Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mutaffifin Ayat 7-17 ini, menjelaskan bahwa orang-orang kafir yang tidak mau mengakui Al-Qur’an sebagai wahyu Allah terhalang dari rahmat-Nya di dunia dan akhirat. Mereka terhalang dari nikmat terbesar bagi seorang hamba, yaitu memandang dan melihat Allah di akhirat.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mutaffifin Ayat 7-17
Surah Al-Mutaffifin Ayat 7
كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡفُجَّارِ لَفِى سِجِّينٍ
Terjemahan: “Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.
Tafsir Jalalain: كَلَّآ (sekali-kali tidak) maksudnya, benarlah إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡفُجَّارِ (karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka) yakni kitab catatan amal perbuatan orang-orang kafir لَفِى سِجِّينٍ (tersimpan dalam sijjiin) menurut suatu pendapat; sijjiin itu adalah nama sebuah kitab yang mencatat semua amal perbuatan setan dan orang kafir.
Menurut suatu pendapat lagi sijjiin itu adalah nama tempat yang berada di lapisan bumi yang ketujuh; tempat itu merupakan pangkalan iblis dan bala tentaranya.
Tafsir Ibnu Katsir: Dengan haq Allah berfirman: كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡفُجَّارِ لَفِى سِجِّينٍ (“Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.”) maksudnya, sesungguhnya tempat kembali dan tempat tinggal mereka adalah neraka sijjin.
Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan kepada orang-orang yang tidak percaya terhadap hari kebangkitan bahwa perbuatan mereka harus dipertanggungjawabkan. Mereka tidak bisa menghindari hukuman Allah karena masing-masing manusia diawasi oleh malaikat yang mencatat semua perbuatannya .
Buku catatan orang-orang yang durhaka kepada Allah akan disimpan di Sijjin, yaitu kitab yang tertulis. Di dalamnya tercatat kejahatan dan kecurangan manusia. Catatan-catatan inilah yang akan dijadikan takaran untuk menghisab mereka.
Tafsir Quraish Shihab: Hindarilah kecurangan dan sadarlah akan hari kebangkitan! Sesungguhnya catatan perbuatan orang-orang yang berdosa tersimpan di dalam Sijjîn.
Surah Al-Mutaffifin Ayat 8
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سِجِّينٌ
Terjemahan: “Tahukah kamu apakah sijjin itu?
Tafsir Jalalain: وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سِجِّينٌ (Tahukah kamu apakah sijjiin itu?) maksudnya apakah kitab sijjiin itu?.
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu urusannya menjadi besar, dimana Allah Ta’ala berfirman: وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سِجِّينٌ (“Tahukah kamu apakah sijin itu?”)
Maksudnya hal itu merupakan suatu masalah yang sangat besar, penjara yang kekal abadi dan adzab yang sangat pedih. Kemudian ada beberapa orang yang mengemukakan: “Sijjiin ini berada di lapisan bumi ke tujuh.” Dan yang benar, kata sijjin itu diambil dari kata as-sijn yang berarti tempat yang sempit (penjara). Karena setiap makhluk ciptaan yang berada lebih rendah maka akan lebih sempit, dan setiap yang lebih tinggi akan lebih luas. Masing-masing dari tujuh lapis langit lebih lebih luas dan lebih tinggi daripada yang berada di bawahnya.
Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan kepada orang-orang yang tidak percaya terhadap hari kebangkitan bahwa perbuatan mereka harus dipertanggungjawabkan. Mereka tidak bisa menghindari hukuman Allah karena masing-masing manusia diawasi oleh malaikat yang mencatat semua perbuatannya .
Buku catatan orang-orang yang durhaka kepada Allah akan disimpan di Sijjin, yaitu kitab yang tertulis. Di dalamnya tercatat kejahatan dan kecurangan manusia. Catatan-catatan inilah yang akan dijadikan takaran untuk menghisab mereka.
Tafsir Quraish Shihab: Tahukah kamu apakah Sijjîn itu?
Surah Al-Mutaffifin Ayat 9
كِتَٰبٌ مَّرۡقُومٌ
Terjemahan: “(Ialah) kitab yang bertulis.
Tafsir Jalalain: كِتَٰبٌ مَّرۡقُوم (Ialah kitab yang bertulis) yakni yang mempunyai catatan.
Tafsir Ibnu Katsir: كِتَٰبٌ مَّرۡقُوم (Ialah kitab yang bertulis.
Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan kepada orang-orang yang tidak percaya terhadap hari kebangkitan bahwa perbuatan mereka harus dipertanggungjawabkan. Mereka tidak bisa menghindari hukuman Allah karena masing-masing manusia diawasi oleh malaikat yang mencatat semua perbuatannya .
Buku catatan orang-orang yang durhaka kepada Allah akan disimpan di Sijjin, yaitu kitab yang tertulis. Di dalamnya tercatat kejahatan dan kecurangan manusia. Catatan-catatan inilah yang akan dijadikan takaran untuk menghisab mereka.
Tafsir Quraish Shihab: Sijjîn adalah sebuah buku yang berisi catatan yang ditulis dengan jelas.
Surah Al-Mutaffifin Ayat 10
وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ
Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
Tafsir Jalalain: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.).
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (“Kecelakaan yang besarlah pada hari ini bagi orang-orang yang mendustakan.”) yakni jika mereka pada hari Kiamat kelak digiring menuju kepada apa yang telah dijanjikan oleh Allah bagi mereka yang berupa Sijjin dan adzab yang menhinakan.
Tafsir Kemenag: Dua ayat ini kembali mengancam orang-orang yang mendustakan hari pembalasan dengan azab yang sangat pedih, yaitu neraka. Ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan memang sangat pedih, karena mengingkari hari kiamat berarti mengingkari keadilan Allah, dan hukum-hukum syariat agama yang berlaku di dunia dan berakibat di akhirat.
Tafsir Quraish Shihab: Celakalah para pendusta, di saat datang hari kebangkitan dan pembalasan.
Surah Al-Mutaffifin Ayat 11
ٱلَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ
Terjemahan: “(yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.
Tafsir Jalalain: ٱلَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ (Yaitu-orang-orang yang mendustakan hari pembalasan) lafal ayat ini berkedudukan sebagai Badal atau Bayan dari lafal Al-Mukadzdzibiin pada ayat sebelumnya.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya menjelaskan orang-orang yang mendustakan, jahat lagi kafir. ٱلَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ (“[yaitu] orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.”) masudnya mereka tidak mempercayai kejadian hari pembalasan itu dan tidak pula meyakini keberadaannya serta menilainya sebagai sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Tafsir Kemenag: Dua ayat ini kembali mengancam orang-orang yang mendustakan hari pembalasan dengan azab yang sangat pedih, yaitu neraka. Ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan memang sangat pedih, karena mengingkari hari kiamat berarti mengingkari keadilan Allah, dan hukum-hukum syariat agama yang berlaku di dunia dan berakibat di akhirat.
Tafsir Quraish Shihab: Yaitu manusia yang mendustakan hari pembalasan
Surah Al-Mutaffifin Ayat 12
وَمَا يُكَذِّبُ بِهِۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعۡتَدٍ أَثِيمٍ
Terjemahan: “Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa,
Tafsir Jalalain: وَمَا يُكَذِّبُ بِهِۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعۡتَدٍ (Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas) atau melanggar batas أَثِيمٍ (lagi berdosa) maksudnya banyak dosanya; lafal Atsiim adalah bentuk Mubalaghah dari lafal Aatsim.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: وَمَا يُكَذِّبُ بِهِۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعۡتَدٍ أَثِيم (“Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa.”) yakni melampaui batas dan tindakannya dalam melakukan berbagai larangan dan berlebihan dalam menjalankan berbagai hal yang dibolehkan. Sedangkan orang yang berdosa dalam ucapannya adalah: jika berbicara dia berbohong, jika berjanji dia tidak menepati, jika bertengkar dia berbuat jahat.
Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada manusia yang mengingkari hari Kiamat kecuali orang-orang yang selalu melampaui batas-batas agama, yang tertutup hatinya oleh kekafiran, dan yang tidak lagi bermanfaat baginya berbagai peringatan dan ancaman.
Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. (al-Baqarah/2: 6) Sifat lain dari manusia yang mengingkari hari Kiamat adalah tenggelam dalam perbuatan dosa-dosa besar, acuh tak acuh terhadap perintah dan larangan Allah, lebih mementingkan kesenangan duniawi daripada kehidupan akhirat. Firman Allah:
Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. (an-Nazi’at/79: 37-39).
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu kecuali orang yang melampau batas dan banyak berbuat dosa.
Surah Al-Mutaffifin Ayat 13
إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ
Terjemahan: “yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu”
Tafsir Jalalain: إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا (Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) yakni Alquran قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ (ia berkata, “Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu”) atau cerita-cerita yang dibuat di masa silam. Lafal Asaathiir bentuk jamak dari lafal Usthuurah atau Isthaarah.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ (“Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: ‘Itu adalah dongengan orang-orang terdahulu.’”) maksudnya jika dia mendengar firman-firman Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya, maka dia mendustakan dan memberikan prasangka buruk terhadapnya, sehingga dia berkeyakinan bahwa hal tersebut hanya dibuat-buat, kumpulan dari buku-buku cerita orang-orang terdahulu.
Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa ketika dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada orang-orang yang melampaui batas, selalu berdosa, tidak mempercayai hari akhirat dan Al-Qur’an sebagai kitab suci yang berisi petunjuk-petunjuk Allah untuk mengantarkan manusia ke jalan yang lurus menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, mereka tidak mau mendengarkannya dengan khusyuk atau menyimak isinya.
Mereka bahkan mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah dongeng-dongeng orang-orang dahulu yang didiktekan kepada Nabi Muhammad. Firman Allah: Dan orang-orang kafir berkata, “(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain,” Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar.
Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur’an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (al-Furqan/25: 4-6).
Tafsir Quraish Shihab: Jika diperdengarkan kepada mereka ayat-ayat Allah yang berbicara tentang hari pembalasan, mereka berkata, “Itu hanya legenda orang-orang terdahulu.”
Surah Al-Mutaffifin Ayat 14
كَلَّا بَلۡ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
Terjemahan: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
Tafsir Jalalain: كَلَّا بَلۡ رَانَ (Sekali-kali tidak demikian) lafal ini mengandung makna hardikan dan cegahan terhadap perkataan mereka yang demikian itu رَانَ (sebenarnya telah menodai) telah menutupi عَلَىٰ قُلُوبِهِم (atas hati mereka) sehingga hati mereka tertutup oleh noda itu (apa yang selalu mereka usahakan itu) yakni kedurhakaan-kedurhakaan yang selalu mereka kerjakan, sehingga mirip dengan karat yang menutupi hati mereka.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: كَلَّا بَلۡ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (“Sekali-sekali tidak [demikian], sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”) maksudnya, masalahnya tidak seperti apa yang mereka anggap dan tidak pula seperti yang mereka katakan bahwa al-Qur’an itu hanyaa cerita-cerita orang-orang terdahulu semata, tetapi ia merupakan firman Allah Ta’ala sekaligus waktu yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Adapun yang menutup hati mereka dari keimanan adalah noda hitam yang telah memenuhi hati mereka karena banyakknya dosa dan kesalahan.
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu