Surah Al-Kahfi Ayat 92-96; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi Ayat 92-96

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 92-96 ini, mengisahkan bahwa Zulkarnain menempuh jalan ke arah Timur. Setelah ia sampai ke pantai Afrika sebelah barat, lalu ia kembali menuju ke arah timur sehingga sampailah ia ke tempat terbitnya matahari di sekitar negeri Tiongkok di mana ia menjumpai segolongan umat manusia yang hidupnya tidak di bawah bangunan rumah dan tidak ada pula pohon-pohon menaunginya dari panasnya matahari. Mereka langsung mendapat sorotan cahaya matahari karena tidak terlindung oleh atap atau bukit-bukit yang berada di sekitarnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka pada siang hari berada dalam lubang-lubang di bawah tanah dan baru muncul di atas permukaan bumi setelah matahari terbenam, untuk mencari penghidupannya. Keadaan mereka jauh berbeda sekali dengan penghuni dunia yang lainnya, karena mereka hidupnya masih primitif dan tidak mempunyai bangunan untuk tempat tinggal

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 92-96

Surah Al-Kahfi ayat 92
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا

Terjemahan: Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا (Kemudian ia menempuh jalan yang lain) yaitu menuju ke arah Timur.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah.

Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Allah Swt. menceritakan bahwa kemudian Zulqarnain menempuh jalan lain, ia berjalan dari sebelah bumi bagian barat menuju ke belahan bumi bagian timur tempat terbitnya matahari.

Tersebutlah bahwa dia setiap kali menjumpai suatu umat pasti dikalahkan dan dikuasai olehnya, lalu ia menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Jika mereka taat kepadanya, mereka dibebaskan; dan jika mereka tidak taat, maka mereka diperangi dan semua harta serta barang milik mereka dirampas.

Dia mengambil dari setiap umat yang dikalahkannya sebagian golongan yang digunakannya untuk membantu pasukannya dalam memerangi negeri tetangga yang berdekatan dengan mereka. Di dalam kisah Israiliyat disebutkan bahwa Zulqarnain hidup selama seribu enam ratus tahun, sebagian besar usianya digunakannya untuk menjelajah minangkori ke seluruh belahan bumi, hingga sampai di belahan timur dan baratnya.

Ketika perjalanannya sampai di tempat terbitnya matahari, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang menghalanginya dari (cahaya) matahari itu. (Al-Kahfi: 90)

Maksudnya mereka tidak mempunyai rumah untuk tempat istirahatnya, dan tidak ada pepohonan yang menjadi naungan mereka dari sengatan panas matahari yang sangat panas.

Tafsir Kemenag: Kemudian dia menempuh suatu jalan lain lagi yaitu jalan antara Masyriq (arah timur) dan Maghrib (arah barat) membelok ke arah utara. Yakni ke arah dua gunung di Armenia dan Ajerbaijan.

Surah Al-Kahfi Ayat 93
حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا

Terjemahan: Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

Tafsir Jalalain: حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ (Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah bendungan) dibaca Saddaini atau Suddaini, dan sesudah kedua bendungan tersebut terdapat dua buah gunung, yaitu di salah satu wilayah negeri Turki. Bendungan raja Iskandar akan dibangun di antara kedua buah bukit itu, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti

وَجَدَ مِن دُونِهِمَا (dia mendapati di hadapan kedua bendungan itu) yakni pada sebelah depan keduanya قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا (suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan) mereka tidak dapat memahami pembicaraan melainkan secara lambat sekali. Menurut qiraat yang lain lafal يَفْقَهُونَ dibaca Yufqihuuna.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 43; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu katsir:Allah Ta’ala berfirman seraya menceritakan tentang Dzulqarnain. Kemudian ia menempuh jalan yang lain lagi. Dengan kata lain, ia menempuh jalan di belahan timur bumi sehingga sampai di hadapan kedua bukit itu, yakni dua buah gunung, yang di antara keduanya terdapat satu lubang, yang darinya keluar Ya’juj dan Ma’juj menuju ke negeri Turki.

Lalu di sana mereka berbuat dengan melakukan kerusakan, merusak tanaman dan keturunan. Ya’juj dan Ma’juj termasuk dari keturunan Adam as, sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab ash-Shahihain, Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Hai Adam.’ Maka Adam menjawab: ‘Aku mendengar panggilan-Mu.’ Allah berfirman: ‘Keluarkan utusan neraka.’ ‘Apa yang dimaksud dengan utusan neraka itu?’ tanya Adam.

Dia menjawab: ‘Setiap seribu orang, Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan di antaranya menuju ke neraka sedang satu orang lainnya masuk surga. Maka pada saat itu, anak kecil akan beruban, dan setiap wanita hamil melahirkan kandungannya.’

Kemudian Dia berkata: ‘Sesungguhnya kalian adalah dua umat, tidak ada keduanya kecuali umat Ya’juj dan Ma’juj itu yang mengungguli banyaknya.’”

Dalam kitab al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan dari Samurah, bahwa Rasulullah bersabda: “Anak Nuh itu ada tiga: Saam Abul `Arab (bapaknya orang Arab), Haam, Abus Sudan (bapaknya orang Sudan) dan Yafits Abut Turk (bapaknya orang Turki).”

Sebagian ulama mengatakan: “Mereka itu (Ya’juj dan Ma’juj) adalah dari keturunan Yafits Abut Turk. Wallahu a’lam.

Firman-Nya: وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا (“Ia dapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.”) Yakni, karena keterasingan bahasa yang mereka pergunakan dan tempat tinggal mereka yani terlalu jauh dari umat manusia.

Tafsir kemenag: Ketika dia sampai ke suatu tempat di antara dua buah gunung yang terletak di belakang sungai Jihun di negeri Balkh dekat kota Tirmiz. Dia menjumpai segolongan manusia yang hampir tidak mengerti pembicaraan kawan-kawannya sendiri apalagi bahasa lain, karena bahasa mereka sangat berbeda dengan bahasa-bahasa yang dikenal oleh umat manusia dan taraf kecerdasan mereka pun sangat rendah.

Surah Al-Kahfi Ayat 94
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا

Terjemahan: Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”

Tafsir Jalalain: قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ (Mereka berkata, “Hai Zulkarnain! Sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu) dikenal dengan nama Yakjuj dan Makjuj. Kedua nama tersebut merupakan nama ‘Ajam bagi dua kabilah, dengan demikian maka I’rabnya tidak menerima tanwin

مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ (orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi) mereka gemar merampok dan membuat kerusakan di kala mereka keluar dari sarangnya menuju kami

فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا (maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu) yakni upah berupa harta; dan menurut qiraat yang lain lafal Kharjan dibaca Kharaajan عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا (supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?)” tembok penghalang hingga mereka tidak dapat mencapai kami.

Tafsir ibnu katsir: Mereka berkata: قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا (“Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu.”)

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 103-106; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ibnu Juraij menceritakan dari Ibnu `Abbas, yakni balasan yang besar. Yaitu, mereka bermaksud mengumpulkan harta dari kalangan mereka untuk mereka berikan kepadanya, supaya dengan demikian, ia membuat dinding antara dirinya dengan mereka.

Tafsir kemenag: Mereka melalui juru bicaranya berkata, “Wahai Zulkarnain sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj oleh sebagian peneliti ditengarai sebagai bangsa Tartar dan Mongol, sangat membuat kerusakan di muka bumi dengan pembunuhan, perampasan dan segala macam keganasan, maka bersedialah kamu menerima sesuatu upah dari kami yang kami kumpulkan dari harta benda kami supaya kamu membuatkan benteng untuk menjaga kami dari serbuan mereka.”.

Surah Al-Kahfi ayat 95
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا

Terjemahan: Dzulkarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,

Tafsir Jalalain: قَالَ مَا مَكَّنِّي (Zulkarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan kepadaku) menurut qiraat yang lain lafal Makkannii dibaca Makkananii tanpa diidghamkan رَبِّي خَيْرٌ (oleh Rabbku terhadapnya) terhadap harta benda dan lain-lainnya خَيْرٌ (adalah lebih baik) daripada pembayaran kalian yang akan kalian berikan kepadaku, maka aku tidak memerlukannya lagi, dan aku akan membuat tembok penghalang buat kalian sebagai sumbangan suka rela dariku sendiri

فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ (maka tolonglah aku dengan kekuatan) apa saja yang aku perlukan dari kalian أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا (agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka) yakni tembok penghalang yang kuat dan tak dapat ditembus.

Tafsir Ibnu Katsir: Dzulqarnain berkata: قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ (“Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik.”) Maksudnya, “Sesungguhnya kekuasaan dan kekuatan yang diberikan Allah kepadaku adalah lebih baik bagiku dari apa yang kalian kumpulkan itu.” Sebagaimana yang dikatakan Sulaiman as:

“Apakah patut kamu menolongku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku adalah lebih baik daripada apa yang Dia berikan kepadamu,” dan ayat seterusnya. (QS. An-Naml: 36)

Demikian halnya yang dikemukakan oleh Dzulqarnain, di mana ia berkata, “Apa yang ada padaku adalah lebih baik daripada apa yang kalian berikan itu, tetapi hendaklah kalian menolongku dengan kekuatan, yakni dengan perbuatan kalian dan alat-alat bangunan.”

أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ (“Maka tolonglah aku dengan kekuatan [manusia dan alat-alat] agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.”) Kata az-Zubar merupakan jamak dari kata Zabrah yang berarti potongan. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu `Abbas, Mujahid, dan Qatadah, yang ia berbentuk seperti bata.

Tafsir kemenag: Zulkarnain menjawab, “Apa-apa yang telah Allah karuniakan kepadaku yaitu ilmu, pengetahuan yang cukup, kerajaan besar, kekuasaan yang luas dan kekayaan yang melimpah ruah itu adalah lebih baik dari pada upah yang kamu sodorkan kepadaku, maka kami ucapkan terima kasih atas segala kebaikanmu itu dan aku hanya memerlukan bantuan kekuatan tenaga manusia dan alat-alat agar aku dapat membuatkan benteng antara kamu dan mereka.

Surah Al-Kahfi Ayat 96
آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا

Terjemahan: berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu”.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 110; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ (Berilah aku potongan-potongan besi)” sebesar bata kecil yang akan dijadikan sebagai bahan bangunan tembok lalu Zulkarnain membangun tembok penghalang itu daripadanya, dan dia memakai kayu dan batu bara yang dimasukkan di tengah-tengah tembok besi itu.

حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ (Sehingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua puncak gunung itu) lafal صَّدَفَيْنِ dapat dibaca Shudufaini dan Shudfaini, artinya sisi bagian puncak kedua bukit itu telah rata dengan bangunan, kemudian dibuatkannyalah peniup-peniup dan api sepanjang bangunan tembok itu

قَالَ انفُخُوا (berkatalah Zulkarnain, “Tiuplah api itu)” lalu api itu mereka tiup حَتَّى إِذَا جَعَلَ (Hingga apabila besi itu menjadi) berubah bentuknya menjadi نَارً (merah) bagaikan api قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا (dia pun berkata, “Berilah aku tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atas besi panas itu)” maksudnya tembaga yang dilebur.

Lafal آتُونِي dan lafal أُفْرِغْ merupakan kedua Fi’il yang saling berebutan terhadap Ma’mulnya, kemudian dibuanglah Ma’mul dari Fi’il yang pertama karena beramalnya Fi’il yang kedua. Selanjutnya tembaga yang sudah dilebur itu dituangkan ke atas besi yang merah membara, sehingga masuklah tembaga itu ke dalam partikel-partikel potongan besi, akhirnya kedua logam itu menyatu.

Tafsir Ibnu Katsir: حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا (“Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua [puncak] gunung itu.”) Yakni, sebagian diletakkan pada sebagian pondasi lainnya, sehingga tumpukan itu menyamai puncak dua gunung, baik panjang maupun lebar. Namun, para ulama masih berbeda pendapat mengenai luas, panjang dan lebarnya, yang menimbulkan beberapa pendapat.

Dzulgarnain berkata: “Tiuplah.” Maksudnya, nyalakanlah api di atasnya sehingga semuanya menjadi api. قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا (“Ia pun berkata, ‘Berilah aku tembaga [yang mendidih] agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’”)

Ibnu Abbas, Mujahid,Ikrimah, adh-Dhahhak, Qatadah dan as-Suddi mengatakan: “Yaitu tembaga.” Sebagian mereka menambahkan: “Yakni, cairan tembaga.” Dan hal itu diperkuat dengan firman Allah Ta’ala: “Dan kami alirkan cairan tembaga baginya.” (QS. Saba’: 12)
Dan ini menyerupai butiran embun.

Tafsir Kemenag: “Bawalah kepadaku potongan-potongan besi.” Dan setelah mereka membawa potongan-potongan besi itu, lalu Zulkarnain merangkai dan memasang besi-besi itu sehingga tingginya sama rata dengan kedua puncak gunung itu.

Lalu ia berkata kepada pekerja-pekerjanya, “Gerakkanlah alat-alat peniup angin untuk menyalakan api dan memanaskan besi-besi itu.” Sehingga bilamana besi itu telah merah seperti api, maka dia berkata pula, “Sekarang berilah aku tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atas besi yang panas itu,” sehingga lubang-lubangnya tertutup rapat dan terbentuklah sebuah benteng besi yang kokoh dan kuat.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 92-96 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S