Surah An-Naziat Ayat 27-33; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naziat Ayat 27-33

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naziat Ayat 27-33 ini, menyeru manusia untuk menggunakan akalnya untuk membandingkan penciptaan dirinya yang kecil dan lemah dengan penciptaan alam semesta yang demikian luas dan kokoh. Hal itu menunjukkan kekuasaan Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dijelaskan bahwa Allah meninggikan langit, meluaskan, dan melengkapinya dengan benda-benda angkasa, seperti planet dan lainnya. Allah lalu menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur benda-benda angkasa itu, sehingga tetap di tempatnya dan tidak berjatuhan, seakan-akan menjadi perhiasan seluruh jagatnya.

Allah menciptakan bumi lebih dahulu, kemudian menciptakan langit, kemudian kembali lagi ke bumi dan menghamparkannya untuk kediaman manusia. Setelah menyiapkan tempat-tempat tinggal, maka Allah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan manusia yaitu tentang makanan dan minuman, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikutnya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naziat Ayat 27-33

Surah An-Naziat Ayat 27
ءَأَنتُمۡ أَشَدُّ خَلۡقًا أَمِ ٱلسَّمَآءُ بَنَىٰهَا

Terjemahan: Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,

Tafsir Jalalain: ءَأَنتُمۡ (Apakah kalian) hai orang-orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit; lafal ayat ini dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil أَشَدُّ خَلۡقًا أَمِ ٱلسَّمَآءُ (yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit?) yang lebih rumit penciptaannya. بَنَىٰهَا (Allah telah membinanya) lafal ayat ini menjelaskan tentang cara penciptaan langit.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengemukakan hujjah kepada orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan, yaitu menyangkut pengembalian makhluk setelah ketiadaannya. ءَأَنتُمۡ (“Apakah kamu.”) wahai sekalian umat manusia; أَشَدُّ خَلۡقًا أَمِ ٱلسَّمَآءُ (“Yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit?”) artinya penciptaan langit itu lebih sulit daripada penciptaan kalian. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala:

لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ (“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia.”)(al-Mu’minn: 57)

Firman-Nya: بَنَىٰهَا (“Allah telah membangunnya.”) penggalan ayat ini ditafsirkan oleh firman-Nya yang selanjutnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menghimbau manusia untuk menggunakan akalnya untuk membandingkan penciptaan dirinya yang kecil dan lemah dengan penciptaan alam semesta yang demikian luas dan kokoh. Hal itu menunjukkan kekuasaan Allah.

Ibnu Khaldun menggambarkan keadaan manusia yang terlalu mengagungkan kemampuan logika tanpa mengasah kalbunya dengan mengatakan, “Bagaimana manusia dengan otaknya yang hanya sebesar timbangan emas mau digunakan untuk menimbang alam semesta?”.

Tafsir Quraish Shihab: “Wahai orang-orang yang mengingkari datangnya hari kebangkitan, apakah proses penciptaan diri kalian lebih sulit bagi Kami daripada penciptaan langit?” Tuhan telah menghimpun bagian-bagian langit yang berserakan menjadi utuh. Tuhan telah meninggikan gugusan-gugusan bintang. Langit itu telah dijadikan oleh Allah sedemikian padu tanpa ada satu ketimpangan.

Surah An-Naziat Ayat 28
رَفَعَ سَمۡكَهَا فَسَوَّىٰهَا

Terjemahan: Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,

Tafsir Jalalain: رَفَعَ سَمۡكَهَا (Dia meninggikan bangunannya) ayat ini menafsirkan pengertian yang terkandung di dalam lafal Banaahaa; artinya, Dia menjadikan bangunannya berada di atas, maksudnya, dalam ketinggian yang sangat. Tetapi menurut pendapat lain dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan Samkahaa adalah atapnya فَسَوَّىٰهَا (lalu menyempurnakannya) yakni, Dia menjadikannya dengan sempurna tanpa cacat.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 24; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: رَفَعَ سَمۡكَهَا فَسَوَّىٰهَا (“dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya.”) maksudnya, dia telah menjadikannya sebagai bangunan yang sangat tinggi dan jauh dari daratan dengan permukaan yang sama, dihiasi dengan bintang-bintang pada malam hari yang gelap.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah meninggikan langit, meluaskan, dan melengkapinya dengan benda-benda angkasa, seperti planet dan lainnya. Allah lalu menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur benda-benda angkasa itu, sehingga tetap di tempatnya dan tidak berjatuhan, seakan-akan menjadi perhiasan seluruh jagatnya. Menciptakan dan mengatur alam raya (makrokosmos) ini jauh lebih rumit dan kompleks daripada menciptakan manusia yang hanya disebut mikrokosmos.

Kajian saintifik modern saat ini menyatakan bahwa jagad-raya seisinya ini diawali pembentukannya dari adanya singularity. Singularity adalah sesuatu dimana calon/bakal ruang, energi, materi dan waktu masih terkumpul menjadi satu (manunggal).

Dentuman Besar (Big Bang) meledakkan singularity ini dan berkembanglah bak seperti spiral-kerucut yang terus menerus berekspansi melebar dan melebar terus. Sejak Big Bang itulah, waktu mulai memisahkan diri dari ruang, begitu pula energi, materi dan gaya-gaya memisahkan diri, dan selama bermiliar-miliar tahun terbentuklah seluruh jagad-raya yang berisi miliaran galaksi.

Ruang dan waktu terus mengalami ekspansi meluas. Inilah yang disebut dengan “meninggikan bangunannya (langitnya)”. Bahiruddin S. Mahmud menjelaskan bahwa ekspansi jagad raya bukannya tak terbatas, bukannya terus menerus.

Laju ekspansi atau perkembangan ini berangsur-angsur menurun, karena gaya gravitasi antar galaksi (yang mereka sesamanya terus saling menjauh) mulai mengendur, sehingga suatu saat akan berhentilah ekspansi jagad raya itu, maka sempurnalah bangunan itu.

Tafsir Quraish Shihab: “Wahai orang-orang yang mengingkari datangnya hari kebangkitan, apakah proses penciptaan diri kalian lebih sulit bagi Kami daripada penciptaan langit?” Tuhan telah menghimpun bagian-bagian langit yang berserakan menjadi utuh. Tuhan telah meninggikan gugusan-gugusan bintang. Langit itu telah dijadikan oleh Allah sedemikian padu tanpa ada satu ketimpangan.

Surah An-Naziat Ayat 29
وَأَغۡطَشَ لَيۡلَهَا وَأَخۡرَجَ ضُحَىٰهَا

Terjemahan: dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.

Tafsir Jalalain: وَأَغۡطَشَ لَيۡلَهَا (Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita) membuatnya gelap وَأَخۡرَجَ ضُحَىٰهَا (dan menjadikan siangnya terang benderang) Dia menampakkan cahaya matahari. Di dalam ungkapan ini lafal Al-Lail atau malam hari dimudhafkan kepada As-Samaa’, karena malam hari merupakan kegelapan baginya. Dan dimudhafkan pula kepada matahari, karena matahari merupakan cahaya baginya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَأَغۡطَشَ لَيۡلَهَا وَأَخۡرَجَ ضُحَىٰهَا (“Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.”) maksudnya Dia telah menjadikan malam harinya gelap gulita lagi pekat, dan Dia jadikan siang harinya terang benderang lagi penuh cahaya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah menjadikan malam gelap gulita dan siang terang benderang, dan pergantian siang dan malam, serta perbedaan musim-musim sebagai akibat dari peredaran planet-planet di sekitar orbitnya. Mengatur dan memelihara peredaran planet-planet ini sungguh pekerjaan yang luar biasa hebatnya.

Baca Juga:  Surah An-Naziat Ayat 34-46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Malam telah dijadikan-Nya gelap dan siang telah dijadikan-Nya bercahaya.

Surah An-Naziat Ayat 30
وَٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ دَحَىٰهَآ

Terjemahan: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

Tafsir Jalalain: وَٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ دَحَىٰهَآ (Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya) yakni dijadikan-Nya dalam bentuk terhampar, sebenarnya penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit, tetapi masih belum terhamparkan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ دَحَىٰهَآ (“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.”) ayat ini ditafsirkan oleh firman-Nya yang berikutnya.

Tafsir Kemenag: Juga diterangkan bahwa Allah menjadikan bumi terhampar, sehingga makhluk Allah mudah melaksanakan kehidupan di sana. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan bumi lebih dahulu, kemudian menciptakan langit, kemudian kembali lagi ke bumi dan menghamparkannya untuk kediaman manusia.

Setelah menyiapkan tempat-tempat tinggal, maka Allah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan manusia yaitu tentang makanan dan minuman, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikutnya.

Tafsir Quraish Shihab: Setelah itu bumi dibentangkan dan dipersiapkan untuk menjadi tempat tinggal penghuninya.

Surah An-Naziat Ayat 31
أَخۡرَجَ مِنۡهَا مَآءَهَا وَمَرۡعَىٰهَا

Terjemahan: Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.

Tafsir Jalalain: أَخۡرَجَ (Ia memancarkan) berkedudukan menjadi Haal dengan memperkirakan adanya lafal Qad sebelumnya; artinya Ia mengeluarkan مِنۡهَا مَآءَهَا (daripadanya mata air) yakni dengan mengalirkan air dari sumber-sumbernya وَمَرۡعَىٰهَا (dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya) yakni, pohon-pohon dan rumput-rumputan yang menjadi makanan ternak, dan demikian pula tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan pokok manusia, serta buah-buahannya. Dikaitkannya istilah Al-Mar’aa kepada bumi hanyalah merupakan ungkapan Isti’arah,.

Tafsir Ibnu Katsir: أَخۡرَجَ مِنۡهَا مَآءَهَا وَمَرۡعَىٰهَا (“Dia memancarkan darinya mata airnya, dan [menumbuhkan] tumbuh-tumbuhannya.”) dan penafsiran ayat ini telah diberikan pada surah as-Sajdah, bahwa bumi telah diciptakan sebelum langit, tetapi penghamparan bumi itu dilakukan setelah penciptaan langit.

Dengan pengertian, Dia mengeluarkan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya dengan kekuatan menuju pada perbuatan. Dan itulah makna ungkapan Ibnu ‘Abbas dan yang lainnya serta menjadi pilihan Ibnu Jarir. Dan penetapan mengenai hal itu telah diberikan sebelumnya di sana.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah memancarkan dari perut bumi sumber-sumber mata air dan sungai-sungai dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, baik untuk dimakan manusia maupun binatang ternak.

Tafsir Quraish Shihab: Dari dalam perut bumi Allah mengeluarkan air, mengalirkannya melalui sungai-sungai, menyirami tumbuhan agar dapat dibudidayakan oleh manusia dan binatang sebagai bahan pangan.

Surah An-Naziat Ayat 32
وَٱلۡجِبَالَ أَرۡسَىٰهَا

Terjemahan: Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,

Tafsir Jalalain: وَٱلۡجِبَالَ أَرۡسَىٰهَا (Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh) yakni dipancangkan di atas bumi supaya bumi stabil dan tidak berguncang.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَٱلۡجِبَالَ أَرۡسَىٰهَا (“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh.”) yakni dikokohkan dan ditetapkan di tempatnya masing-masing, dan Dia Mahabijak lagi Mahamengetahui serta Mahalembut lagi Mahapenyayang kepada semua makhluk-Nya.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 89-92; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini juga dijelaskan bahwa Allah memancangkan gunung-gunung dengan cara yang teguh sekali laksana tonggak sehingga menjadikan bumi stabil tidak goyah. Allah menerangkan hikmahnya pada ayat berikut ini.

Tafsir Quraish Shihab: Gunung pun dikokohkan-Nya,

Surah An-Naziat Ayat 33
مَتَٰعًا لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ

Terjemahan: (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

Tafsir Jalalain: مَتَٰعًا (Untuk kesenangan) lafal Mataa’an berkedudukan menjadi Maf’ul Lah bagi lafal yang tidak disebutkan, lengkapnya, Dia melakukan hal tersebut untuk kesenangan. Atau lafal Mataa’an ini dianggap sebagai Mashdar, artinya memberikan kesenangan لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ (buat kalian dan buat binatang-binatang ternak kalian) lafal An’aam ini adalah jamak dari lafal Na’amun artinya binatang ternak mencakup unta, sapi, dan kambing.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: مَتَٰعًا لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ (“[Semua itu] untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”) maksudnya, Dia hamparkan bumi, lalu Dia pancarkan mata airnya serta munculkan segala yang dikandungnya dan Dia alirkan sungai-sungainya, serta tumbuhan tanaman, pepohonan, dan buah-buahannya, juga Dia tegakkan gunung-gunungnya aga penghuninya dapat menetap dan tenang.

Semua itu merupakan kenikmatan bagi semua makhluk-Nya, dan karena mereka memang membutuhkan berbagai bintang ternak yang dapat mereka makan dan pergunakan untuk kendaraan selama mereka dibutuhkan di dunia ini sampai berakhirnya masa dan waktu yang telah ditentukan.

Tafsir Kemenag: Semuanya itu untuk kesenangan manusia dan hewan-hewan ternaknya. Dengan demikian, manusia dan hewan-hewan itu dapat hidup dengan tenang dan mencari rezeki dengan melakukan berbagai kegiatan.

Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah yang lain: Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu. (an-Nahl/16: 10)

Setelah mempelajari kandungan ayat-ayat tersebut yang ditujukan untuk meyakinkan tentang adanya hari kebangkitan, maka sepatutnya menjadi bahan renungan bahwa Tuhan yang telah menciptakan manusia dan menciptakan apa-apa yang diperlukan untuk kehidupannya, yang telah mengangkat langit di atas dan menghamparkan bumi di bawah, tidakkah berkuasa untuk membangkitkan manusia kembali pada hari Kiamat? Pantaskah Allah membiarkan manusia melakukan perbuatan yang sia-sia setelah menyiapkan sarana bagi mereka dan menghimpun kebaikan-kebaikan yang melimpah ruah itu untuk mereka?.

Tafsir Quraish Shihab: sebagai suatu kenikmatan bagi manusia dan binatang ternak.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Naziat Ayat 27-33 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S