Surah Asy-Syu’ara Ayat 1-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syu'ara Ayat 1-9

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 1-9 ini, menjelaskan watak dan tabiat kaum musyrikin. Hati mereka telah tertutup untuk menerima kebenaran, karena telah dikotori oleh sifat takabur dan sombong. Mereka sangat mencintai kedudukan, pangkat, dan harta. Bila mendengar ayat-ayat Allah, yang menyeru mereka untuk beriman dan mematuhi ajaran-ajarannya, mereka dengan spontan menolak dan berpaling daripadanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Padahal kalau mereka mau memperhatikan dan merenungkannya, mereka tentu akan mendapat banyak pelajaran yang dapat mengingatkan mereka bahwa paham yang mereka anut dan tindakan yang mereka lakukan telah jauh menyimpang dari kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara Ayat 1-9

Surah Asy-Syu’ara Ayat 1
طسم

Terjemahan: Thaa Siim Miim

Tafsir Jalalain: Asy-Syu’araa’ (Para Penyair)

(طسم) hanya Allah saja yang mengetahui maksudnya.

Tafsir Ibnu Katsir: [1073] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.

golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad.

kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Tafsir Kemenag: Lihat keterangan ayat ini pada jilid I yang menerangkan tentang fawatihus-suwar (al-Baqarah/2: 1).

Tafsir Quraish Shihab: Tha, Sin, Mim. Dengan huruf-huruf ini dijelaskan bahwa Alquran merupakan suatu mukjizat yang menundukkan manusia.
Untaian katanya tersusun dari huruf-huruf sejenis itu, yang masih dalam kemampuan manusia. Karenanya, jika ada yang meragukan bahwa Alquran benar-benar diturunkan oleh Allah, tentu manusia dapat membuat seperti itu. Tapi sudah pasti, tak ada satu makhluk pun yang dapat membuat seperti Alquran.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 2
تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِا

Terjemahan: Inilah ayat-ayat Al Quran yang menerangkan.

Tafsir Jalalain: تِلْكَ (Inilah) آيَاتُ الْكِتَابِ (ayat-ayat Al Kitab) yakni Alquran. Idhafah di sini mengandung makna Min, maksudnya sebagian daripada Alquran الْمُبِينِ (yang menerangkan) perkara yang hak atas perkara yang batil.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (“Inilah ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan.”) yaitu inilah ayat-ayat al-Qur’an al-Mubiin, yakni jelas, tegas dan nyata yang memisahkan antara kebenaran dengan kebathilan serta antara yang penyimpangan dan petunjuk.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an ini menerangkan yang benar dan salah, yang baik dan buruk dengan jelas dan mudah dipahami, sebagai pedoman bagi manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi.

Dengan mengamalkan isi dan kandungan ayat-ayat itu, manusia pasti akan mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hal ini diyakini benar oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya yang telah beriman. Akan tetapi, orang kafir Mekah selalu menolak ajaran-ajaran itu dan memperolok-olokkan bila Nabi Muhammad menyeru mereka untuk beriman.

Bahkan mereka mencemooh, menghina, dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan, seperti menyatakan bahwa Muhammad saw gila atau seorang yang kena sihir atau seorang penyair.

Tafsir Quraish Shihab: Firman yang Aku wahyukan kepadamu ini, wahai Muhammad, merupakan ayat-ayat Alquran yang menjelaskan berbagai hukum dan aturan yang terkandung di dalamnya.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 3
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

Tafsir Jalalain: لَعَلَّكَ (Boleh jadi kamu) hai Muhammad بَاخِعٌ نَّفْسَكَ (akan membinasakan dirimu) bunuh diri karena sedih, disebabkan أَلَّا يَكُونُوا (karena mereka tidak) yaitu penduduk Mekah مُؤْمِنِينَ (beriman) lafal La’alla di sini bermakna Isyfaq atau menunjukkan makna rasa kasihan. Maksudnya, kasihanilah dirimu itu, ringankanlah dari kesedihannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: لَعَلَّكَ بَاخِعٌ (“Boleh jadi kamu akan bakhi-un.”) membinasakan; نَّفْسَكَ (“dirimu sendiri”) dengan sebab antusias dan duka citamu terhadap mereka; أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (“karena mereka tidak beriman”) ini merupakah hiburan dari Allah untuk utusan-Nya Muhammad saw. tentang ketiadaan iman orang kafir yang tidak mengimaninya

Tafsir Kemenag: Nabi Muhammad adalah seorang yang cinta kepada kaumnya dan selalu mengharapkan supaya mereka beriman semuanya. Dia yakin dengan memeluk Islam, mereka pasti akan bahagia dan selamat dari malapetaka yang biasa diturunkan Allah kepada orang-orang yang kafir dahulu.

Hampir saja beliau berputus asa karena setelah sekian lama beliau menyeru mereka dengan mengemukakan alasan-alasan dan hujah-hujah yang kuat yang tidak bisa dibantah, mereka tetap membangkang dan menghinakannya.

Sungguh amat tragis dan menyedihkan sekali bagi seorang pemuka agama yang cinta kepada umatnya dan berusaha untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka, tetapi selalu dicemoohkan oleh kaumnya.

Pada ayat ini, Allah menegur Nabi Muhammad yang sedang berada dalam puncak kesedihan dan duka-cita dengan mengatakan apakah Nabi akan membinasakan diri hanya karena kaumnya tidak mau menerima petunjuk dan ajaran yang benar? Seakan-akan Allah memberikan teguran kepadanya, mengapa Nabi terlalu berharap agar kaumnya beriman semuanya? Padahal kewajibannya yang utama hanyalah menyampaikan risalah Allah sebagai tersebut dalam firman-Nya:

Bukankah kewajiban para rasul hanya menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas. (an-Nahl/16: 35). Sebenarnya dengan teguran ini Allah melarangnya berbuat demikian seperti tersebut dalam firman-Nya pada surah yang lain:

Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (Fathir/35: 8).

Tafsir Quraish Shihab: Aku merasa prihatin melihat dirimu, wahai Muhammad, bersedih hati mendapatkan pengingkaran dan ketakberimanan kaummu.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 4
إِن نَّشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِم مِّنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ

Terjemahan: Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.

Tafsir Jalalain: إِن نَّشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِم مِّنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ (Jika Kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka akan senantiasa) lafal Fazhallat dalam bentuknya yang Madhi ini bermakna Mudhari’, artinya: maka akan terus-menerus أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ (kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya) yakni mereka beriman kepadanya. Karena lafal Al A’naaq disifati dengan lafal Al Khudhu’. Sifat tersebut merupakan ciri khas makhluk yang berakal, maka sifat Al A’naaq dijamakkan ke dalam bentuk sebagaimana makhluk yang berakal.

Baca Juga:  Surah Ibrahim Ayat 27; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: إِن نَّشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِم مِّنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ (“Jika Kami kehendaki, niscaya Kami turunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.”) yaitu seandainya Kami menghendaki, niscaya Kami menurunkan suatu tanda yang memaksamu untuk mengimaninya. Akan tetapi Kami tidak melakukannya, karena Kami tidak menghendaki dari seseorang kecuali keimanan ikhtiyari [hasil kemauan sendiri].

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini diterangkan bahwa jika Allah hendak memaksa mereka supaya beriman, hal itu amat mudah bagi-Nya. Namun demikian, Allah hendak memberlakukan sunah-Nya kepada kaum Quraisy bahwa beriman itu bukanlah dengan paksaan dan kekerasan, tetapi dengan kesadaran dan kemauan sendiri. Memaksa orang agar beriman bertentangan dengan ayat Al-Qur’an (al-Baqarah/2: 256) dan sunah Allah. Hal itu tidak boleh dilakukan oleh para rasul sesuai dengan firman Allah:

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman? (Yunus/10: 99).

Oleh karena itu, Allah dengan hikmat dan ketetapan-Nya mengutus para rasul yang akan menyeru umat kepada kebenaran dan tauhid yang murni, serta menuntun mereka kepada jalan yang lurus, dan syariat yang membawa mereka menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Demikianlah Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad sebagai mukjizat. Kemukjizatan Al-Qur’an akan tetap berlaku sepanjang masa sampai hari Kiamat sesuai dengan risalah yang dibawa Muhammad untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan tempat.

Mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelum Muhammad hanya berlaku untuk masa dan tempat di mana nabi itu menyebarkan risalahnya. Sesudah itu, mukjizat-mukjizat itu hanya menjadi berita yang ditulis di dalam sejarah dan tidak dapat disaksikan lagi oleh generasi yang datang kemudian.

Berbeda dengan Al-Qur’an, sampai saat ini dengan semakin bertambahnya pengetahuan manusia, dan semakin maju teknologi mereka, akan semakin bertambah jelas kebenaran Al-Qur’an. Isyarat-isyarat ilmiah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an secara ringkas, yang mungkin belum dapat dipahami pada masa-masa sebelumnya, semakin terungkap, sehingga umat Islam bertambah yakin akan kebenaran Al-Qur’an.

Berkaitan dengan itu, bertambah banyak pula orang-orang yang sadar dengan sendirinya bahwa Al-Qur’an itu memang kitab yang diturunkan Allah untuk menuntun manusia ke jalan yang benar, sehingga mereka beriman dan menganut agama Islam.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami Mahakuasa untuk mendatangkan kepada mereka suatu mukjizat yang dapat memaksa mereka untuk beriman, sehingga–sebagaimana yang kamu harapkan–mereka semua menjadi patuh dan tunduk kepada-Ku. Tetapi Kami tidak akan melakukan hal seperti itu, karena sudah menjadi ketetapan hukum Kami (sunnatullah) untuk menyuruh mereka beriman tanpa paksaan.
Dengan demikian, perintah dan larangan yang akan menghasilkan pahala atau siksa itu tidak kehilangan maknanya

Surah Asy-Syu’ara Ayat 5
وَمَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍ مِّنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ إِلَّا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ

Terjemahan: Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.

Tafsir Jalalain: وَمَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍ (Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan) yaitu Alquran مِّنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ (yang baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah) yang membeberkan rahasia mereka إِلَّا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ (melainkan mereka selalu berpaling daripadanya).

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍ مِّنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ إِلَّا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ (“Dan sekali-sekali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Rabb Yang Mahapemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.”) yaitu setiap kali suatu kitab datang dari langit, maka kebanyakan manusia berpaling darinya

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan watak dan tabiat kaum musyrikin. Hati mereka telah tertutup untuk menerima kebenaran, karena telah dikotori oleh sifat takabur dan sombong. Mereka sangat mencintai kedudukan, pangkat, dan harta. Bila mendengar ayat-ayat Allah, yang menyeru mereka untuk beriman dan mematuhi ajaran-ajarannya, mereka dengan spontan menolak dan berpaling daripadanya.

Padahal kalau mereka mau memperhatikan dan merenungkannya, mereka tentu akan mendapat banyak pelajaran yang dapat mengingatkan mereka bahwa paham yang mereka anut dan tindakan yang mereka lakukan telah jauh menyimpang dari kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an.

Demikianlah watak dan tabiat orang-orang musyrik. Mereka dengan serta merta menolak ayat-ayat itu dan mendustakannya bahkan memperolok-olokan dan mencemoohkannya. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan mengatakan bahwa mereka di akhirat nanti akan melihat dan merasakan sendiri akibat dari cemoohan dan olok-olokan mereka. Mereka akan disiksa dalam neraka Jahanam dengan siksaan yang amat pedih dan sangat menghinakan, sesuai dengan firman Allah pada ayat yang lain:

Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah; sehingga apabila Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu,” sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu. (al-An’am/6: 31)

Dan firman-Nya: Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin/36: 30).

Tafsir Quraish Shihab: Dan kalaulah Allah terus menurunkan wahyu-Nya lagi kepadamu, yang mengingatkan mereka–sebagai suatu rahmat–akan kebenaran agama ini, mereka akan terus-menerus menampik dan mengingkarinya. Pelbagai jalan yang dapat menghantarkan mereka untuk menerima petunjuk telah tertutup.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 6
فَقَدْ كَذَّبُوا فَسَيَأْتِيهِمْ أَنبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

Terjemahan: Sungguh mereka telah mendustakan (Al Quran), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.

Tafsir Jalalain: فَقَدْ كَذَّبُوا (Sungguh mereka telah mendustakan) Alquran فَسَيَأْتِيهِمْ أَنبَاءُ (maka kelak akan datang kepada mereka kenyataan dari berita-berita) akibat dari apa مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (yang selalu mereka perolok-olokkan).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: فَقَدْ كَذَّبُوا فَسَيَأْتِيهِمْ أَنبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (“Sungguh mereka telah mendustakan [al-Qur’an], maka kelak akan datang kepada mereka [kenyataan dari] berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.”) yaitu sesungguhnya mereka telah mendustakan kebenaran yang datang kepada mereka, lalu mereka mengetahui berita bohong ini setelah beberapa waktu.

Kemudian Allah mengingatkan kebesaran kekuasaan-Nya dan keagungan kemampuan-Nya serta keadaan para pembangkang yang menyelisihi Rasul-Nya dan mendustakan Kitab-Nya. Dia lah yang Mahaperkasa, Mahaagung lagi Mahakuasa yang telah menciptakan bumi dan menumbuhkan di dalamnya tumbuh-tumbuhan yang baik berupa tanam-tanaman, buah-buahan dan hewan.

Baca Juga:  Ini 5 Ulama yang Berupaya Menjelaskan Kemukjizatan al-Quran Melalui Balaghah

Inna fii dzaalika la aayaatan (“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda.”) yaitu suatu tanda atas kekuasaan Mahapencipta segala sesuatu yang telah membentangkan bumi dan meninggikan bangunan langit. Di samping itu, kebanyakan manusia tidak beriman, bahkan mereka mendustakan para Rasul dan Kitab-kitab-Nya srta melanggar perintah-Nya dan bergelimang dalam larangan-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan watak dan tabiat kaum musyrikin. Hati mereka telah tertutup untuk menerima kebenaran, karena telah dikotori oleh sifat takabur dan sombong. Mereka sangat mencintai kedudukan, pangkat, dan harta. Bila mendengar ayat-ayat Allah, yang menyeru mereka untuk beriman dan mematuhi ajaran-ajarannya, mereka dengan spontan menolak dan berpaling daripadanya.

Padahal kalau mereka mau memperhatikan dan merenungkannya, mereka tentu akan mendapat banyak pelajaran yang dapat mengingatkan mereka bahwa paham yang mereka anut dan tindakan yang mereka lakukan telah jauh menyimpang dari kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an.

Demikianlah watak dan tabiat orang-orang musyrik. Mereka dengan serta merta menolak ayat-ayat itu dan mendustakannya bahkan memperolok-olokan dan mencemoohkannya. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan mengatakan bahwa mereka di akhirat nanti akan melihat dan merasakan sendiri akibat dari cemoohan dan olok-olokan mereka. Mereka akan disiksa dalam neraka Jahanam dengan siksaan yang amat pedih dan sangat menghinakan, sesuai dengan firman Allah pada ayat yang lain:

Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah; sehingga apabila Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu,” sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu. (al-An’am/6: 31)

Dan firman-Nya: Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin/36: 30).

Tafsir Quraish Shihab: Sungguh mereka itu telah mendustakan dan mengejek kebenaran yang kamu sampaikan. Maka bersabarlah menghadapi perlakuan mereka ini. Kelak mereka akan mendapati akibat dari ejekan yang membawa petaka besar ini.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 7
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الْأَرْضِ كَمْ أَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ

Terjemahan: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

Tafsir Jalalain: أَوَلَمْ يَرَوْ (Dan apakah mereka tidak memperhatikan) maksudnya tidak memikirkan tentang إِلَى الْأَرْضِ كَمْ أَنبَتْنَا فِيهَا (bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu) alangkah banyaknya مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ (dari bermacam-macam tumbuh-tumbuhan yang baik) jenisnya?.

Tafsir Ibnu Katsir: أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الْأَرْضِ كَمْ أَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ (Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan watak dan tabiat kaum musyrikin. Hati mereka telah tertutup untuk menerima kebenaran, karena telah dikotori oleh sifat takabur dan sombong. Mereka sangat mencintai kedudukan, pangkat, dan harta. Bila mendengar ayat-ayat Allah, yang menyeru mereka untuk beriman dan mematuhi ajaran-ajarannya, mereka dengan spontan menolak dan berpaling daripadanya.

Padahal kalau mereka mau memperhatikan dan merenungkannya, mereka tentu akan mendapat banyak pelajaran yang dapat mengingatkan mereka bahwa paham yang mereka anut dan tindakan yang mereka lakukan telah jauh menyimpang dari kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an.

Demikianlah watak dan tabiat orang-orang musyrik. Mereka dengan serta merta menolak ayat-ayat itu dan mendustakannya bahkan memperolok-olokan dan mencemoohkannya. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan mengatakan bahwa mereka di akhirat nanti akan melihat dan merasakan sendiri akibat dari cemoohan dan olok-olokan mereka. Mereka akan disiksa dalam neraka Jahanam dengan siksaan yang amat pedih dan sangat menghinakan, sesuai dengan firman Allah pada ayat yang lain:

Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah; sehingga apabila Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu,” sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu. (al-An’am/6: 31)

Dan firman-Nya: Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin/36: 30).

Tafsir Quraish Shihab: Adakah mereka akan terus mempertahankan kekufuran dan pendustaan serta tidak merenungi dan mengamati sebagian ciptaan Allah di bumi ini? Sebenarnya, jika mereka bersedia merenungi dan mengamati hal itu, niscaya mereka akan mendapatkan petunjuk.

Kamilah yang mengeluarkan dari bumi ini beraneka ragam tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan manfaat. Dan itu semua hanya dapat dilakukan oleh Tuhan yang Mahaesa dan Mahakuasa.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 8
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman.

Tafsir Jalalain: إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda) yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan Allah swt. وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ (Dan kebanyakan mereka tidak beriman), menurut ilmu Allah. Imam Sibawaih berpendapat bahwa lafal Kaana di sini adalah Zaidah.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً (“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda.”) yaitu suatu tanda atas kekuasaan Mahapencipta segala sesuatu yang telah membentangkan bumi dan meninggikan bangunan langit. Di samping itu, kebanyakan manusia tidak beriman, bahkan mereka mendustakan para Rasul dan Kitab-kitab-Nya srta melanggar perintah-Nya dan bergelimang dalam larangan-Nya.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah mencela orang-orang kafir yang tidak mau mempergunakan akal pikiran mereka untuk memperhatikan bahwa apa yang terjadi di alam ini menunjukkan kekuasaan Allah. Seandainya mereka mau memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah, tentu mereka akan menjadi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya.

Mereka tidak akan lagi menyembah berhala yang tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun dan tidak pula menolak bahaya dan kemudaratan, baik bagi dirinya sendiri maupun para penyembahnya.

Orang kafir itu memang tidak memperhatikan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang beraneka warna, masing-masing mempunyai kekhususan sendiri baik daun, bunga, dan buahnya. Padahal semuanya tumbuh di tanah yang sejenis dan diairi dengan air yang sama, tetapi menghasilkan buah-buahan yang berlainan bentuk, warna, dan rasanya.

Tidakkah yang demikian itu menunjukkan kekuasaan dan kebijaksanaan Pencipta-Nya? Namun kalau hati sudah tertutup perasaan sombong dan takabur, pikiran sudah dipengaruhi oleh ketamakan untuk memperoleh pangkat, kedudukan, dan kekayaan, maka tertutuplah semua jalan untuk mencapai kebenaran. Apa saja yang bertentangan dengan kemauan mereka semuanya jahat dan jelek dalam pandangan mereka.

Baca Juga:  Surah Qaf Ayat 23-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Inilah faktor-faktor yang memalingkan mereka dari berpikir dan merenungkan kekuasaan Allah. Oleh karena itu, kebanyakan mereka tetap dalam keingkaran, kekafiran, dan selalu menantang risalah dan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Mereka selalu mengingkari hari Kiamat, hari kebangkitan, dan hari perhitungan, karena tidak mau memikirkannya. Mereka hanya mau bersenang-senang saja di dunia ini, sehingga merasa tidak ada gunanya memikirkan bagaimana keadaan sesudah mati. Menurut mereka, jasad yang mati itu pasti hancur menjadi tanah dan tidak akan kembali.

Sebenarnya Allah kuasa untuk menghancurkan mereka dengan berbagai macam cara seperti Allah menghancurkan umat-umat dahulu yang durhaka. Ada yang dihancurkan dengan topan dan banjir besar, ada yang dimusnahkan dengan gempa yang dahsyat, dan ada pula dengan suara keras yang mengguntur. Namun demikian, Allah mempunyai sifat rahmat dan kasih sayang.

Oleh sebab itu, Allah tidak menimpakan kepada kaum musyrik Mekah siksa azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu, dengan harapan mungkin ada di antara orang-orang kafir yang membangkang dan menantang itu atau anak cucunya yang akan beriman.

Al-Quran menyatakan bahwa semua benda mati dan makhluk hidup di alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Dalam ayat di atas dicontohkan mengenai tumbuhan. Namun demikian, sebenarnya konsep berpasangan tidak saja hanya pada tumbuhan, tetapi di hampir semua ciptaannya. Dalam Al-Qur’an dinyatakan, di antaranya:

“Maha Suci Dia yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Yasin/36: 36). “Dan segala sesuatu telah Kami ciptakan berpasang-pasangan…” (adz-dzariyat/51: 49).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya adanya beraneka ragam tumbuh-tumbuhan di bumi merupakan bukti yang jelas akan adanya Sang Pencipta Yang Mahakuasa. Tetapi kebanyakan kaum, ternyata, tidak mau beriman.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 9
وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Terjemahan: Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ (Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar Dia-iah Yang Maha Perkasa) memiliki keperkasaan untuk membalas orang-orang kafir الرَّحِيمُ (lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang yang beriman.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (“Dan sesungguhnya Rabb-mu benar-benar Dia lah Yang Mahaperkasa.”) yaitu Yang Mahaperkasa terhadap segala sesuatu, yang menundukkan dan mengalahkannya. Arrahiim (“Lagi Mahapenyayang”) kepada makhluk-Nya.

Dia tidak tergesa-gesa [mengadzab] terhadap orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya, bahkan ditunda, dilihat-Nya kembali kemudian Dia menghukumnya dengan hukuman Rabb Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Sa’id bin Jubair berkata: “Mahapenyayang terhadap orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.”

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah mencela orang-orang kafir yang tidak mau mempergunakan akal pikiran mereka untuk memperhatikan bahwa apa yang terjadi di alam ini menunjukkan kekuasaan Allah. Seandainya mereka mau memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah, tentu mereka akan menjadi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya.

Mereka tidak akan lagi menyembah berhala yang tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun dan tidak pula menolak bahaya dan kemudaratan, baik bagi dirinya sendiri maupun para penyembahnya.

Orang kafir itu memang tidak memperhatikan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang beraneka warna, masing-masing mempunyai kekhususan sendiri baik daun, bunga, dan buahnya. Padahal semuanya tumbuh di tanah yang sejenis dan diairi dengan air yang sama, tetapi menghasilkan buah-buahan yang berlainan bentuk, warna, dan rasanya.

Tidakkah yang demikian itu menunjukkan kekuasaan dan kebijaksanaan Pencipta-Nya? Namun kalau hati sudah tertutup perasaan sombong dan takabur, pikiran sudah dipengaruhi oleh ketamakan untuk memperoleh pangkat, kedudukan, dan kekayaan, maka tertutuplah semua jalan untuk mencapai kebenaran. Apa saja yang bertentangan dengan kemauan mereka semuanya jahat dan jelek dalam pandangan mereka.

Inilah faktor-faktor yang memalingkan mereka dari berpikir dan merenungkan kekuasaan Allah. Oleh karena itu, kebanyakan mereka tetap dalam keingkaran, kekafiran, dan selalu menantang risalah dan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Mereka selalu mengingkari hari Kiamat, hari kebangkitan, dan hari perhitungan, karena tidak mau memikirkannya. Mereka hanya mau bersenang-senang saja di dunia ini, sehingga merasa tidak ada gunanya memikirkan bagaimana keadaan sesudah mati. Menurut mereka, jasad yang mati itu pasti hancur menjadi tanah dan tidak akan kembali.

Sebenarnya Allah kuasa untuk menghancurkan mereka dengan berbagai macam cara seperti Allah menghancurkan umat-umat dahulu yang durhaka. Ada yang dihancurkan dengan topan dan banjir besar, ada yang dimusnahkan dengan gempa yang dahsyat, dan ada pula dengan suara keras yang mengguntur. Namun demikian, Allah mempunyai sifat rahmat dan kasih sayang.

Oleh sebab itu, Allah tidak menimpakan kepada kaum musyrik Mekah siksa azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu, dengan harapan mungkin ada di antara orang-orang kafir yang membangkang dan menantang itu atau anak cucunya yang akan beriman.

Al-Quran menyatakan bahwa semua benda mati dan makhluk hidup di alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Dalam ayat di atas dicontohkan mengenai tumbuhan. Namun demikian, sebenarnya konsep berpasangan tidak saja hanya pada tumbuhan, tetapi di hampir semua ciptaannya. Dalam Al-Qur’an dinyatakan, di antaranya:

“Maha Suci Dia yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Yasin/36: 36). “Dan segala sesuatu telah Kami ciptakan berpasang-pasangan…” (adz-dzariyat/51: 49).

Tafsir Quraish Shihab: Dan sesungguhnya Penguasa dan Pemelihara dirimu, Dialah yang akan membalas para pendusta kebenaran dan mengaruniakan rahmat-Nya kepada orang-orang yang beriman.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 1-9 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S