِرَةٌ لِّلۡمُتَّقِينَ
Terjemahan: Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Tafsir Jalalain: وَإِنَّهُۥ (Dan sesungguhnya dia itu) Alquran itu لَتَذۡكِرَةٌ لِّلۡمُتَّقِينَ (benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.).
Tafsir Ibnu Katsir: وَإِنَّهُۥ لَتَذۡكِرَةٌ لِّلۡمُتَّقِينَ (“Dan sesungguhnya ia benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”) yakni, al-Qur’an.
Tafsir Kemenag: Al-Qur’an bukanlah perkataan penyair, bukan hasil tenung tukang tenung, dan bukan pula perkataan Muhammad, tetapi adalah kalam Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia.
Dengan Al-Qur’an itu, manusia akan beriman dan akan mendapat petunjuk dalam mengayuh bahtera kehidupannya ke pulau yang dicita-citakannya, yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dari ayat ini dipahami bahwa manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, memerlukan petunjuk-petunjuk. Petunjuk itu ada yang dapat dicapai oleh akal pikiran, dan ada yang tidak. Yang dapat dicapai oleh akal pikiran ialah seperti bagaimana cara mereka hidup, mencari nafkah, menanam padi, memelihara binatang ternak, bagaimana melindungi diri dari kehujanan dan kepanasan, dan sebagainya.
Ada pula petunjuk yang tidak dapat dicapai oleh akal pikiran manusia, sehingga harus ada yang menunjukkannya. Hanya Allah, sebagai pencipta, pemilik dan penguasa seluruh makhluk, yang bisa memberikan petunjuk itu. Semua petunjuk Allah itu termuat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh sunah Nabi saw, serta diberikan kepada orang berpikir. Apakah orang kafir memikirkan yang demikian itu?.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya al-Qur’ân benar-benar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Surah Al-Haqqah Ayat 49
وَإِنَّا لَنَعۡلَمُ أَنَّ مِنكُم مُّكَذِّبِينَ
Terjemahan: Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya).
Tafsir Jalalain: وَإِنَّا لَنَعۡلَمُ أَنَّ مِنكُم (Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui, bahwa di antara kalian) hai manusia مُّكَذِّبِينَ (ada orang-orang yang mendustakan) Alquran dan ada pula yang mempercayainya.
Tafsir Ibnu Katsir: Selanjutnya Dia berfirman: وَإِنَّا لَنَعۡلَمُ أَنَّ مِنكُم مُّكَذِّبِينَ (“Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakannya.”) yakni dengan kejelasan dan kegamblangan ini akan ada di antara kalian orang yang mendustakan al-Qur’an.
Tafsir Kemenag: Ayat ini merupakan peringatan keras kepada kaum musyrik. Dijelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang terdapat di alam ini, sejak dari yang kecil sampai yang besar, yang halus sampai yang kasar, serta yang tidak tampak sampai yang tampak.
Oleh karena itu, Allah mengetahui setiap orang yang mendustakan Al-Qur’an, mengingkari rasul, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang. Maka Allah akan melakukan tindakan dan menghukum dengan seadil-adilnya di antara manusia, sesuai dengan perbuatannya.
Dari perkataan “minkum” (sebahagian kamu) yang terdapat dalam ayat ini dapat dipahami bahwa ada di antara orang musyrik itu yang mempercayai kebenaran Al-Qur’an dan Rasulullah. Akan tetapi, karena hawa nafsu, takut dipencilkan kaumnya, takut kehilangan pangkat dan harta, mereka mendustakannya. Allah berfirman:
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Sekali lagi, celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian dia (merenung) memikirkan, lalu berwajah masam dan cemberut, kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, “(Al-Qur’an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini hanyalah perkataan manusia.” (al-Muddatstsir/74: 18-25).
Tafsir Quraish Shihab: Kami sungguh mengetahui bahwa di antara kalian ada yang mendustakan al-Qur’ân.
Surah Al-Haqqah Ayat 50
وَإِنَّهُۥ لَحَسۡرَةٌ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ
Terjemahan: Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
Tafsir Jalalain: وَإِنَّهُۥ (Dan sesungguhnya dia itu) Alquran itu لَحَسۡرَةٌ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ (menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir) di saat mereka melihat pahala yang diterima oleh orang-orang yang beriman kepadanya, dan hukuman yang diterima oleh orang-orang yang mendustakannya.
Tafsir Ibnu Katsir: وَإِنَّهُۥ لَحَسۡرَةٌ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ (“Dan sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir [di akhirat].”) Ibnu Jarir mengatakan: “Sesungguhnya pendustaan itu benar-benar akan menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir pada hari kiamat kelak.” Dan bisa juga dlamir [kata ganti] itu kembali kepada al-Qur’an.
Dengan pengertian lain, pada kesempatan yang sama al-Qur’an dan keimanan kepadanya menjadi penyesalan yang teramat berat bagi orang-orang kafir. Sebagaimana yang difirmankan Allah yang artinya: “Demikianlah Kami masukkan al-Qur’an ke dalam hati orang-orang yang durhaka. Mereka tidak beriman kepada-Nya.”) (asy-Syu’araa’: 200-201).
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Al-Qur’an menimbulkan kekecewaan bagi orang kafir, baik selama hidup di dunia maupun di akhirat. Di dunia mereka kecewa karena pengaruh agama Islam bertambah kuat sehingga pengaruh kepercayaan syirik makin berkurang, bahkan akhirnya hilang seluruhnya tanpa bekas sedikit pun. Al-Qur’an menyatakan kebatilan kepercayaan mereka, seperti menyembah patung yang tidak dapat menimbulkan mudarat dan manfaat.
Di akhirat nanti setelah mengalami azab yang dahsyat, mereka menyesal kenapa tidak mengikuti seruan Nabi Muhammad, seperti yang dilakukan orang-orang yang beriman. Akan tetapi, penyesalan mereka itu tidak ada gunanya lagi karena pintu tobat telah tertutup.
Tafsir Quraish Shihab: Hal itu sungguh menyebabkan orang-orang yang mengingkarinya sangat menyesal, ketika mereka menyaksikan siksa yang mereka alami dan kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang mempercayainya.
Surah Al-Haqqah Ayat 51
وَإِنَّهُۥ لَحَقُّ ٱلۡيَقِينِ
Terjemahan: Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
Tafsir Jalalain: وَإِنَّهُۥ (Dan sesungguhnya dia itu) Alquran itu لَحَقُّ ٱلۡيَقِينِ (benar-benar perkara hak yang diyakini) atau keyakinan yang hak.
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu di sini Allah berfiman: وَإِنَّهُۥ لَحَقُّ ٱلۡيَقِينِ (“Dan sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.”) yakni berita benar dan sesuai kenyataan, yang tidak mengandung keraguan sama sekali di dalamnya.
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, ditegaskan lagi bahwa Al-Qur’an adalah suatu yang benar dan nyata kebenarannya. Ia benar-benar berasal dari Tuhan semesta alam, bukan perkataan yang diada-adakan Muhammad.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya al-Qur’ân adalah kebenaran yang tidak mengandung keraguan.
Surah Al-Haqqah Ayat 52
فَسَبِّحۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلۡعَظِيمِ
Terjemahan: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.
Tafsir Jalalain: فَسَبِّحۡ (Maka bertasbihlah) sucikanlah Dia بِٱسۡمِ (dengan menyebut nama) huruf ba di sini adalah huruf zaidah رَبِّكَ ٱلۡعَظِيمِ (Rabbmu Yang Maha Besar) Maha Suci Dia.
Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman: فَسَبِّحۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلۡعَظِيمِ (“Maka bertasbihlah dengan [menyebut] Nama Rabb-mu Yang Mahabesar.”) yakni yang telah menurunkan al-Qur’an yang agung ini.
Tafsir Kemenag: Oleh karena itu, Nabi Muhammad diperintahkan untuk bertasbih dengan menyebut nama Allah dan bersyukur kepada-Nya karena Dia telah melimpahkan rahmat yang tidak terhingga kepadanya dan kepada seluruh manusia berupa Al-Qur’an, sebagai petunjuk dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Tuhan yang telah memberi rahmat itu adalah Tuhan Yang Mahaagung.
Tafsir Quraish Shihab: Maka, sucikanlah Tuhanmu Yang Mahaagung dan sebutlah nama-Nya selalu.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Haqqah Ayat 44-52 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020