Surah As-Saffat Ayat 83-87; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah As-Saffat Ayat 83-87

Pecihitam.org – Kandungan Surah As-Saffat Ayat 83-87 ini, menerangkan bahwa Nabi Ibrahim termasuk keturunan dan penerus risalah Nabi Nuh. Beliau mengikuti jejak Nabi Nuh dalam memegang ajaran tauhid, meyakini akan adanya hari Kiamat, memperjuangkan penyebaran agama tauhid dan kepercayaan akan hari Kiamat, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar serta tabah dan sabar dalam menghadapi permusuhan kaum kafir.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah As-Saffat Ayat 83-87

Surah As-Saffat Ayat 83
وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِۦ لَإِبۡرَٰهِيمَ

Terjemahan: Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).

Tafsir Jalalain: وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِۦ (Dan sesungguhnya di antara golongan Nuh) yang mengikutinya dalam masalah pokok agama, yaitu masalah tauhid لَإِبۡرَٰهِيمَ (adalah Ibrahim) sekalipun jarak zaman di antara keduanya sangat jauh, yaitu dua ribu enam ratus empat puluh tahun; dan adalah di antara keduanya terdapat Nabi Hud dan Nabi Saleh.

Tafsir Ibnu Katsir: ‘Ali bin Abi Thalhah meriwAyatkan dari Ibnu ‘Abbas [tentang Ayat]: وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِۦ لَإِبۡرَٰهِيمَ (“dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongan [Nuh].”) dia mengatakan: “Yakni, termasuk dari pemeluk agama Nuh.” Mujahid mengatakan: “Yakni, berjalan di atas manhaj dan sunnahnya.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Ibrahim termasuk keturunan dan penerus risalah Nabi Nuh. Beliau mengikuti jejak Nabi Nuh dalam memegang ajaran tauhid, meyakini akan adanya hari Kiamat, memperjuangkan penyebaran agama tauhid dan kepercayaan akan hari Kiamat, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar serta tabah dan sabar dalam menghadapi permusuhan kaum kafir.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya di antara yang mengikuti jejak dan kebiasaannya dalam berdakwah kepada tawhid dan beriman kepada Allah adalah Ibrâhîm.

Surah As-Saffat Ayat 84
إِذۡ جَآءَ رَبَّهُۥ بِقَلۡبٍ سَلِيمٍ

Terjemahan: (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci:

Tafsir Jalalain: إِذۡ جَآءَ رَبَّهُۥ (Ingatlah ketika ia datang kepada Rabbnya) maksudnya, ia mengikuti-Nya sewaktu datang kepada kaumnya بِقَلۡبٍ سَلِيمٍ (dengan hati yang suci) dari keraguan dan hal-hal lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: إِذۡ جَآءَ رَبَّهُۥ بِقَلۡبٍ سَلِيمٍ (“[ingatlah] ketika ia datang kepada Rabbnya dengan hati yang suci.”) Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yakni kesaksian bahwa tidak ada ilah yang haq kecuali Allah.” Ibnu Abi Hatim menceritakan dari ‘Auf: “Aku pernah berkata kepada Muhammad bin Sirin, ‘Apakah yang dimaksud dengan hati yang suci itu?’ dia menjawab: ‘Yaitu hati yang mengetahui bahwa Allah adalah haq dan hari kiamat itu pasti akan datang, tidak diragukan lagi, dan bahwasannya Allah akan membangkitkan orang-orang yang berada di dalam kubur.’” Sedangkan al-Hasan berkata: “Maksudnya, selamat dari kemusyrikan.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini mempertegas lagi kemurnian jiwa Nabi Ibrahim. Dia menghadapkan jiwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan penuh keikhlasan, bersih dari kemusyrikan, terlepas dari kepentingan kehidupan duniawi, dan jauh dari perasaan buruk lainnya yang dapat mengganggu jiwanya.

Tafsir Quraish Shihab: Yaitu ketika ia menghadap Tuhannya dengan hati yang bersih dari syirik, dan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Hujurat Ayat 13; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah As-Saffat Ayat 85
إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦ مَاذَا تَعۡبُدُونَ

Terjemahan: (Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah itu?

Tafsir Jalalain: إِذۡ قَالَ (Ingatlah ketika ia berkata) sedangkan ia dalam keadaan demikian, yakni bersih dari keraguan terhadap Rabbnya لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦ (kepada bapaknya dan kaumnya) dengan nada yang mencela. مَاذَا (“Apakah) yang تَعۡبُدُونَ (kalian sembah itu?).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦ مَاذَا تَعۡبُدُونَ (“[ingatlah] ketika ia berkata kepada bapak dan kaumnya: ‘Apa yang kamu sembah itu?’”) Dia mengingkari penyembahan terhadap patung-patung dan tandingan-tandingan.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim ketika dia dengan jiwanya yang bersih dan tulus ikhlas berkata kepada orang tuanya dan kaumnya mengapa mereka menyembah patung-patung. Seharusnya hal itu tidak patut terjadi jika mereka mau berpikir tentang patung-patung sembahan yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudarat kepada mereka:

Firman Allah: (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Maryam/19: 42-43)

Nabi Ibrahim dengan tegas menyatakan kepada mereka bahwa tidaklah benar sikap mereka yang menghendaki selain Allah untuk disembah dengan alasan-alasan yang tidak benar. Untuk menyembah Tuhan yang gaib diperlukan petunjuk kalau tidak penyembahan itu tentulah didasarkan atas khayalan-khayalan dan selera pikiran masing-masing orang. Hal demikian ini akan menimbulkan banyaknya bentuk penyembahan kepada Tuhan sesuai dengan konsepsi masing-masing orang tentang Tuhan.

Pada zaman Jahiliah, tiap-tiap kabilah Arab mempunyai berhala dan patung sendiri-sendiri sesuai dengan pikirannya masing-masing. Demikian juga zaman Nabi Ibrahim terdapat banyak patung sembahan mereka sebagai hasil imajinasi kaumnya pada waktu itu.

Nabi Ibrahim yang diberi Allah ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada kaumnya, tentulah beliau berusaha untuk mengubah keadaan demikian. Lalu beliau mengemukakan berbagai pertanyaan kepada kaumnya sehingga terpaksa mereka berpikir tentang diri mereka masing-masing apa dasar anggapan mereka tidak menyembah Tuhan Pencipta dan Penguasa semesta alam, bahkan sebaliknya mereka mempersekutukan-Nya dengan patung-patung dan berhala-berhala. Sebenarnya mereka tidak dapat mengemukakan alasan untuk menolak menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Tafsir Quraish Shihab: Dan ketika dia mengingkari penyembahan berhala yang dilakukan oleh bapak dan kaumnya dengan mengatakan, “Berhala-berhala apa yang kalian sembah ini?

Surah As-Saffat Ayat 86
أَئِفۡكًا ءَالِهَةً دُونَ ٱللَّهِ تُرِيدُونَ

Terjemahan: Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong?

Tafsir Jalalain: أَئِفۡكًا (Apakah dengan jalan berbohong) kedua huruf Hamzah pada Ayat ini dapat dibaca Tahqiq atau Tas-hil ءَالِهَةً دُونَ ٱللَّهِ تُرِيدُونَ (kalian menghendaki sesembahan-sesembahan selain Allah?) lafal Ifkan adalah Maf’ul Lah, dan lafal Aalihah adalah Maf’ul Bih bagi lafal Turiduuna. Al-Ifku artinya dusta yang paling buruk; makna yang dimaksud adalah, apakah kalian menyembah selain Allah?.

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 16; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: أَئِفۡكًا ءَالِهَةً دُونَ ٱللَّهِ تُرِيدُونَ (Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong?)

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim ketika dia dengan jiwanya yang bersih dan tulus ikhlas berkata kepada orang tuanya dan kaumnya mengapa mereka menyembah patung-patung. Seharusnya hal itu tidak patut terjadi jika mereka mau berpikir tentang patung-patung sembahan yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudarat kepada mereka:

Firman Allah: (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Maryam/19: 42-43)

Nabi Ibrahim dengan tegas menyatakan kepada mereka bahwa tidaklah benar sikap mereka yang menghendaki selain Allah untuk disembah dengan alasan-alasan yang tidak benar. Untuk menyembah Tuhan yang gaib diperlukan petunjuk kalau tidak penyembahan itu tentulah didasarkan atas khayalan-khayalan dan selera pikiran masing-masing orang. Hal demikian ini akan menimbulkan banyaknya bentuk penyembahan kepada Tuhan sesuai dengan konsepsi masing-masing orang tentang Tuhan.

Pada zaman Jahiliah, tiap-tiap kabilah Arab mempunyai berhala dan patung sendiri-sendiri sesuai dengan pikirannya masing-masing. Demikian juga zaman Nabi Ibrahim terdapat banyak patung sembahan mereka sebagai hasil imajinasi kaumnya pada waktu itu.

Nabi Ibrahim yang diberi Allah ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada kaumnya, tentulah beliau berusaha untuk mengubah keadaan demikian. Lalu beliau mengemukakan berbagai pertanyaan kepada kaumnya sehingga terpaksa mereka berpikir tentang diri mereka masing-masing apa dasar anggapan mereka tidak menyembah Tuhan Pencipta dan Penguasa semesta alam, bahkan sebaliknya mereka mempersekutukan-Nya dengan patung-patung dan berhala-berhala. Sebenarnya mereka tidak dapat mengemukakan alasan untuk menolak menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah, dengan perbuatan itu, kalian ingin melakukan kebohongan yang memalukan, sebab kalian menyembah selain Allah, dan kalian menginginkan kebohongan itu tanpa alasan kecuali sekadar pilihan kalian?

Surah As-Saffat Ayat 87
فَمَا ظَنُّكُم بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Terjemahan: Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?”

Tafsir Jalalain: فَمَا ظَنُّكُم بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (Maka apakah anggapanmu terhadap Rabb semesta alam?”) jika kalian menyembah selain-Nya; apakah kalian menganggap bahwa Dia akan membiarkan kalian tanpa mengazab kalian? Tentu saja tidak, Dia pasti mengazab kalian.

Mereka adalah orang-orang ahli perbintangan. Lalu mereka keluar pada hari raya mereka dan meletakkan makanan mereka di depan latar berhala-berhala mereka, mereka menduga bahwa hal itu dapat membawa berkah pada makanan mereka. Apabila mereka kembali, maka mereka memakan makanan tersebut. Mereka mengatakan kepada Nabi Ibrahim, “Marilah kita keluar.”.

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 166-170; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: فَمَا ظَنُّكُم بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?”) “Yakni apa dugaan kalian tentang apa yang akan Allah lakukan terhadap kalian jika kalian bertemu dengan-Nya, sedang kalian telah beribadah kepada selain-Nya bersama-Nya?”

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim ketika dia dengan jiwanya yang bersih dan tulus ikhlas berkata kepada orang tuanya dan kaumnya mengapa mereka menyembah patung-patung. Seharusnya hal itu tidak patut terjadi jika mereka mau berpikir tentang patung-patung sembahan yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudarat kepada mereka:

Firman Allah: (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Maryam/19: 42-43)

Nabi Ibrahim dengan tegas menyatakan kepada mereka bahwa tidaklah benar sikap mereka yang menghendaki selain Allah untuk disembah dengan alasan-alasan yang tidak benar. Untuk menyembah Tuhan yang gaib diperlukan petunjuk kalau tidak penyembahan itu tentulah didasarkan atas khayalan-khayalan dan selera pikiran masing-masing orang. Hal demikian ini akan menimbulkan banyaknya bentuk penyembahan kepada Tuhan sesuai dengan konsepsi masing-masing orang tentang Tuhan.

Pada zaman Jahiliah, tiap-tiap kabilah Arab mempunyai berhala dan patung sendiri-sendiri sesuai dengan pikirannya masing-masing. Demikian juga zaman Nabi Ibrahim terdapat banyak patung sembahan mereka sebagai hasil imajinasi kaumnya pada waktu itu.

Nabi Ibrahim yang diberi Allah ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada kaumnya, tentulah beliau berusaha untuk mengubah keadaan demikian. Lalu beliau mengemukakan berbagai pertanyaan kepada kaumnya sehingga terpaksa mereka berpikir tentang diri mereka masing-masing apa dasar anggapan mereka tidak menyembah Tuhan Pencipta dan Penguasa semesta alam, bahkan sebaliknya mereka mempersekutukan-Nya dengan patung-patung dan berhala-berhala. Sebenarnya mereka tidak dapat mengemukakan alasan untuk menolak menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Tafsir Quraish Shihab: Bagaimanakah anggapan kalian terhadap Zat yang berhak disembah karena Dialah yang menciptakan seluruh alam apabila kalian menjumpai-Nya, sementara kalian telah menyekutukan-Nya dalam ibadah?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah As-Saffat Ayat 83-87 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S