Surah Al-Qalam Ayat 48-52; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qalam Ayat 48-52

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qalam Ayat 48-52 ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar bersabar dalam menerima ketetapan-Nya, tetap melaksanakan tugas kerasulan yang telah dibebankan kepadanya, dan menghindari segala sesuatu yang dapat menghalangi atau mengganggu usaha-usaha dalam melaksanakan tugas itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian Allah memperingatkan beliau agar tidak bersikap dan bertindak seperti seorang yang berada dalam perut ikan, yaitu Nabi Yunus. Karena marah kepada kaumnya, Nabi Yunus lalu meninggalkan mereka dan berdoa kepada Allah agar mereka ditimpa azab yang membinasakan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qalam Ayat 48-52

Surah Al-Qalam Ayat 48
فَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُن كَصَاحِبِ ٱلۡحُوتِ إِذۡ نَادَىٰ وَهُوَ مَكۡظُومٌ

Terjemahan: Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).

Tafsir Jalalain: فَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ (Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Rabbmu) terhadap mereka, sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya وَلَا تَكُن كَصَاحِبِ ٱلۡحُوتِ (dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan paus) dalam hal ketergesa-gesaannya dan ketidaksabarannya, yaitu sebagaimana Nabi Yunus a.s. إِذۡ نَادَىٰ (ketika ia berdoa) kepada Rabbnya وَهُوَ مَكۡظُومٌ (sedangkan ia dalam keadaan marah) terhadap kaumnya, hatinya penuh dengan kemarahan sewaktu ia berada di dalam perut ikan besar itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: فَٱصۡبِرۡ (“bersabarlah”) hai Muhammad, atas tindakan menyakitkan yang dilakukan oleh kaummu terhadap dirimu serta kedustaan mereka, karena sesungguhnya Allah akan memberikan keputusan kepadamu atas mereka dan memberikan kemenangan bagimu dan para pengikutmu di dunia dan di akhirat.

وَلَا تَكُن كَصَاحِبِ ٱلۡحُوتِ (“dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam [perut] ikan.”) yakni Dzun Nuun, atau Yunus bin Matta as. ketika dia pergi dalam keadaan marah dari kaumnya. Apa yang dialami oleh Yunus ketika mengadakan pelayaran di tengah lautan, yaitu ditelah oleh ikan besar, lalu ia dibawa lari ke tengah lautan dan dasar lautan yang gelap gulita.

Dan dia juga mendengar suara tasbih yang dipanjatkan oleh lautan beserta isinya kepada Rabb Yang Mahatinggi lagi Mahakuasa, yang tidak menolak takdir yang telah ditetapkan oleh-Nya. pada saat itulah Yunus berseru dalam kegelapan:

أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ (“Bahwa tidak ada ilah [yang berhak disembah] selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dhalim.”)(al-Anbiyaa’: 87) Firman Allah: فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّ وَكَذَٰلِكَ نُۨجِى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ (“Maka Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.”)(al-Anbiyaa’: 88)

Disini Allah berfirman: إِذۡ نَادَىٰ وَهُوَ مَكۡظُومٌ (“Ketika ia berdoa sedang ia dalam keaaan marah.”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan as-Suddi mengatakan: “Yakni, sedang ia dalam keadaan gundah gulana.”

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar bersabar dalam menerima ketetapan-Nya, tetap melaksanakan tugas kerasulan yang telah dibebankan kepadanya, dan menghindari segala sesuatu yang dapat menghalangi atau mengganggu usaha-usaha dalam melaksanakan tugas itu.

Kemudian Allah memperingatkan beliau agar tidak bersikap dan bertindak seperti seorang yang berada dalam perut ikan, yaitu Nabi Yunus. Karena marah kepada kaumnya, Nabi Yunus lalu meninggalkan mereka dan berdoa kepada Allah agar mereka ditimpa azab yang membinasakan.

Kisah ini bermula ketika Nabi Yunus diutus Allah kepada penduduk kota Niniveh. Ia menyeru kaumnya agar menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Tetapi penduduk kota Niniveh menolak ajakan itu, bahkan mereka mengingkari dan mengancamnya. Karena sikap dan tindakan kaumnya yang demikian itu, beliau pun marah serta memperingatkan mereka bahwa Allah akan menimpakan malapetaka yang sangat dahsyat sebagai balasan terhadap sikap dan keingkaran mereka. Beliau pun lalu meninggalkan kaumnya.

Sepeninggal Nabi Yunus, kaumnya sadar dan takut kepada ancaman Allah itu, maka mereka pun keluar dari rumah-rumah mereka menuju tanah lapang bersama istri, anak, dan binatang ternak mereka. Di tanah lapang itu, mereka bersama-sama menyatakan bertobat kepada Allah, dan merendahkan diri dengan penuh keimanan.

Mereka berjanji kepada Allah akan mengikuti seruan Yunus, melaksanakan perintah dan menghentikan larangan-Nya. Karena kaum Yunus itu bertobat dengan sebenar-benarnya, tunduk, dan menyerahkan diri kepada-Nya, maka Allah mengabulkan doa mereka dengan mengurungkan datangnya malapetaka itu kepada mereka, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:

Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (Yunus/10: 98)

Adapun Nabi Yunus, setelah memberi peringatan itu, pergi dari kaumnya dengan meninggalkan tugas yang dipercayakan Allah kepadanya sebagai rasul-Nya. Tanpa mendapat izin dari Allah, beliau pergi dengan menumpang sebuah kapal yang sarat dengan muatan. Setelah kapal itu berlayar dan berada di tengah lautan timbullah kekhawatiran nakhodanya bahwa kapal itu bakal tenggelam, seandainya muatannya itu tidak dikurangi.

Untuk mengurangi muatan kapal itu, mereka mengadakan undian di antara penumpang. Barang siapa yang kalah dalam undian itu, akan dilemparkan ke dalam laut. Dengan demikian, kapal itu akan terhindar dari bahaya tenggelam. Dalam undian itu, Nabi Yunus kalah, namun para penumpang kapal itu merasa berat melakukan keputusan tersebut.

Baca Juga:  Surah Al-Qalam Ayat 17-33; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hal itu diulangi hingga tiga kali dan hasilnya sama, Nabi Yunus tetap kalah. Namun sebagaimana yang pertama, para penumpang juga merasa berat melaksanakan keputusan itu. Akhirnya Nabi Yunus mengambil keputusan sendiri, dan ia pun terjun ke dalam laut.

Setelah Yunus terjun ke dalam laut, Allah memerintahkan seekor ikan hiu yang besar menelannya. Kepada ikan itu diwahyukan agar jangan memakan daging dan tulang Yunus, tetapi cukup menjadikan perutnya sebagai penjara bagi Yunus, karena Yunus bukan makanannya.

Nabi Yunus merasa menderita dan sengsara dalam perut ikan yang gelap itu. Ia bertobat, berdoa, dan menyerahkan dirinya kepada Allah, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menyelamatkannya, sebagaimana diterangkan pada firman Allah yang lain:

Dan (ingatlah kisah) dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (al-Anbiya’/21: 87-88)

Tafsir Quraish Shihab: Bersabarlah atas penangguhan yang diberikan kepada mereka dan penundaan bantuan kemenangan kepadamu. Jangan seperti Yûnus–yang dimakan ikan hiu–yang tidak sabar dan marah kepada kaumnya ketika ia menyeru kepada Tuhan-Nya dalam keadaan marah seraya meminta agar azab mereka disegerakan.

Surah Al-Qalam Ayat 49
لَّوۡلَآ أَن تَدَٰرَكَهُۥ نِعۡمَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ لَنُبِذَ بِٱلۡعَرَآءِ وَهُوَ مَذۡمُومٌ

Terjemahan: Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.

Tafsir Jalalain: لَّوۡلَآ أَن تَدَٰرَكَهُۥ (Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat) tidak segera disusul oleh نِعۡمَةٌ (nikmat) yakni rahmat مِّن رَّبِّهِۦ لَنُبِذَ (dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan) dari perut ikan besar itu بِٱلۡعَرَآءِ (ke tanah yang tandus) tanah yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya وَهُوَ مَذۡمُومٌ (dalam keadaan tercela) akan tetapi Allah mengasihaninya sehingga ia dicampakkan tidak dalam keadaan tercela.

Tafsir Ibnu Katsir: لَّوۡلَآ أَن تَدَٰرَكَهُۥ نِعۡمَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ لَنُبِذَ بِٱلۡعَرَآءِ وَهُوَ مَذۡمُومٌ (Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.)

Tafsir Kemenag: Setelah beberapa hari berada dalam perut ikan, Nabi Yunus dilimpahi rahmat oleh Allah dengan mewahyukan kepada ikan itu agar melontarkan Yunus ke daratan. Maka ikan itu pun melontarkan Yunus ke daratan. Ia jatuh di daratan yang tandus, sepi tidak ada air, tumbuh-tumbuhan, dan kayu-kayuan di sekitarnya. Badannya pun dalam keadaan sangat lemah dan sakit, karena penderitaan yang dialaminya selama berada dalam perut ikan, dan karena kesedihannya akibat sikap kaumnya yang menantang dakwahnya.

Untuk melindunginya dari terik panas matahari dan kedinginan malam, Allah menumbuhkan di sampingnya semacam pohon labu (yaqthin). Dengan demikian, Nabi Yunus terlindungi dan juga dapat memakan buahnya sebagai penguat tubuhnya yang lemah, sebagaimana firman Allah:

Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu. (as-saffat/37: 145-146)

Seandainya Allah tidak melimpahkan rahmat-Nya kepada Yunus, tentu ia akan tenggelam di lautan, atau hancur lumat di dalam perut ikan, atau mati kelaparan dan kekeringan di tengah-tengah padang yang tandus. Akan tetapi, Allah Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat dengan sebenar-benarnya, seperti yang dilakukan Nabi Yunus. Oleh karena itu, Allah melimpahkan rahmat kepadanya.

Tafsir Quraish Shihab: Kalau tidak segera mendapat nikmat Tuhan berupa penerimaan tobatnya, niscaya ia sudah dilemparkan dari perut hiu ke suatu padang luas dalam keadaan tersiksa karena kesalahannya.

Surah Al-Qalam Ayat 50
فَٱجۡتَبَٰهُ رَبُّهُۥ فَجَعَلَهُۥ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Terjemahan: Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.

Tafsir Jalalain: فَٱجۡتَبَٰهُ رَبُّهُۥ (Lalu Rabbnya memilihnya) memberinya kenabian فَجَعَلَهُۥ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ (dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh) yakni sebagian dari para nabi.

Tafsir Ibnu Katsir: فَٱجۡتَبَٰهُ رَبُّهُۥ فَجَعَلَهُۥ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ (“Lalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang shalih.”) Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Abdullah, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak sepatutnya seseorang mengatakan: ‘Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.’” Hadits tersebut terdapat dalam ash-shahihain, berasal dari hadits Abu Hurairah.

Tafsir Kemenag: Setelah kesehatan Yunus pulih kembali, demikian pula kekuatan badannya, maka Allah mengutusnya kembali kepada kaumnya yang pada waktu itu berjumlah seratus ribu orang lebih, sebagaimana firman Allah:

Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu. (as saffat/37: 147-148)

Kedatangan Yunus disambut kaumnya dengan gembira dan menyatakan keimanan kepadanya, sehingga mereka termasuk orang-orang yang saleh.

Dengan ayat-ayat di atas, Allah memperingatkan Nabi Muhammad agar jangan sekali-kali bersikap dan bertindak seperti yang dilakukan Nabi Yunus yang mudah marah dan mudah berputus asa, sehingga ia meninggalkan kaumnya dan tugas suci yang telah dibebankan kepadanya, yaitu tugas kerasulan. Nabi Muhammad diperintahkan untuk selalu tabah dan sabar dalam keadaan bagaimana pun karena Allah menyukai orang-orang yang sabar.

Baca Juga:  Surah Al-Qalam Ayat 8-16; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Tuhan memilihnya dengan menerima tobatnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.

Surah Al-Qalam Ayat 51
وَإِن يَكَادُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزۡلِقُونَكَ بِأَبۡصَٰرِهِمۡ لَمَّا سَمِعُواْ ٱلذِّكۡرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجۡنُونٌ

Terjemahan: Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”.

Tafsir Jalalain: وَإِن يَكَادُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزۡلِقُونَكَ (Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu) dapat dibaca layuzliquunaka dan layazliquunaka بِأَبۡصَٰرِهِمۡ (dengan pandangan mereka) mereka memandangmu dengan pandangan yang sangat tajam, sehingga pandangannya hampir-hampir membuatmu pingsan dan menjatuhkanmu dari tempat atau kedudukanmu لَمَّا سَمِعُواْ ٱلذِّكۡرَ (tatkala mereka mendengar peringatan) yakni Alquran وَيَقُولُونَ (dan mereka berkata) karena dengki, إِنَّهُۥ لَمَجۡنُونٌ (“Sesungguhnya ia benar-benar orang gila.”) Mereka dengki karena Alquran yang diturunkan kepadanya itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِن يَكَادُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزۡلِقُونَكَ بِأَبۡصَٰرِهِمۡ (“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mereka.”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan lain-lain mengatakan: لَيُزۡلِقُونَكَ berarti mereka hendak menggelincirkan.” بِأَبۡصَٰرِهِمۡ (“dengan mata mereka.”) artinya mereka dengki kepadamu karena kebencian mereka terhadapmu.

Seandainya bukan karena perlindungan dan pemeliharaan Allah pada dirimu dari mereka [niscaya kamu tidak selamat]. Di dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa sasaran dan pengaruh “mata” benar-benar nyata adanya atas perintah Allah swt.

Sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadits yang diriwayatkan dari jalan yang banyak lagi beragam. Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahihnya, dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi saw. beliau bersabda: “[Pengaruh] mata [jahat] itu adalah benar adanya. Seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, niscaya ‘ain akan mendahuluinya. Apabila kamu diminta untuk mandi, maka mandilah.”

Diriwayatkan sendiri oleh Muslim tanpa Imam al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata: “Rasulullah saw. pernah melindungi Hasan dan Husain dengan ucapan: “Aku melindungkan kalian dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaitan, binatang berbisa dan dari setiap mata yang jahat.” Beliau juga bersabda: “Demikianlah Ibrahim dulu melindungi Ishaq dan Isma’il.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan juga para penulis kitab as-sunan.

Hadits Abu Umamah As’ad Ibnu Shahl bin Hunaif Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Umamah As’ad bin Sahl bin Hunaif, dia berkata bahwa Amir bin Rabi’ah pernah melewati Shahl Ibnu Hunaif, ketika itu dia sedang mandi, maka dia berkata:

“Aku tidak pernah melihat seperti hari ini dan tidak juga kulit yang tersembunyi.” Belum sempat melangkahkan kakinya, dia sudah dibawa menghadap Rasulullah saw. Selanjutnya dikatakan kepada beliau: “Dia melihat Sahl menderita epilepsi.” Beliau bertanya:

“Siapakah yang kalian tuduh melakukan itu?” Mereka menjawab: “Amir bin Rabi’ah.” Beliau bertanya: “Atas dasar apa salah seorang di antara kalian membunuh saudaranya? Jika salah seorang di antara kalian melihat dari saudaranya sesuatu yang menakjubkan dirinya maka hendaklah dia berdoa memohonkan berkah untuknya.”

Kemudian beliau meminta dibawakan air. Selanjutnya beliau memerintahkan ‘Amir untuk berwudlu dan membasuh wajah, kedua tangan sampai siku, lutut, serta bagian dalam kainnya. Dan beliau juga menyuruhnya untuk menyiramkan air pada dirinya.” Sufyan bercerita, Ma’mar menceritakan dari az-Zuhri:

“Dan beliau menyuruhnya untuk membalikkan bejana dari belakangnya.” Dan diriwayatkan juga oleh an-Nasa-i dari hadits Sufyan bin ‘Uyainah dan Malik bin Anas, yang keduanya dari az-Zuhri, serta dari hadits Sufyan bin ‘Uyainah. Juga dari Ma’mar dari az-Zuhri dari Abu Umamah:

“Dan membalikkan bejana dari belakangnya.” Serta dari hadits Abi Dz-ib, dari az-Zuhri, dari Abu Umamah As’ad bin Sahl bin Hunaif, dari ayahnya. Dan juga hadits Malik dari Muhammad bin Abi Umamah bin Sahl dari ayahnya.

Hadits Abu Sa’id al-Khudri: Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, dia berkata: “Rasulullah saw. biasa berlindung dari mata-mata jin dan mata-mata manusia. Setelah turun surah al-Mu’awwidzatain [surah al-Falaq dan an-Naas), beliau berpegang pada keduanya dan meninggalkan yang lainnya.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasa-i dari hadits Sa’id bin Abi Iyas Abu Mas’ud al-Jariri. Dan at-Tirmidzi mengatakan: “Hasan.”

Hadits lain: Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id bahwasannya Jibril pernah mendatangi Nabi saw. lalu ia berkata: “Apakah engkau merasa sakit, wahai Muhammad?” Beliau menjawab: “Ya.” Jibril berkata:

“BismillaaHi arqiika, min kulli syai-in yu’dziika min syarri kulli nafsin wa ‘ainin tasyniika wallaaHu yasyfiika bismillaaHi arqiika.” (Dengan menyebut Nama Allah aku akan meruqyahmu, dari segala yang mengganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan mata yang mengincarmu. Mudah-mudahan Allah akan menyembuhkanmu. Dengan menyebut Nama Allah aku merugyahmu). Diriwayatkan oleh Muslim dan para penulis kitab as-Sunan, kecuali Abu Dawud.

Hadits Abu Hurairah: Imam Ahmad meriwayatkan, ‘Abdurrazzaq memberitahu kami, Ma’mar memberitahu kami dari Hamman bin Munabih, dia berkata: “Berikut inilah yang diberitahukan Abu Hurairah kepada kami dari Rasulullah saw., dimana beliau bersabda: ‘Sesungguhnya ‘ain itu haq.’” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 137-140; Seri Tadabbur Al Qur'an

Hadits ‘Aisyah: Ibnu Majah meriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwa Rasulullah saw. pernah menyuruhnya untuk meruqyah diri dari ‘ain. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan juga Muslim.

Dan firman Allah: وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجۡنُونٌ (“Dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya ia [Muhammad] benar-benar orang yang gila.”) yakni dia berusaha melancarkan serangan melalui mata-mata mereka serta menyakiti beliau melalui lidah mereka seraya mengatakan bahwa beliau itu tidak waras, yaitu disebabkan kedatangannya dengan membawa al-Qur’an.

Tafsir Kemenag: Allah menyatakan kepada Nabi Muhammad saw bahwa karena orang-orang musyrik sangat marah dan benci kepada beliau, mereka memandang Nabi dari sudut matanya dengan pandangan yang penuh kemarahan dan kebencian. Hal ini terutama setiap kali mereka mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an.

Menurut sebagian ahli tafsir, yang dimaksudkan dengan “orang-orang yang hampir-hampir menggelincirkan Nabi dengan pandangan matanya” ialah Bani Asad, salah satu kabilah di negeri Arab waktu itu. Diriwayatkan bahwa orang-orang dari Bani Asad mempunyai semacam ilmu yang dapat mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ketajaman sorotan matanya.

Maka sebahagian mereka bermaksud mencobakan ilmunya itu kepada Nabi Muhammad, karena menurut mereka seandainya Muhammad itu benar-benar seorang rasul yang diutus Allah, tentu ia tidak akan terpengaruh oleh ilmu mereka itu. Kenyataannya bahwa ilmu itu memang tidak mempan terhadap Rasulullah saw.

Dari riwayat di atas ayat ini dipahami bahwa segala macam ilmu gaib apa pun tidak akan dapat mengenai atau mempengaruhi seseorang jika ia beriman kepada Allah, kecuali ilmu-ilmu yang sesuai dengan sunatullah, seperti menyakiti seseorang dengan cara mempengaruhi jiwanya sesuai dengan dalil dan ketetapan ilmu jiwa, menganiaya seseorang dengan aliran listrik, dan sebagainya. Ilmu-ilmu yang demikian itu dapat mempengaruhi seseorang.

Karena orang-orang musyrik itu tidak dapat mempengaruhi Rasulullah dengan ilmu-ilmu yang ada pada mereka, seperti sorotan ketajaman mata, dan karena tidak dapat menandingi ayat-ayat Al-Qur’an, maka mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ia (Muhammad) itu benar-benar orang yang gila.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang kafir itu benar-benar hampir mengenyahkanmu dari tempatmu dengan pandangan marah dan bermusuhan tatkala mereka mendengar al-Qur’ân seraya mengatakan, “Sesungguhnya kamu benar- benar gila.”

Surah Al-Qalam Ayat 52
وَمَا هُوَ إِلَّا ذِكۡرٌ لِّلۡعَٰلَمِينَ

Terjemahan: Dan Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.

Tafsir Jalalain: وَمَا هُوَ (Dan tidak lain dia) yakni Alquran itu إِلَّا ذِكۡرٌ (hanyalah peringatan) pelajaran لِّلۡعَٰلَمِينَ (bagi seluruh umat) yaitu jin dan manusia, dan tiada menimbulkan kegilaan disebabkannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَا هُوَ إِلَّا ذِكۡرٌ لِّلۡعَٰلَمِينَ (“Dan al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.”)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mengatakan dengan tegas bahwa Al-Qur’an itu berisi petunjuk dan pelajaran untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ia diperuntukkan bagi seluruh manusia di mana pun mereka berada, baik bagi penduduk negeri-negeri yang telah maju ataupun bagi penduduk negeri yang sedang berkembang atau terbelakang, baik untuk orang yang pintar maupun untuk orang yang bodoh, baik penduduk kota maupun penduduk desa, baik bagi orang yang kaya maupun bagi orang-orang yang miskin, dan sebagainya.

Oleh karena itu, setiap orang dapat belajar memahami dan mempelajari Al-Qur’an, asal ia mempunyai sikap akan menerima setiap kebenaran yang disampaikan kepadanya. Jika seseorang belum mempunyai sikap yang demikian, walaupun hati dan pikirannya telah menerima kebenaran Al-Qur’an, namun hawa nafsunya memerintahkan agar ia menentang Al-Qur’an itu dan mengatakannya sebagai buatan manusia atau tuduhan lainnya.

Berapa banyak orang yang terus-menerus melawan kebenaran dan keadilan karena memperturutkan hawa nafsunya, seperti hawa nafsu ingin pangkat, kedudukan, harta yang banyak, takut dipencilkan oleh golongannya, takut meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya, dan sebagainya. Betapa banyak orang yang bersedia membunuh teman, saudara kandung, bahkan ayah dan ibunya karena mengiuti hawa nafsunya.

Muhammad saw adalah seorang nabi dan rasul Allah yang telah terbukti kejujurannya, seorang yang dihormati dan dipercayai oleh kaumnya, adil sempurna akal pikirannya, tidak seorang pun yang mengingkarinya. Setelah beliau diangkat Allah sebagai nabi dan rasul, timbullah rasa benci itu, karena mengikuti Muhammad saw berarti meninggalkan pangkat, harta, kesenangan, dan kesewenang-wenangan.

Tafsir Quraish Shihab: Al-Qur’ân tidak lain hanyalah nasehat, pelajaran dan peringatan bagi seluruh alam.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qalam Ayat 48-52 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S