Surah Az-Zumar Ayat 7-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Az-Zumar Ayat 7-8

Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zumar Ayat 7-8 ini, Allah menjelaskan sikap orang yang mengingkari nikmat Allah. Apabila ia ditimpa kemudaratan baik berupa penyakit atau pun penderitaan yang menimpa kehidupannya, ia memohon pertolongan kepada Allah, agar penyakitnya atau penderitaannya dilenyapkan. Ia pun menyatakan diri bertobat, meminta ampun atas perbuatan buruknya di masa yang telah lalu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zumar Ayat 7-8

Surah Az-Zumar Ayat 7
إِن تَكۡفُرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنكُمۡ وَلَا يَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَ وَإِن تَشۡكُرُواْ يَرۡضَهُ لَكُمۡ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرۡجِعُكُمۡ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

Terjemahan: “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.

Tafsir Jalalain: إِن تَكۡفُرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنكُمۡ وَلَا يَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَ (Jika kalian kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan kalian dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-hamba-Nya) sekalipun ada di antara hamba-hamba-Nya yang menghendakinya وَإِن تَشۡكُرُواْ (dan jika kalian bersyukur) kepada Allah, karenanya lalu kalian beriman يَرۡضَهُ لَكُمۡ (niscaya Dia meridai tasyakur) dapat dibaca Yardhah atau Yardhahu, artinya Dia pasti meridai tasyakur وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزۡرَ (kalian itu; dan tidaklah akan menanggung dosa) yakni seseorang (yang telah berbuat dosa akan dosa) orang أُخۡرَىٰ (yang lain) maksudnya, seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.

ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرۡجِعُكُمۡ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ (Kemudian kepada Rabb kalianlah kembali kalian lalu Dia memberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam dada) dalam kalbu kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman memberikan kabar tentang diri-Nya Yang Mahasuci lagi Mahatinggi bahwa Dia adalah Mahakaya (tidak membutuhkan) selain-Nya berupa berbagai makhluk. Dalam shahih Muslim disebutkan:

“Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama hingga yang terakhir di antara kalian, baik bangsa manusia maupun jin mereka semuanya berhati jahat seperti hati orang-orang terjahat di antara kalian, hal itu tidak akan dapat mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun.”

Firman Allah: وَلَا يَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَ (“dan Dia tidak meridlai kekafiran bagi hamba-Nya.”) yaitu tidak mencintainya dan tidak memerintahkannya. وَإِن تَشۡكُرُواْ يَرۡضَهُ لَكُمۡ (“dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridlai kesyukuranmu itu.”) yaitu mencintai untuk kalian serta menambahkan kalian dari keutamaan-Nya.

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ (“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”) yaitu satu jiwa tidak akan menanggung jiwa yang lain sedikitpun, masing-masing akan dimintakan pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri.

ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرۡجِعُكُمۡ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ (“Kemudian kepada Rabb-mulah kembalimu, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Mahamengetahui apa yang tersimpan dalam [dada]mu.”) yaitu tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa apabila kaum musyrikin itu tetap mengingkari kemahaesaan-Nya, padahal sudah cukup bukti-bukti untuk itu, maka hal itu sedikit pun tidak merugikan Allah. Dia tidak memerlukan apa pun juga dari seluruh makhluk-Nya.

Allah berfirman: Dan Musa berkata, “Jika kamu dan orang yang ada di bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (Ibrahim/14: 8) Dalam hadis Qudsi dijelaskan:

“Wahai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir dari kamu, manusia dan jin semuanya berkumpul dalam hati seorang yang paling jahat, maka sikap demikian itu tidaklah mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun.” (Riwayat Muslim dari Abu dzarr al-Gifari)

Allah menjelaskan bahwa Dia tidak merelakan kekafiran bagi para hamba-Nya. Keingkaran itu pada dasarnya bertentangan dengan jiwa manusia. Jiwa manusia dan seluruh makhluk Allah diciptakan sesuai dengan fitrah kejadiannya, yang semestinya tunduk kepada ketentuan-ketentuan Penciptanya. Akan tetapi, apabila mereka itu mensyukuri nikmat Allah, tentu Dia menyukainya, karena keadaan serupa itu memang sesuai dengan fitrah kejadiannya, dan sesuai dengan sunatullah.

Allah berfirman: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. (Ibrahim/14: 7) Kemudian Allah menjelaskan bahwa tiap orang, pada hari Kiamat, akan dituntut untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya ketika hidup di dunia.

Tiap-tiap orang yang berdosa bertanggung jawab atas perbuatan dosanya. Ia tidak akan memikul dosa orang lain. Sesudah itu tiap-tiap orang akan digiring menghadap Tuhannya untuk menerima penjelasan tentang catatan amalnya selama ia hidup di dunia. Tak ada satu perbuatan baik atau buruk yang tertinggal.

Pada saat itu amal perbuatan masing-masing orang akan mendapat pembalasan yang setimpal. Apabila catatan amalnya penuh dengan perbuatan baik, niscaya ia mendapat tempat yang penuh dengan kenikmatan. Tetapi apabila catatan-catatan amalnya penuh dengan perbuatan buruk niscaya ia mendapat tempat yang penuh dengan penderitaan.

Sebagaimana firman Allah: Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (an-Najm/53: 39-41)

Perlu diingat bahwa seseorang yang berbuat kemungkaran, kemudian ada orang lain yang mengikutinya, maka ia akan mendapat tambahan dosa dari kemungkaran yang dilakukan orang yang menirunya. Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah pernah mengungkapkan sebagai berikut: Siapa saja yang membuat kebiasaan yang baik dalam Islam, maka ia akan mendapat pahalanya ditambah pahala orang yang melakukannya sampai hari Kiamat tanpa mengurangi pahala orang itu sedikit pun. Dan siapa saja yang melakukan kebiasaan buruk dalam Islam, maka ia akan mendapat dosanya, ditambah dosa orang yang melakukannya sampai hari Kiamat, tanpa dikurangi dosa orang itu sedikit pun. (Riwayat Muslim dan an-Nasa’i dari Abu dzarr)

Pada penghujung ayat ini Allah menjelaskan, bahwa Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam dada para hamba-Nya. Dengan demikian tidak mungkin ada amal perbuatan yang luput dari perbuatan Allah, baik perbuatan yang dapat disaksikan oleh orang lain atau pun perbuatan yang hanya diketahui oleh si pelaku itu sendiri.

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 24-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab:And ai kata kalian, wahai manusia, mengingkari nikmat Allah, Dia tetap Mahakaya yang tidak akan pernah memerlukan keimanan dan kesyukuran kalian. Dia tidak merelakan hamba-hamba-Nya bersikap kufur, karena sikap itu hanya akan merugikan mereka sendiri. Dan apabila kalian bersyukur atas karunia yang diberikan-Nya kepada kalian, Dia tentu akan memberikan perkenan untuk itu.

Jiwa yang berdosa tidak akan dibebani dosa jiwa yang lain. Kemudian kepada Tuhanlah kalian akan dikembalikan, lalu Dia memberitahukan apa yang dahulu kalian lakukan di dunia. Sesungguhnya, Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di dalam kalbu kalian. (1)

(1) Ayat ini merupakan pernyataan dari al-Qur’ân mengenai prinsip individualitas hukuman seperti yang terdapat pula pada ayat 23 surat Yûsuf. Sebuah prinsip yang baru dikenal dalam ilmu hukum dan perundang-undangan belakangan ini.

Surah Az-Zumar Ayat 8
وَإِذَا مَسَّ ٱلۡإِنسَٰنَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُۥ مُنِيبًا إِلَيۡهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُۥ نِعۡمَةً مِّنۡهُ نَسِىَ مَا كَانَ يَدۡعُوٓاْ إِلَيۡهِ مِن قَبۡلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَادًا لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِۦ قُلۡ تَمَتَّعۡ بِكُفۡرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِ

Terjemahan: “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا مَسَّ ٱلۡإِنسَٰنَ (Dan apabila manusia itu ditimpa) yakni orang yang kafir ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُۥ (kemudaratan, dia memohon -pertolongan- kepada Rabbnya) yakni merintih kepada-Nya meminta pertolongan مُنِيبًا (dengan kembali) maksudnya, bertobat إِلَيۡهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُۥ نِعۡمَةً مِّنۡهُ (kepada-Nya; kemudian apabila Rabb memberikan nikmat kepadanya) Dia memberinya nikmat مِّنۡهُ نَسِ (dari-Nya lupalah dia) artinya, dia meninggalkan مَا كَانَ يَدۡعُوٓاْ (akan apa yang pernah ia serukan) yaitu lupa akan rintihannya إِلَيۡهِ مِن قَبۡلُ (kepada-Nya sebelum itu) lupa kepada Allah. Lafal Maa di sini bermakna Man.

وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَادًا (dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah) tandingan-tandingan bagi-Nya لِّيُضِلَّ (untuk menyesatkan) manusia; lafal لِّيُضِلَّ dapat dibaca لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِۦ (dari jalan-Nya) dari agama Islam قُلۡ تَمَتَّعۡ بِكُفۡرِكَ قَلِيلًا (Katakanlah, “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu) selama sisa hidupmu إِنَّكَ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِ (sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.”).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا مَسَّ ٱلۡإِنسَٰنَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُۥ مُنِيبًا إِلَيۡهِ (“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudlaratan, dia memohon [pertolongan] kepada Rabb-nya dan kembali kepada-Nya.”) yaitu ketika butuh, dia merendahkan diri dan memohon bantuan kepada Allah Mahaesa yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُۥ نِعۡمَةً مِّنۡهُ نَسِىَ مَا كَانَ يَدۡعُوٓاْ إِلَيۡهِ مِن قَبۡلُ (“Kemudian apabila Dia memberikan nikmat-Nya kepadanya, lupalah dia akan kemudlaratan yang dia pernah berdoa [kepada Allah] untuk [menghilangkannya] sebelum itu.”) yaitu disaat senang dia lupa terhadap doa dan penyerahan dirinya itu.
Dan firman Allah:

Baca Juga:  Surah At-Taghabun Ayat 14-18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَادًا لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِۦ (“Dan dia mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan [manusia] dari jalan-Nya.”) yaitu di saat sehat, menyekutukan Allah dan mengadakan sekutu-sekutu bagi-Nya.

قُلۡ تَمَتَّعۡ بِكُفۡرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِ (“Katakanlah: ‘Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.’”) yaitu katakanlah kepada orang yang bersikap, berbuat dan langkanya seperti itu: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu sementara waktu saja.” itulah sebuah teguran keras dan ancaman yang sangat tegas.

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan sikap orang yang mengingkari nikmat Allah. Apabila ia ditimpa kemudaratan baik berupa penyakit atau pun penderitaan yang menimpa kehidupannya, ia memohon pertolongan kepada Allah, agar penyakitnya atau penderitaannya dilenyapkan.

Ia pun menyatakan diri bertobat, meminta ampun atas perbuatan buruknya di masa yang telah lalu. Akan tetapi, apabila ia mendapatkan nikmat dimana penyakit dan penderitaannya telah hilang lenyap, ia lupa akan perkataan yang diikrarkan pada saat dia berdoa.

Kemudian mereka mengada-adakan tuhan-tuhan yang lain sebagai sekutu bagi Allah. Mereka tidak saja menyesatkan diri mereka, tetapi menyesatkan pula orang lain, menghalang-halangi orang yang mengikrarkan dirinya sebagai orang yang beragama tauhid.

Di akhir ayat, Allah memerintahkan kepada rasul-Nya agar mengatakan kepada orang yang mengingkari nikmat Allah itu, “Puaskanlah dirimu dengan melaksanakan keinginanmu sewaktu hidup di dunia, nikmatilah kelezatannya yang tidak lama masanya, hingga ajal merenggut jiwamu. Pada saat itu kamu akan menyesali perbuatanmu. Pada hari perhitungan nanti, kamu akan mengetahui dengan pasti bahwa kamu akan menjadi penghuni neraka yang penuh dengan siksaan.”.

Tafsir Quraish Shihab: Apabila manusia tertimpa musibah, ia akan berdoa dan kembali kepada Tuhannya setelah sebelumnya menentang-Nya. Kemudian, apabila diberi kenikmatan yang banyak, ia melupakan musibah yang dulu ia mohon agar Tuhan menghilangkannya sebelum mendapatkan kenikmatan. Ia bahkan menyembah tuhan- tuhan lain yang dianggapnya sama dengan Allah.

a melakukan hal itu untuk menyesatkan diri sendiri dan orang lain dari jalan Allah. Katakan, wahai Muhammad, kepada orang yang memiliki sifat seperti ini, dengan nada mengancam, “Bersenang-senanglah dengan sikap tidak mensyukuri nikmat Allah dalam waktu yang tidak lama. Kamu, sungguh, termasuk penghuni neraka.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zumar Ayat 7-8 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S