Surah Al-Infitar Ayat 1-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Infitar Ayat 1-12

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Infitar Ayat 1-12 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita membahas isi kandungan surah. Surah Al-Infitar memaparkan peristiwa-peristwa dahsyat yang terjadi pada hari kiamat dengan gaya bahasa yang dapat meyakinkan pembaca akan kesungguhan terjadinya kiamat. Saat itu, setiap orang akan mengetahui segala yang diperbuatnya di dunia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ayat-ayat yang lain berisi peringatan pada manusia yang menyombongkan diri di hadapan Tuhan–yang telah menjadikannya dan memberinya bentuk paling sempurna di seluruh alam–dan mendustakan hari pembalasan. Ayat-ayat selanjutnya memberikan penjelasan bahwa Allah Swt. mempunyai malaikat yang bertugas sebagai penjaga dan pencatat amal perbuatan manusia.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Infitar Ayat 1-12

Surah Al-Infitar Ayat 1
إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنفَطَرَتۡ

Terjemahan: “Apabila langit terbelah,

Tafsir Jalalain: Al-Infithaar (Terbelah) إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنفَطَرَتۡ (Apabila langit terbelah) atau menjadi belah.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنفَطَرَتۡ (“Apabila langit terbelah.”) yakni pecah,

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan kekacauan yang terjadi menjelang hari Kiamat dan kehancuran alam semesta. Gejala kehancuran alam digambarkan dengan keadaan langit yang terbelah sehingga formasi alam semesta berubah menjadi kacau. Bintang-bintang jatuh berserakan, tidak lagi pada posisinya. Padahal Allah menginformasikan bahwa matahari memiliki posisi tertentu yang menjadi pusat rotasinya, dan begitu juga dengan bulan. Firman Allah:

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Fenomena lainnya adalah lautan meluap menenggelamkan semua daratan. Air tawar bercampur dengan air asin, tidak ada lagi daratan yang bisa dihuni oleh makhluk hidup apalagi air laut yang meluap menjadi panas.

Sungguh bumi telah berubah, bukan lagi bumi yang biasa dikenal oleh manusia. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (Ibrahim/14: 48)

Untuk telaah ilmiah Surah al-Infithar/82:1-3, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69: 13-16; al-Ma’arij/70: 8, dan at-Takwir/81: 1-3. Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron dan sebagainya, gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah mulai menyatu kembali.

Langit antariksa mulai lemah karena tidak ada topangan gaya gravitasi, dan mulai menyusut/mengerut dan retak/terbelah. Saat itulah benda-benda langit, termasuk bintang-bintang yang mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, bertubrukan antar sesamanya. Inilah gambaran ‘bintang-bintang jatuh berserakan, karena kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan karena terurai kembali atau meluruh menjadi materi-materi fundamentalnya.

Menurut Bashiruddin, ketika matahari telah mencapai evolusi membengkak dan berwarna merah (red star)(lihat telaah ilmiah Surah at-Takwir/81: 1-3), maka suhu bumi akan meninggi, sampai air laut mencapai titik didihnya.

Panasnya bumi oleh radiasi matahari merah ini, sangat mungkin akan mencairkan gunung-gunung es di Artik (Kutub Utara) dan benua es Antartika (Kutub Selatan), sehingga samudera akan meluap secara dahsyat, menenggelamkan banyak pulau. Air laut ini kemudian akan mendidih dan menguap dan lenyap dari bumi. Bumi menjadi tidak layak huni.

Paul Davies mengatakan bahwa ketika alam semesta telah memadat sampai seper-seratus (1/100) dari luasnya yang sekarang ini, maka efek tekanannya akan mengakibatkan suhu yang meninggi sampai mencapai titik didih benda cair; dan bumi menjadi tempat yang tidak layak-huni lagi.

Tafsir Quraish Shihab: Surah al-Infithâr memaparkan peristiwa-peristwa dahsyat yang terjadi pada hari kiamat dengan gaya bahasa yang dapat meyakinkan pembaca akan kesungguhan terjadinya kiamat. Saat itu, setiap orang akan mengetahui segala yang diperbuatnya di dunia.

Ayat-ayat yang lain berisi peringatan pada manusia yang menyombongkan diri di hadapan Tuhan–yang telah menjadikannya dan memberinya bentuk paling sempurna di seluruh alam–dan mendustakan hari pembalasan. Ayat-ayat selanjutnya memberikan penjelasan bahwa Allah Swt. mempunyai malaikat yang bertugas sebagai penjaga dan pencatat amal perbuatan manusia.

Dikemukakan pula, dalam Surah ini, bahwa kenikmatan dan kesenangan hidup akhirat akan didapat oleh orang-orang yang berbuat kebajikan. Sementara orang-orang kafir yang bergelimang dosa akan menemukan kesengsaraan. Mereka akan merasakan api neraka pada hari kiamat, hari ketika seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Saat itu segala urusan berada dalam kekuasaan Allah.]] Bila langit terbelah.

Surah Al-Infitar Ayat 2
وَإِذَا ٱلۡكَوَاكِبُ ٱنتَثَرَتۡ

Terjemahan: “dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡكَوَاكِبُ ٱنتَثَرَتۡ (Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan) artinya menukik dan berjatuhan.

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِذَا ٱلۡكَوَاكِبُ ٱنتَثَرَتۡ (“Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan.”) yaitu berjatuhan.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan kekacauan yang terjadi menjelang hari Kiamat dan kehancuran alam semesta. Gejala kehancuran alam digambarkan dengan keadaan langit yang terbelah sehingga formasi alam semesta berubah menjadi kacau. Bintang-bintang jatuh berserakan, tidak lagi pada posisinya. Padahal Allah menginformasikan bahwa matahari memiliki posisi tertentu yang menjadi pusat rotasinya, dan begitu juga dengan bulan. Firman Allah:

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Fenomena lainnya adalah lautan meluap menenggelamkan semua daratan. Air tawar bercampur dengan air asin, tidak ada lagi daratan yang bisa dihuni oleh makhluk hidup apalagi air laut yang meluap menjadi panas.

Sungguh bumi telah berubah, bukan lagi bumi yang biasa dikenal oleh manusia. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (Ibrahim/14: 48)

Untuk telaah ilmiah Surah al-Infithar/82:1-3, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69: 13-16; al-Ma’arij/70: 8, dan at-Takwir/81: 1-3. Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron dan sebagainya, gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah mulai menyatu kembali.

Langit antariksa mulai lemah karena tidak ada topangan gaya gravitasi, dan mulai menyusut/mengerut dan retak/terbelah. Saat itulah benda-benda langit, termasuk bintang-bintang yang mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, bertubrukan antar sesamanya. Inilah gambaran ‘bintang-bintang jatuh berserakan, karena kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan karena terurai kembali atau meluruh menjadi materi-materi fundamentalnya.

Menurut Bashiruddin, ketika matahari telah mencapai evolusi membengkak dan berwarna merah (red star)(lihat telaah ilmiah Surah at-Takwir/81: 1-3), maka suhu bumi akan meninggi, sampai air laut mencapai titik didihnya.

Panasnya bumi oleh radiasi matahari merah ini, sangat mungkin akan mencairkan gunung-gunung es di Artik (Kutub Utara) dan benua es Antartika (Kutub Selatan), sehingga samudera akan meluap secara dahsyat, menenggelamkan banyak pulau. Air laut ini kemudian akan mendidih dan menguap dan lenyap dari bumi. Bumi menjadi tidak layak huni.

Paul Davies mengatakan bahwa ketika alam semesta telah memadat sampai seper-seratus (1/100) dari luasnya yang sekarang ini, maka efek tekanannya akan mengakibatkan suhu yang meninggi sampai mencapai titik didih benda cair; dan bumi menjadi tempat yang tidak layak-huni lagi.

Tafsir Quraish Shihab: Bila bintang dan benda-benda langit lain jatuh berserakan,

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 45-47; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Infitar Ayat 3
وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ

Terjemahan: “dan apabila lautan menjadikan meluap,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ (Dan apabila laut-laut dijadikan meluap) maksudnya sebagian bertemu dengan sebagian lainnya sehingga seakan-akan menjadi satu lautan, maka bercampurlah air yang tawar dengan air yang asin.

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ (“Dan apabila lautan dijadikan meluap.”) ‘Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu ‘Abbas: “Allah melupakan air itu sebagaian atas sebagian lainnya.” Al-Hasan mengatakan: “Allah meluapkan air itu dan setelah itu lenyaplah air itu.”

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan kekacauan yang terjadi menjelang hari Kiamat dan kehancuran alam semesta. Gejala kehancuran alam digambarkan dengan keadaan langit yang terbelah sehingga formasi alam semesta berubah menjadi kacau. Bintang-bintang jatuh berserakan, tidak lagi pada posisinya. Padahal Allah menginformasikan bahwa matahari memiliki posisi tertentu yang menjadi pusat rotasinya, dan begitu juga dengan bulan. Firman Allah:

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rum/30: 50)

Fenomena lainnya adalah lautan meluap menenggelamkan semua daratan. Air tawar bercampur dengan air asin, tidak ada lagi daratan yang bisa dihuni oleh makhluk hidup apalagi air laut yang meluap menjadi panas.

Sungguh bumi telah berubah, bukan lagi bumi yang biasa dikenal oleh manusia. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (Ibrahim/14: 48)

Untuk telaah ilmiah Surah al-Infithar/82:1-3, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69: 13-16; al-Ma’arij/70: 8, dan at-Takwir/81: 1-3. Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron dan sebagainya, gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah mulai menyatu kembali.

Langit antariksa mulai lemah karena tidak ada topangan gaya gravitasi, dan mulai menyusut/mengerut dan retak/terbelah. Saat itulah benda-benda langit, termasuk bintang-bintang yang mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, bertubrukan antar sesamanya. Inilah gambaran ‘bintang-bintang jatuh berserakan, karena kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan karena terurai kembali atau meluruh menjadi materi-materi fundamentalnya.

Menurut Bashiruddin, ketika matahari telah mencapai evolusi membengkak dan berwarna merah (red star)(lihat telaah ilmiah Surah at-Takwir/81: 1-3), maka suhu bumi akan meninggi, sampai air laut mencapai titik didihnya.

Panasnya bumi oleh radiasi matahari merah ini, sangat mungkin akan mencairkan gunung-gunung es di Artik (Kutub Utara) dan benua es Antartika (Kutub Selatan), sehingga samudera akan meluap secara dahsyat, menenggelamkan banyak pulau. Air laut ini kemudian akan mendidih dan menguap dan lenyap dari bumi. Bumi menjadi tidak layak huni.

Paul Davies mengatakan bahwa ketika alam semesta telah memadat sampai seper-seratus (1/100) dari luasnya yang sekarang ini, maka efek tekanannya akan mengakibatkan suhu yang meninggi sampai mencapai titik didih benda cair; dan bumi menjadi tempat yang tidak layak-huni lagi.

Tafsir Quraish Shihab: Bila seluruh lautan dibuka dengan dihilangkan batasan-batasanya.

Surah Al-Infitar Ayat 4
وَإِذَا ٱلۡقُبُورُ بُعۡثِرَتۡ

Terjemahan: “dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡقُبُورُ بُعۡثِرَتۡ (Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar) maksudnya tanahnya dibalik lalu orang-orang mati yang ada di dalamnya dibangunkan hidup kembali. Sebagai Jawab dari lafal Idzaa berikut lafal-lafal lain yang di’athafkan kepadanya ialah:.

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِذَا ٱلۡقُبُورُ بُعۡثِرَتۡ (“Dan apabila kuburan-kuburan itu dibongkar.”) Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yakni dikeluarkan.” As-Suddi mengemukakan: “Kuburan itu berserakan dan bergerak sehingga keluarlah orang yang ada di dalamnya.”

Tafsir Kemenag: Dan apabila kuburan-kuburan terbongkar sehingga keluarlah mayat-mayat yang berada di dalamnya setelah dibangkitkan dan dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di dunia di hadapan Allah Sang Pencipta. Hal ini ditegaskan kembali dalam firman Allah yang lain: Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan. (al-‘Adiyat/100: 9)

Tafsir Quraish Shihab: Bila kuburan dibongkar sehingga keluarlah orang-orang mati yang ada di dalamnya.

Surah Al-Infitar Ayat 5
عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ وَأَخَّرَتۡ

Terjemahan: “maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.

Tafsir Jalalain: عَلِمَتۡ نَفۡسٌ (Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui) waktu terjadinya hal-hal tersebut, yaitu hari kiamat مَّا قَدَّمَتۡ (apa yang telah dikerjakannya) yaitu amal perbuatan yang telah dikerjakannya وَ(dan) apa َخَّرَتۡ (yang dilalaikannya) yang tidak dikerjakannya.

Tafsir Ibnu Katsir: عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ وَأَخَّرَتۡ (“Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.”) maksudnya, yang ini sampai pada yang ini [apabila melakukan ini akan berakibat begini].

Tafsir Kemenag: Manusia dibebani tanggung jawab untuk beramal di dunia, namun ada di antara mereka yang lalai dan tidak menjalankan kewajibannya, bahkan ada yang melakukan perbuatan yang dilarang. Dalam ayat ini, Allah bersumpah demi kuburan-kuburan yang dibongkar dan mayat-mayat yang ada di dalamnya keluar, dibangkitkan, dan dihidupkan kembali untuk diadili dan dihisab amalnya selama hidup di dunia.

Pada hari kiamat itu, manusia mengetahui amal-amalnya, yang baik maupun yang buruk, yang dikerjakan maupun yang dilalaikan. Mereka mengetahui yang demikian itu dari kitab yang diserahkan kepada mereka, sebagaimana firman Allah:

Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.” (al-Isra’/17: 13-14)

Ayat ini mendorong manusia untuk selalu menaati Allah, beramal saleh, dan meninggalkan semua perbuatan maksiat yang akan merugikan mereka di akhirat kelak.

Tafsir Quraish Shihab: Setiap insan akan mengetahui kebaikan dan keburukan yang telah mereka kerjakan, yang lewat maupun yang kemudian.

Surah Al-Infitar Ayat 6
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلۡكَرِيمِ

Terjemahan: “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

Tafsir Jalalain: يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ (Hai manusia) yakni orang kafir مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلۡكَرِيمِ (apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Rabbmu Yang Maha Mulia) sehingga kamu berbuat durhaka kepada-Nya?.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلۡكَرِيمِ (“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu [berbuat durhaka] terhadap Rabb-mu Yang Mahapemurah.”) yang demikian itu merupakan ancaman, tidak seperti yang dikira sebagian orang, bahwa hal itu merupakan bimbingan kepada jawaban, di mana Rabb Yang Mahapemurah berfirman, sehingga ada orang di antara mereka yang mengatakan bahwa dia telah diperdaya oleh kemurahan-Nya.

Tetapi makna di dalam ayat ini ialah, apa yang telah memperdaya kalian, hai anak Adam, sehingga kalian berbuat durhaka kepada Rabb kalian Yang Mahapemurah, yakni Mahaagung, sehingga kalian berani berbuat maksiat kepada-Nya dan kalian membalas dengan sesuatu yang tidak selayaknya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mencela manusia-manusia yang kafir, teperdaya, dan berani berbuat hal-hal yang dilarang Allah. Padahal, Allah Maha Pemurah dengan berbagai karunia yang dianugerahkannya kepada manusia, seperti rezeki yang banyak, keturunan yang baik dan saleh, kesehatan tubuh, dan lain-lain. Seharusnya mereka bersyukur sebagai balasan atas kemurahan Allah, bukan berbuat sebaliknya.

Peringatan Allah untuk tidak teperdaya oleh apa pun sehingga tidak terdorong untuk berlaku sombong kepada-Nya disebutkan kembali dalam firman-Nya: Maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah. (Luqman/31: 33) .

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 41-43; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Wahai manusia, apa yang membuat kalian tergoda sehingga berani mendurhakai Tuhanmu Yang Maha Pemurah?

Surah Al-Infitar Ayat 7
ٱلَّذِى خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ

Terjemahan: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,

Tafsir Jalalain: ٱلَّذِى خَلَقَكَ (Yang telah menciptakan kamu) padahal sebelumnya kamu tidak ada فَسَوَّىٰكَ (lalu menyempurnakan kejadianmu) yakni Dia menjadikan kamu dalam bentuk yang sempurna, lengkap dengan anggota-anggota tubuhmu فَعَدَلَكَ (dan menjadikan kamu seimbang) artinya Dia menjadikan bentukmu seimbang, semua anggota tubuhmu disesuaikan-Nya; tiada tangan atau kaki yang lebih panjang atau lebih pendek dari yang lainnya; dapat dibaca Fa’adalak dan Fa’addalak.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: ٱلَّذِى خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ (“Yang telah menciptakanmu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan [susunan tubuh]mu seimbang.”)

Tafsir Kemenag: Allah kembali mengingatkan manusia atas segala kemurahan-Nya, dengan menyebutkan penciptaan-Nya pada diri manusia. Allah telah menjadikan tubuh manusia seimbang, berdiri tegak dengan gagahnya, tidak seperti binatang berkaki empat atau melata.

Allah juga menciptakan semua anggota tubuh manusia bekerja dengan teratur, harmonis, dan seimbang. Allah mengatakan bahwa penciptaan manusia adalah sebaik-baik penciptaan makhluk. Allah berfirman: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (at-Tin/95: 4) .

Tafsir Quraish Shihab: Yang menghadirkan dirimu dari ketiadaan ke alam wujud, menciptakan organ-organ tubuh yang dapat kamu manfaatkan, dan menjadikanmu seimbang dan serasi.

Surah Al-Infitar Ayat 8
فِىٓ أَىِّ صُورَةٍ مَّا شَآءَ رَكَّبَكَ

Terjemahan: “dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.

Tafsir Jalalain: فِىٓ أَىِّ صُورَةٍ (Dalam bentuk apa saja) huruf Ma di sini adalah huruf Shilah atau kata penghubung مَّا شَآءَ رَكَّبَكَ (yang Dia kehendaki. Dia menyusun tubuhmu.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فِىٓ أَىِّ صُورَةٍ مَّا شَآءَ رَكَّبَكَ (“Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.”) Mujahid mengatakan: “Menyerupai siapa: bapak, ibu, paman dari ibu atau paman dari bapak?” dan dalam kitab ash-shahihain disebutkan dari Abu Hurairah, bahwasannya ada seseorang yang berkata:

“Wahai Rasulallah, sesungguhnya istriku telah melahirkan seorang anak berkulit hitam.” Beliau bertanya: “Apakah engkau memiliki seekor unta?” “Ya.” Jawabnya. Beliau bertanya: “Apa warnanya?” “Merah.” Jawabnya. Beliaupun bertanya lagi: “Adakah di antaranya yang berwarna keabu-abuan?” Dia menjawab: “Ya, ada.” Beliau bersabda:

“Lalu darimana warna itu dimilikinya?” Orang itu menjawab: “Mungkin karena adanya kecenderungan gen.” Beliau pun bersabda: “Dan bayi inipun barangkali karena kecenderungan gen.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menyebutkan bahwa penciptaan manusia sesuai dengan kehendaknya. Ada manusia yang berkulit putih, kuning, hitam, kuning langsat, dan lain-lain. Ada manusia yang berambut lurus, keriting, berwarna hitam, pirang, coklat, dan sebagainya. Ada juga manusia yang berpostur tubuh tinggi, langsing, tinggi besar, pendek kecil, dan sebagainya.

Namun demikian, yang layak diingat bahwa meskipun manusia memiliki sifat dan bentuk yang secara prinsip sama, tapi tetap ada yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna. (al-Qiyamah/75: 4)

Tinjauan ilmiah ayat- 7-8: Allah telah menjadikan susunan tubuh manusia seimbang. Bila kita melihat morfologi (bentuk tubuh fisik manusia) dari depan, akan jelas tampak sekali keseimbangan itu. Morfologi manusia tampak simetris dan seimbang apabila kita tarik garis tengah dari kepala, -melalui titik tengahnya-, sampai ke bawah, akan tampak keseimbangan susunan fisik tubuh manusia itu.

Belahan kiri dan kanan seolah merupakan bayangan cermin satu dengan yang lainnya. Masing-masing belahan mempunyai satu mata, satu telinga, satu lubang hidung, satu kuping, satu tangan, dan satu kaki, yang satu belahan dengan belahan yang lainnya, merupakan bayangan cermin yang simetris seimbang.

Allah telah menganugerahkan sistem syaraf pada manusia, yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan dan kesetimbangan tubuh manusia, serta kemampuan manusia untuk berorientasi pada ruang 3 dimensi. Sistem syaraf yang mengatur keseimbangan manusia itu berada di dalam Sistem Syaraf Perifer (SSP) manusia.

Dalam SSP terdapat sistem syaraf yang mengatur keseimbangan tubuh manusia, yaitu yang dikenal dengan syaraf ke-VIII, atau disebut pula Vestibulocochlear nerve (syaraf “siput-telinga” depan). Syaraf ke-VIII ini mempunyai fungsi bagi adanya balance (keseimbangan), equillibrium (kesetimbangan), serta orientation in three-dimensional space (orientasi dalam ruang tiga dimensi), (Nerves and Nervous Systems dalam The New Encyclopaedia Britannica, Vol. 24, Macropaedia, 2005, p. 817).

Dalam mekanisme faali (fisiologik) manusia, Allah juga telah melengkapi manusia dengan dua sistem syaraf, di mana antara yang satu sama lain saling menyeimbangkan. Di dalam SSP tersebut terdapat pula Susunan Syaraf Otonom yang terdiri dari Sistem Syaraf Simpati (Sympathetic Nervous System, SNS) dan Sistem Syaraf Parasimpati (Parasympathetic Nervous System, PNS), yang kedua sistem saraf itu bekerja antagonistik, namun saling menyeimbangkan satu sama lainnya.

Fungsi SNS adalah merespon kondisi stress yang dihadapi manusia, dengan mengeluarkan hormon (neurotransmitter), adreanaline (epinephrine), dan noradrenaline (norepinephrine). Dengan adanya kedua hormon ini, maka tekanan darah naik, denyut jantung bertambah cepat (tachy-cardia), pembuluh darah otot-tulang melebar (skeletal muscle vasodilatation), pembuluh darah pada perut-usus menyempit (gastrointestinal vasoconstriction), pupil mata melebar (puppillary dilatation), paru-paru melebar (broncheal dilatation).

Sedangkan fungsi PSN adalah sebaliknya dari SNS tadi. PNS akan mengeluarkan hormon (neurotransmitter): acetylcholine. Adanya hormon ini akan menyebabkan: tekanan darah menurun, denyut jantung menjadi lambat (brady-cardia), pupil-mata menyempit. Kedua sistem syaraf ini: SNS dan PNS saling bekerja komplemeter, bagi berjalannya proses-proses fisiologik (faali) manusia, untuk menjaga kelangsungan hidupnya. (Nerves and Nervous Systems dalam The New Encyclopaedia Britannica, Vol. 24, Macropaedia, 2005, p. 818-820).

Keseimbangan juga terdapat dalam struktur otak manusia. Dalam otak manusia terdapat dua pasang belahan atau sisi otak, yang satu sama lain merupakan bentuk bayangan cerminnya.

Belahan Otak Dominan (dominant hemisphere), sering disebut ‘belahan otak kiri, digunakan untuk merekam atau menyimpan hal-hal yang berkaitan dengan: bahasa, matematika, dan fungsi-fungsi analitik dan keterampilan. Sedang Belahan Otak Non-dominan (non-dominant hemisphere), sering disebut ‘belahan otak kanan, digunakan untuk merekam atau menyimpan hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep spasial sederhana (simple spasial consept), musik, pengenalan rupa, dan emosi.

Kedua belahan otak ini saling seimbang dan melengkapi, dan kedua belahan otak ini dihubungkan oleh banyak syaraf proyeksi melalui corpus collosum. (Nerves and Nervous Systems dalam The New Encyclopaedia Britannica, Vol. 24, Macropaedia, 2005, p. 805).

Tafsir Quraish Shihab: Dalam bentuk yang dikehendaki-Nya, Tuhan menjadikanmu. .

Surah Al-Infitar Ayat 9
كَلَّا بَلۡ تُكَذِّبُونَ بِٱلدِّينِ

Terjemahan: “Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.

Tafsir Jalalain: كَلَّا بَلۡ (Bukan hanya durhaka saja) kalimat ini mengandung makna cegahan atau larangan bersikap lupa daratan terhadap kemurahan Allah swt. تُكَذِّبُونَ (bahkan kalian mendustakan) hai orang-orang kafir Mekah بِٱلدِّينِ (hari pembalasan) yakni pembalasan amal perbuatan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: كَلَّا بَلۡ تُكَذِّبُونَ بِٱلدِّين (“Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.”) maksudnya, sebenarnya yang membuat kalian menentang Allah Yang Mahapemurah dan melawan-Nya dengan berbuat maksiat itu adalah kedustaan yang ada di dalam hati kalian terhadap hari kiamat, pembalasan dan perhitungan.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 59-62; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan akibat dari perbuatan manusia yang teperdaya sehingga berani berbuat hal-hal yang dilarang Allah. Perbuatan mereka tidak berhenti pada kejahatan ini saja, tetapi mereka bahkan mendustakan hari pembalasan, dimana amal baik dan buruk manusia akan dibalas di akhirat kelak.

Tidak percaya kepada hari pembalasan menyebabkan orang tidak perlu bertanggung jawab, sehingga boleh berbuat sekehendak hatinya. Tidak percaya pada hari perhitungan bertentangan dengan tujuan penciptaan manusia (lihat Surah al-Baqarah/2: 30 dan adh-dzariyat/51/: 56) sehingga Allah mempertanyakan kepada manusia apa sebenarnya pemahaman mereka terhadap penciptaan diri mereka. Firman Allah:

Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (al-Mu’minun/23: 115).

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi kalian malah mendustakan pembalasan pada hari kiamat.

Surah Al-Infitar Ayat 10
وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَٰفِظِينَ

Terjemahan: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),

Tafsir Jalalain: وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَٰفِظِينَ (Padahal sesungguhnya bagi kalian ada yang mengawasi) yaitu malaikat-malaikat yang mengawasi semua amal perbuatan kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya lebih lanjut: وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَٰفِظِينَ (“Padahal sesungguhnya bagimu ada [malaikat-malaikat] yang mengawasi [pekerjaanmu], yang mulia [di sisi Allah] dan yang mencatat [pekerjaan-pekerjaanmu itu], mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”) yakni, dan sesungguhnya pada kalian ada malaikat yang senantiasa menjaga lagi mulia.

Oleh karena itu, janganlah kalian membalas mereka dengan berbagai perbuatan buruk, dan sesungguhnya mereka akan menulis semua amal perbuatan kalian.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini memberi peringatan kepada orang-orang kafir yang tidak mempercayai hari kebangkitan agar mereka tidak terus-menerus lalai dan ingkar serta tidak bersiap-siap menyediakan bekal untuk menghadapi hari perhitungan karena menyangka tidak ada yang mengawasi tingkah laku dan perbuatan mereka.

Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa ada malaikat-malaikat yang diberi tugas mengawasi dan mencatat semua perbuatan manusia, baik yang buruk maupun yang baik, dan yang dilakukan dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Malaikat yang mulia ini mencatat semua amal manusia. Dalam Al-Qur’an, para malaikat itu disebut Raqib dan ‘Atid.

Allah berfirman: (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 17-18)

Para malaikat mengetahui apa yang dilakukan manusia dan mencatatnya. Tidak ada informasi dalam Al-Qur’an bagaimana para malaikat itu mencatatnya, namun kita percaya Allah punya sistem dan cara yang melampaui kemampuan manusia dalam pencatatan data tersebut.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya diri kalian itu diawasi dan dijaga oleh para malaikat yang mulia di sisi Kami, yang mencatat dan membukukan segala perbuatan. Mereka mengetahui kebaikan dan kejahatan yang kalian lakukan.

Surah Al-Infitar Ayat 11
كِرَامًا كَٰتِبِينَ

Terjemahan: “yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),

Tafsir Jalalain: كِرَامًا (Yang mulia) artinya mereka dimuliakan di sisi Allah كَٰتِبِينَ (dan yang mencatat) maksudnya menjadi juru tulis amal perbuatan kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya lebih lanjut: (“Padahal sesungguhnya bagimu ada [malaikat-malaikat] yang mengawasi [pekerjaanmu], yang mulia [di sisi Allah] dan yang mencatat [pekerjaan-pekerjaanmu itu], mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”) yakni, dan sesungguhnya pada kalian ada malaikat yang senantiasa menjaga lagi mulia. Oleh karena itu, janganlah kalian membalas mereka dengan berbagai perbuatan buruk, dan sesungguhnya mereka akan menulis semua amal perbuatan kalian.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini memberi peringatan kepada orang-orang kafir yang tidak mempercayai hari kebangkitan agar mereka tidak terus-menerus lalai dan ingkar serta tidak bersiap-siap menyediakan bekal untuk menghadapi hari perhitungan karena menyangka tidak ada yang mengawasi tingkah laku dan perbuatan mereka.

Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa ada malaikat-malaikat yang diberi tugas mengawasi dan mencatat semua perbuatan manusia, baik yang buruk maupun yang baik, dan yang dilakukan dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Malaikat yang mulia ini mencatat semua amal manusia.

Dalam Al-Qur’an, para malaikat itu disebut Raqib dan ‘Atid. Allah berfirman: (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 17-18)

Para malaikat mengetahui apa yang dilakukan manusia dan mencatatnya. Tidak ada informasi dalam Al-Qur’an bagaimana para malaikat itu mencatatnya, namun kita percaya Allah punya sistem dan cara yang melampaui kemampuan manusia dalam pencatatan data tersebut.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya diri kalian itu diawasi dan dijaga oleh para malaikat yang mulia di sisi Kami, yang mencatat dan membukukan segala perbuatan. Mereka mengetahui kebaikan dan kejahatan yang kalian lakukan.

Surah Al-Infitar Ayat 12
يَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُونَ

Terjemahan: “mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Jalalain: يَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُون (Mereka mengetahui semua apa yang kalian kerjakan) tanpa kecuali.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya lebih lanjut: يَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُون (“Padahal sesungguhnya bagimu ada [malaikat-malaikat] yang mengawasi [pekerjaanmu], yang mulia [di sisi Allah] dan yang mencatat [pekerjaan-pekerjaanmu itu], mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”) yakni, dan sesungguhnya pada kalian ada malaikat yang senantiasa menjaga lagi mulia. Oleh karena itu, janganlah kalian membalas mereka dengan berbagai perbuatan buruk, dan sesungguhnya mereka akan menulis semua amal perbuatan kalian.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini memberi peringatan kepada orang-orang kafir yang tidak mempercayai hari kebangkitan agar mereka tidak terus-menerus lalai dan ingkar serta tidak bersiap-siap menyediakan bekal untuk menghadapi hari perhitungan karena menyangka tidak ada yang mengawasi tingkah laku dan perbuatan mereka.

Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa ada malaikat-malaikat yang diberi tugas mengawasi dan mencatat semua perbuatan manusia, baik yang buruk maupun yang baik, dan yang dilakukan dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Malaikat yang mulia ini mencatat semua amal manusia.

Dalam Al-Qur’an, para malaikat itu disebut Raqib dan ‘Atid. Allah berfirman: (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 17-18)

Para malaikat mengetahui apa yang dilakukan manusia dan mencatatnya. Tidak ada informasi dalam Al-Qur’an bagaimana para malaikat itu mencatatnya, namun kita percaya Allah punya sistem dan cara yang melampaui kemampuan manusia dalam pencatatan data tersebut.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya diri kalian itu diawasi dan dijaga oleh para malaikat yang mulia di sisi Kami, yang mencatat dan membukukan segala perbuatan. Mereka mengetahui kebaikan dan kejahatan yang kalian lakukan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Infitar Ayat 1-12 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S