Surah Al-Qamar Ayat 47-55; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qamar Ayat 47-55

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qamar Ayat 47-55 ini, Allah menyatakan, bahwa sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya adalah orang-orang sesat dan menyimpang dari jalan yang benar di dunia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di akhirat nanti mereka akan ditimpa azab yang pedih akibat kesesatannya. Sesungguhnya perintah Allah hanya disampaikan satu kali dan perintah itu pasti terjadi dengan cepat, lebih cepat dari kedipan mata.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qamar Ayat 47-55

Surah Al-Qamar Ayat 47
إِنَّ ٱلۡمُجۡرِمِينَ فِى ضَلَٰلٍ وَسُعُرٍ

Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلۡمُجۡرِمِينَ فِى ضَلَٰلٍ (Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan) dalam kebinasaan, mereka akan terbunuh di dunia وَسُعُرٍ (dan dalam neraka) neraka yang besar nyalanya. Maksudnya, kelak di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang apinya menyala-nyala.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberitahukan tentang orang-orang yang berbuat dosa, bahwa mereka senantiasa sesat, menyimpang dari kebenaran menuju kegilaan disebabkan oleh keraguan dan kekacauan cara berfikir mereka. Yang demikian itu mencakup setiap orang yang memiliki sifat seperti itu, baik kafir maupun pelaku bid’ah dari berbagai macam golongan.

Tafsir Kemenag: Allah menyatakan, bahwa sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya adalah orang-orang sesat dan menyimpang dari jalan yang benar di dunia. Di akhirat nanti mereka akan ditimpa azab yang pedih akibat kesesatannya.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya para pelaku kejahatan itu akan berada dalam kehancuran dan di neraka yang menyala- nyala.

Surah Al-Qamar Ayat 48
يَوۡمَ يُسۡحَبُونَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمۡ ذُوقُواْ مَسَّ سَقَرَ

Terjemahan: (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!”

Tafsir Jalalain: يَوۡمَ يُسۡحَبُونَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمۡ (Pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka) di akhirat kelak, lalu dikatakan kepada mereka ذُوقُواْ مَسَّ سَقَرَ (“Rasakanlah sentuhan api neraka”) rasakanlah panasnya api neraka Jahanam ini oleh kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Selanjutnya Allah berfirman: يَوۡمَ يُسۡحَبُونَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمۡ (“Pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka.”) maksudnya sebagaimana mereka berada dalam kegilaan dan keraguan serta kebimbangan, maka api neraka pun akan menjadi harta pusaka bagi mereka.

Dan sebagaimana mereka dulu berada dalam kesesatan, maka di dalam neraka itu mereka akan diseret di atas wajah mereka, sehingga mereka tidak tahu kemana mereka akan dibawa. Dan dikatakan kepada mereka sebagai bentuk penghinaan dan celaan, ذُوقُواْ مَسَّ سَقَرَ (“Rasakanlah sentuhan api neraka”).

Tafsir Kemenag: Orang-orang yang durhaka akan digiring ke dalam neraka dengan terseret-seret dan terbentur-bentur mukanya ke tanah karena itu mereka sangat menderita. Penderitaan mereka di dalam neraka lebih hebat lagi. Neraka akan melelehkan kulit dan daging mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari ketika mereka diseret ke neraka di atas muka mereka. Dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah sakit dan panasnya neraka jahanam ini!”

Surah Al-Qamar Ayat 49
إِنَّا كُلَّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٍ

Terjemahan: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Tafsir Jalalain: إِنَّا كُلَّ شَىۡءٍ (Sesungguhnya segala sesuatu itu Kami) dinashabkan oleh Fi’il yang terdapat pada firman selanjutnya yang berfungsi menafsirkannya خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٍ (ciptakan menurut ukuran) masing-masing. Menurut suatu qiraat lafal Kulla dibaca KuIlu dan dianggap sebagai Mubtada, sedangkan Khabarnya adalah lafal Khalaqnaahu.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: إِنَّا كُلَّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٍ (“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”) sebagaiman firman-Nya: وَخَلَقَ كُلَّ شَىۡءٍ فَقَدَّرَهُۥ تَقۡدِيرًا (“Dan Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”) (al-Furqaan: 2). Maksudnya, Dia menetapkan suatu ukuran dan member petunjuk kepada semua makhluk kepada ketetapan tersebut.

Oleh karena itu, para ulama Sunnah menjadikan ayat yang mulia ini sebagai dalil untuk menetapkan takdir Allah Ta’ala bagi semua makhluk sebelum makhluk itu diciptakan. Dan itu merupakan ilmu Allah terhadap segala sesuatu sebelum adanya dan pencatatan ketentuan masing-masing makhluk sebelum semuanya tercipta.

Para ulama memaham paham Qadariyyah yang muncul di penghujung masa Shahabat dengan ayat ini dan nash lain yang senada, baik berupa ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah saw. Dan kami telah membahas masalahini secara terinci dan juga hadits-hadits yang berkenaan dengan hal itu dalam kitab al-iiman dalam shahih al-Bukhari. Dan berikut ini beberapa hadits yang berkaitan dengan ayat ini:

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia bercerita: “Telah datang orang-orang musyrik Quraisy kepada Nabi saw. Untuk mendebatkan tentang takdir, lalu turunlah ayat: يَوۡمَ يُسۡحَبُونَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمۡ ذُوقُواْ مَسَّ سَقَرَ
إِنَّا كُلَّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٍ
(“Pada hari mereka diseret ke neraka atas mereka. [Dikatakan kepada mereka]:

‘Rasakan sentuhan api neraka.’ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.’”) demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari hadits Waki’, dari Sufyan ats-Tsauri.

Imam Ahmad meriwayatkan, Qatadah memberitahu kami dari Ibnu ‘Umar, ia bercerita: “Aku pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda: ‘Akan ada umat ini maskh [wajah yang dirubah menjadi wajah binatang]. Ketahuilah, yang demikian itu terjadi pada orang-orang yang mendustakan takdir dan orang-orang zindiq.’” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, at-Tirmidzi berkata: “Hasan shahih gharib”)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Thawus al-Yamani, ia berkata: “Aku mendengar Ibnu ‘Umar berkata bahwa Rasulullah bersabda: ‘Segala sesuatu itu telah melalui ketetapan [takdir] sampai pada kelemahan dan kepandaian[pun]’” (HR Muslim).

Dalam hadits shahih disebutkan: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau merasa lemah. Jika engkau tertimpa sesuatu, maka katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan, apa yang Dia kehendaki akan Dia kerjakan.’ Dan janganlah engkau berkata: ‘Andai saja aku berbuat seperti ini, niscaya akan seperti ini.’ Karena kata “lau” [andai, kalau, seandainya] akan membuka perbuatan syaitan.

Baca Juga:  Surah Al-Qamar Ayat 33-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dalam hadits Ibnu ‘Abbas disebutkan, bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda kepadanya: “Ketahuilah, jika suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu yang tidak ditakdirkan Allah padamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat kepadamu.

Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu dengan sesuatu yang tidak ditakdirkan Allah bagimu, niscaya mereka tidak akan dapat mencelakaimu. Pena telah mongering, dan lembaran-lembaran pun telah dilipat.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ayyub bin Ziyad, ‘Ubadah bin al-Walid bin ‘Ubadah memberitahuku, ayahku memberitahuku, ia bercerita: “Aku pernah menjenguk ‘Ubadah yang ketika itu sedang sakit, aku kira sebentar lagi akan wafat, lalu kukatakan: ‘Wahai ayahku, berwasiatlah kepadaku dan berijtihadlah untukku.’ Maka iapun berkata:

‘Tolong dudukkan aku.’ Setelah mereka mendudukkannya, iapun berkata: ‘Wahai puteraku, sesungguhnya engkau belum merasakan iman dan belum mencapai hakekat pengetahuan tentang Allah sehingga engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.’ Kukatakan:

“Wahai ayahku, bagaimana aku dapat mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?’ beliau menjawab: ‘Ketahuilah bahwa sesuatu yang terhindar darimu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu tidak akan menghindar darimu. Wahai anakku sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‘Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam (pena). Kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘Tulislah!’ Maka pada saat itu juga berlangsunglah apa yang akan terjadi sampai hari kiamat kelak.’

‘Wahai putraku, jika engkau meninggal dunia tidak dalam keadaan seperti itu, maka engkau akan masuk neraka.’”

Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari al-Walid bin ‘Ubadah, dari ayahnya, dan ia mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih ghaib.

Dalam kitab Shahiih Muslim telah ditegaskan dari riwayat ‘Abdullah bin Wahb dan juga selainnya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia bercerita bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir-takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan.” Ibnu Wahb menambahkan: وَكَانَ عَرۡشُهُۥ عَلَى ٱلۡمَآءِ (“dan adalah arsy-Nya berada di atas air.”) demikianlah yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia mengatakan: “Hadits tersebut hasan shahih gharib.”

Tafsir Kemenag: Seluruh makhluk diciptakan-Nya sesuai ketentuan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Karena itu bila seseorang dihukum karena ketetapan dan hukum-hukumnya itu. Dan segala sesuatu akan terjadi sesuai ketetapan-Nya. Dalam ayat lain Allah juga berfirman mengenai ketetapan atau takdir yaitu:

Dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuranukurannya dengan tepat. (al-Furqan/25: 2) Tetapi manusia wajib berusaha, ketentuan-Nya diserahkan kepada Allah sesuai firman Allah:

Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (an-Najm/53: 39-40)

Dalam hadis sahih yang diriwayatkan Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah: Rasulullah saw bersabda, “Minta tolonglah kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Bila sesuatu menimpamu, maka katakanlah, Allah telah menetapkannya. Apa yang Dia kehendaki, Dia kerjakan, dan jangan kamu berkata: seandainya aku berbuat begini maka akan begitu. Sesungguhnya kata “seandainya” membuka (kemungkinan pada) perbuatan setan. Sesuai dengan hadis Rasulullah saw: Rasullah saw bersabda: segala sesuatu ditetapkan ukurannya bahkan kelemahan dan kecerdasan. (Riwayat Imam Ahmad dan Muslim dari Ibnu ‘Umar) Allah swt berfirman:

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (ar-Ra’d/13: 11).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran yang sesuai dengan hikmah.

Surah Al-Qamar Ayat 50
وَمَآ أَمۡرُنَآ إِلَّا وَٰحِدَةٌ كَلَمۡحٍۭ بِٱلۡبَصَرِ

Terjemahan: Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.

Tafsir Jalalain: وَمَآ أَمۡرُنَآ (Dan tiada lain perintah Kami) terhadap sesuatu yang Kami kehendaki ada إِلَّا (hanyalah) sekali وَٰحِدَةٌ كَلَمۡحٍۭ بِٱلۡبَصَرِ (satu firman seperti kejapan mata) dalam hal kecepatannya, yaitu melalui firman-Nya ‘Kun’ yakni adalah kamu, maka sesuatu yang dikehendaki itu langsung ada dengan seketika; pengertian ini diungkapkan pula oleh firman lainnya, yaitu, “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah’, maka terjadilah ia.” (Q.S. Yaasin, 82).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Tabaaraka wa Ta’ala: وَمَآ أَمۡرُنَآ إِلَّا وَٰحِدَةٌ كَلَمۡحٍۭ بِٱلۡبَصَرِ (“Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.”) Yang demikian itu merupakan pemberitahuan tentang pemberlakuan kehendak-Nya pada makhluk-Nya, sebagaimana Dia telah memberitahukan tentang kekuasaan-Nya pada mereka,

وَمَآ أَمۡرُنَآ إِلَّا وَٰحِدَةٌ (“Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan.”) Maksudnya, Kami hanya cukup mengeluarkan sekali perintah saja dan tidak perlu penguatan dengan perintah kedua kalinya, karena perintah itu akan berlaku pada saat itu juga laksana kejapan mata, tidak tertangguhkan meski hanya sekejap mata. Sungguh indah ungkapan sebagian penyair: “Jika Allah menghendaki sesuatu hal, maka dia hanya cukup mengatakan: ‘Jadilah’ maka jadilah ia.”

Tafsir Kemenag: Sesungguhnya perintah Allah hanya disampaikan satu kali dan perintah itu pasti terjadi dengan cepat, lebih cepat dari kedipan mata. Bila Allah swt menghendaki terjadinya sesuatu maka Ia hanya mengatakan “Jadilah” yang dikehendaki-Nya itu segera terwujud. Begitu pulalah mengenai hukuman terhadap orang kafir, hukuman pasti terlaksana di akhirat.

Baca Juga:  Surah Al-Qomar Ayat 9-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Jika Kami menghendaki sesuatu, maka Kami hanya akan mengatakan, “Jadilah,” maka sesuatu itu pun terjadi dengan sekejap mata.

Surah Al-Qamar Ayat 51
وَلَقَدۡ أَهۡلَكۡنَآ أَشۡيَاعَكُمۡ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ

Terjemahan: Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ أَهۡلَكۡنَآ أَشۡيَاعَكُمۡ (Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kalian) dalam kekafirannya dari umat-umat terdahulu. فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ (Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna perintah yakni, ingatlah kalian dan ambillah hal ini sebagai pelajaran buat kalian!.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: وَلَقَدۡ أَهۡلَكۡنَآ أَشۡيَاعَكُمۡ (“Dan sesungguhnya telah kami binasakan orang yang serupa denganmu.” Yakni mereka yang serupa dengan kalian dan dengan umat-umat terdahulu sebelum kalian yang mendustakan para Rasul.

فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ (“Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”) maksudnya, adakah orang yang mau mengambil pelajaran dari penghinaan yang telah Allah timpakan kepada mereka dan adzab yang telah ditentukan untuk mereka?

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah membinasakan orangorang yang sama dengan mereka, yaitu umat-umat yang mendustakan para nabi pada zaman lampau, mereka telah hancur karena pembangkangannya. Peristiwa-peristiwa itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum kafir Mekah dan bagi siapa saja sesudah mereka beriman.

Allah berfirman dalam ayat lain mengenai hukuman yang dijatuhkan kepada satu generasi, sama dengan hukuman yang dijatuhkan pada generasi sebelumnya. Dan diberi penghalang antara mereka dengan apa yang mereka inginkan sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang sepaham dengan mereka yang terdahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam. (Saba’/34: 54).

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah memusnahkan orang-orang yang kafir seperti kalian. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

Surah Al-Qamar Ayat 52
وَكُلُّ شَىۡءٍ فَعَلُوهُ فِى ٱلزُّبُرِ

Terjemahan: Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan

Tafsir Jalalain: وَكُلُّ شَىۡءٍ فَعَلُوهُ (Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat) apa yang telah dikerjakan oleh semua hamba-hamba Allah telah tercatat فِى ٱلزُّبُرِ (di dalam buku-buku) catatan amal perbuatan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَكُلُّ شَىۡءٍ فَعَلُوهُ فِى ٱلزُّبُرِ (“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan.”) Maksudnya, tertulis di dalam kitab-kitab yang berada di tangan para Malaikat.

Tafsir Kemenag: Semua perbuatan manusia terhimpun dalam buku catatan masing-masing. Hal itu karena setiap perbuatan manusia kecil ataupun besar, baik atau buruk dicatat oleh malaikat di dalam buku catatan itu, Malaikat Kiram atau sebut saja Raqib, mencatat perbuatan yang baik dan Malaikat Katibin atau ‘Atid mencatat perbuatan yang tidak baik. Dalam ayat lain Allah berfirman:

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 18)

Oleh karena semua aktivitas manusia, baik perbuatan maupun ucapan, baik yang baik maupun yang buruk, baik besar maupun kecil tercatat di dalam buku catatan masing-masing, maka sangat mudah bagi Allah menjatuhkan hukuman kepada yang berdosa dan memberikan pahala kepada yang berbuat baik.

Tafsir Quraish Shihab: Segala sesuatu yang mereka kerjakan di dunia telah tercatat dalam buku-buku catatan.

Surah Al-Qamar Ayat 53
وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُّسۡتَطَرٌ

Terjemahan: Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.

Tafsir Jalalain: وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ (Dan segala urusan yang kecil maupun besar) berupa dosa atau amal perbuatan مُّسۡتَطَرٌ (adalah tertulis) tercatat di Lohmahfuz.

Tafsir Ibnu Katsir: وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ (“Dan segala urusan yang kecil maupun yang besar.”) dari amal perbuatan mereka, مُّسۡتَطَرٌ (“Adalah tertulis”) yakni, tertulis dan tercatat di dalam lembaran-lembaran mereka. Tidak ada satupun yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar melainkan telah dihitung.

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Wahai ‘Aisyah, jauhilah olehmu dosa-dosa kecil, karena iapun akan mendapat tuntutan dari Allah.” (HR Nasa-i dan Ibnu Majah).

Dan diriwayatkan pula oleh al-Hafizh Ibnu ‘Asakir dalam terjemahan Sa’id bin Muslim dari sisi yang lain. Kemudian Sa’id berkata: “Dan aku telah memberitahukan hadits ini kepada ‘Amir bin Hisyam, maka ia berkata kepadaku:

‘Celakalah engkau hai Sa’id bin Muslim, karena sesungguhnya Sulaiman bin al-Mughirah telah memberitahukan bahwa ia pernah mengerjakan sesuatu perbuatan doa, lalu ia meremehkannya. Kemudian dia didatangi seseorang dalam tidurnya dan berkata kepadanya:

‘Wahai Sulaiman, janganlah engkau meremehkan dosa-dosa kecil, karena yang kecil itu akan menjadi besar. Sesungguhnya yang kecil itu meskipun telah lebih dulu perjanjiannya, maka di sisi Allah ia tertulis secara rinci. Karenanya, jauhkanlah hawa nafsumu dari kebathilan, janganlah kamu susah dikendalikan, dan berusahalah sekuat tenaga. Sesungguhnya orang yang cinta jika mencintai Rabbnya, maka hati dan pemikirannya terasa terbang. Karenanya mohonlah petunjukmu kepada Rabb dengan niat, dan cukuplah Rabbmu menjadi pemberi petunjuk dan pemberi pertolongan.”

Tafsir Kemenag: Semua perbuatan manusia terhimpun dalam buku catatan masing-masing. Hal itu karena setiap perbuatan manusia kecil ataupun besar, baik atau buruk dicatat oleh malaikat di dalam buku catatan itu, Malaikat Kiram atau sebut saja Raqib, mencatat perbuatan yang baik dan Malaikat Katibin atau ‘Atid mencatat perbuatan yang tidak baik. Dalam ayat lain Allah berfirman:

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 18)

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 123-124; Seri Tadabbur Al Qur'an

Oleh karena semua aktivitas manusia, baik perbuatan maupun ucapan, baik yang baik maupun yang buruk, baik besar maupun kecil tercatat di dalam buku catatan masing-masing, maka sangat mudah bagi Allah menjatuhkan hukuman kepada yang berdosa dan memberikan pahala kepada yang berbuat baik.

Tafsir Quraish Shihab: Segala perbuatan, baik yang kecil maupun yang besar, semuanya tercatat. Tak ada yang terlewatkan sedikit pun.

Surah Al-Qamar Ayat 54
إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَنَهَرٍ

Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ (Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam surga-surga) taman-taman وَنَهَرٍ (dan sungai-sungai makna yang dimaksud adalah jenisnya. Menurut suatu qiraat lafal Nahar dibaca Nuhur dalam bentuk jamak, yang wazannya sama dengan lafal Asadun bila dijamakkan menjadi Usudun. Makna yang dimaksud ialah, bahwa mereka meminum dari sungai-sungai surga itu air, susu, madu dan khamar.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَنَهَرٍ (“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai.”) maksudnya, berbeda dengan apa yang dialami oleh orang-orang yang sengsara, dimana mereka tenggelam dalam kesesatan dan kegilaan serta merangkak pada wajah-wajah mereka di atas api neraka dengan penghinaan, celaan, dan ancaman.

Tafsir Kemenag: Bagi mereka yang bertakwa, Allah memberikan surgasurga sesuai tingkat ketakwaan mereka. Sebagaimana diketahui surga itu bertingkat-tingkat. Di dalam surga-surga mengalir sungaisungai yang menunjukkan bahwa surga adalah tempat yang menyejukkan, indah dan memberikan hasil yang banyak.

Mereka menempati tempat yang benar yang tidak ada cacat atau kekurangannya dan mereka berada di bawah naungan Maharaja yang Mahakuasa, yang akan memberi mereka apa yang Ia kehendaki tanpa halangan siapa pun.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang bertakwa benar-benar berada dalam surga-surga yang tinggi dan dengan sungainya yang beraneka ragam.

Surah Al-Qamar Ayat 55
فِى مَقۡعَدِ صِدۡقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقۡتَدِرٍۭ

Terjemahan: di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.

Tafsir Jalalain: فِى مَقۡعَدِ صِدۡقٍ (Di tempat yang benar) di majelis yang benar, karena tidak ada perkataan yang tidak berguna dan tidak pula ada perkataan yang berdosa di dalamnya; pengertian Maq’ad di sini adalah ditinjau dari segi jenisnya.

Menurut qiraat yang lain lafal Maq’ad dibaca dalam bentuk jamak yaitu Maqaa’id. Makna yang dimaksud ialah bahwa ahli surga itu berada di dalam majelis-majelis surga dalam keadaan bebas dari perkataan yang tidak ada gunanya dan bebas pula dari hal-hal yang berdosa, keadaan mereka berbeda dengan keadaan majelis-majelis di dunia. Karena sesungguhnya majelis-majelis di dunia itu jarang sekali bebas dari hal-hal tersebut.

Lafal ayat ini berkedudukan sebagai Khabar yang kedua, dan lafal Shidqin menjadi Badal dari lafal Shaadiqin, yakni Badal Ba’dh atau lainnya عِندَ مَلِيكٍ (di sisi Yang Maha Raja) merupakan perumpamaan yang mengandung makna Mubalaghah, yakni Maha Raja Yang Maha Perkasa lagi Maha Luas مُّقۡتَدِرٍۭ (lagi Maha Berkuasa) tiada sesuatu pun yang melemahkan-Nya, Dia adalah Allah swt. Lafal ‘Inda menunjukkan isyarat yang mengandung makna derajat dan kedudukan mereka yang dekat di sisi-Nya, sebagai anugerah dari Allah swt. kepada para penghuni surga.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فِى مَقۡعَدِ صِدۡقٍ (“Di tempat yang disenangi”). Maksudnya, di negeri kemuliaan, keridlaan, karunia, kemurahan, dan kebaikan Allah Ta’ala. عِندَ مَلِيكٍ مُّقۡتَدِرٍۭ (“Di sisi Rabb yang berkuasa”). Maksudnya, di sisi Rabb, Raja yang Mahaagung, Pencipta dan Penentu segala sesuatu. Dan Dia penentu apa yang Dia kehendaki sesuai dengan tuntutan dan keinginan mereka.

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr, yang disampaikan pada Nabi saw. dimana beliau telah bersabda: “Orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah pada hari kiamat kelak berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari nur (cahaya) di sebelah kanan ‘Arsy, mereka itu adalah orang-orang yang berbuat adil dalam hukum, keluarga, dan segala yang berada di bawah kekuasaan mereka.” Hadits ini diriwayatkan sendiri oleh Muslim dan an-Nasa-i, dari hadits Sufyan bin ‘Uyainah dengan sanadnya.

Demikianlah akhir dari penafsiran surat al-Qamar. Segala puji bagi Allah dan sanjungan bagi Allah semata, dan dari-Nya taufiq dan perlindungan berasal.

Tafsir Kemenag: Bagi mereka yang bertakwa, Allah memberikan surgasurga sesuai tingkat ketakwaan mereka. Sebagaimana diketahui surga itu bertingkat-tingkat. Di dalam surga-surga mengalir sungaisungai yang menunjukkan bahwa surga adalah tempat yang menyejukkan, indah dan memberikan hasil yang banyak. Mereka menempati tempat yang benar yang tidak ada cacat atau kekurangannya dan mereka berada di bawah naungan Maharaja yang Mahakuasa, yang akan memberi mereka apa yang Ia kehendaki tanpa halangan siapa pun.

Tafsir Quraish Shihab: Kami, Di tempat yang benar, tak ada main-main dan dosa, di sisi Tuhan Yang Mahakuasa.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qamar Ayat 47-55 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S