Surah At-Takwir Ayat 1-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah At-Takwir Ayat 1-14

Pecihitam.org – Kandungan Surah At-Takwir Ayat 1-14 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita membahas isi kandungan surah. Surah al-Takwîr ini berisi gambaran tentang peristiwa pada saat dan setelah hari kiamat, kekuasaan Allah, penegasan kedudukan dan fungsi al-Qur’ân, dan sanggahan atas tuduhan-tuduhan yang tidak benar atas al-Qur’ân.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bagian lain Surah ini berisikan pembelaan atas diri Nabi Muhammad dari tuduhan gila, ancaman bagi orang-orang yang larut dalam kesesatan, perintah bagi kaum yang mau beristikamah untuk belajar dari al-Qur’ân dan perintah untuk mengembalikan setiap urusan pada Allah Swt.

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa jika matahari telah digulung, telah padam cahayanya dan jatuh berantakan bersamaan dengan hancurnya alam semesta yang pernah didiami oleh makhluk-makhluk yang hidup di dunia, maka musnahlah segala alam karena berpindah kepada alam yang lain.

Kemudian dijelaskan apabila catatan-catatan amal perbuatan manusia dibuka, maka mereka akan melihat kebajikan atau kejahatan yang mereka perbuat ketika di dunia. Mereka akan tercengang keheranan karena tidak menyangka semuanya tercatat rapi dan teliti.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah At-Takwir Ayat 1-14

Surah At-Takwir Ayat 1
إِذَا ٱلشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ

Terjemahan: Apabila matahari digulung,

Tafsir Jalalain: إِذَا ٱلشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ (Apabila matahari digulung) dilipat dan sinarnya menjadi lenyap.

Tafsir Ibnu Katsir: Ali bin Abi Thalhah bercerita dari Ibnu ‘Abbas mengenai firman-Nya: إِذَا ٱلشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ (“Apabila matahari digulung”) yakni telah menjadi gelap. Dan mengenainya juga, al-‘Aufi mengemukakan dari Ibnu ‘Abbas: “Yakni telah pergi.”

Dan menurut Ibnu Katsir, yang benar dari pendapat tersebut adalah bahwa kata at-Takwiir berarti mengumpulkan (melipat) sesuatu, sebagian dengan sebagian lainnya. Dari kata itu muncul kata takwiirul imaamah (menggulung sorban/ penutup kepala), dan jam’uts tsiyaah berarti menggabungkan sebagian dari pakaian pada sebagian lainnya.

Dengan demikian, firman Allah: kuwwirat; berarti menggulung sebagian dari matahari dengan sebagian lainnya, lalu tertutup dan menghilang. Dan jika hal itu terjadi, maka sinarnya pun akan sirna.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa jika matahari telah digulung, telah padam cahayanya dan jatuh berantakan bersamaan dengan hancurnya alam semesta yang pernah didiami oleh makhluk-makhluk yang hidup di dunia, maka musnahlah segala alam karena berpindah kepada alam yang lain.

Tafsir Quraish Shihab: Surah al-Takwîr ini berisi gambaran tentang peristiwa pada saat dan setelah hari kiamat, kekuasaan Allah, penegasan kedudukan dan fungsi al-Qur’ân, dan sanggahan atas tuduhan-tuduhan yang tidak benar atas al-Qur’ân.

Bagian lain Surah ini berisikan pembelaan atas diri Nabi Muhammad dari tuduhan gila, ancaman bagi orang-orang yang larut dalam kesesatan, perintah bagi kaum yang mau beristikamah untuk belajar dari al-Qur’ân dan perintah untuk mengembalikan setiap urusan pada Allah Swt.]] Bila matahari telah dilipat dan tidak lagi bersinar.

Surah At-Takwir Ayat 2
وَإِذَا ٱلنُّجُومُ ٱنكَدَرَتۡ

Terjemahan: dan apabila bintang-bintang berjatuhan,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلنُّجُومُ ٱنكَدَرَتۡ (Dan apabila bintang-bintang berjatuhan) menukik berjatuhan ke bumi.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَإِذَا ٱلنُّجُومُ ٱنكَدَرَتۡ (“Dan apabila bintang-bintang berjatuhan”) yakni berguguran. Sebagaimana Dia firmankan dalam Surah lain, وَإِذَا ٱلۡكَوَاكِبُ ٱنتَثَرَتۡ (“Dan jika bintang-bintang itu berguguran”)(al-Infithaar: 2) asal kata al-inkidaar berarti jatuh.

Tafsir Kemenag: Apabila bintang-bintang berjatuhan dan padam sekalian cahayanya.

Tafsir Quraish Shihab: Bila bintang gemintang telah kehilangan cahaya.

Surah At-Takwir Ayat 3
وَإِذَا ٱلۡجِبَالُ سُيِّرَتۡ

Terjemahan: dan apabila gunung-gunung dihancurkan,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡجِبَالُ سُيِّرَتۡ (Dan apabila gunung-gunung dihancurkan) dilenyapkan dari muka bumi dan menjadi debu yang beterbangan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا ٱلۡجِبَالُ سُيِّرَتۡ (“Dan apabila gunung-gunung dihancurkan”) yakni dihilangkan dari tempatnya masing-masing dan dihancurkan sehingga bumi menjadi rata, tidak ada tumbuh-tumbuhan.

Tafsir Kemenag: Dan apabila gunung-gunung dihancurkan setelah dicabut dari bumi, diterbangkan di angkasa ketika terjadinya gempa yang amat dahsyat sehingga gunung-gunung itu terlepas dari dasarnya dan dilemparkan di angkasa seperti awan yang ditiup angin laksana kapas.

Untuk telaah ilmiah Surah at-Takwir/81: 1-3 ini, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69: 13-16 dan Surah al-Ma’arij/70: 8. Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron dan sebagainya.

Gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah mulai menyatu kembali. Saat itulah benda-benda langit mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan akibatnya terjadilah tabrakan-tabrakan dahsyat antar bintang, inilah gambaran ‘bintang-bintang berjatuhan, karena kehilangan gaya-gaya gravitasinya.

Matahari yang juga merupakan jenis bintang mengalami hal sama. Ketika benda-benda langit saling mendekat, kekuatan gravitasi bagian luar boleh jadi akan melebihi cengkeraman kekuatan plasma di dalam bintang-bintang itu (termasuk matahari).

Akibatnya adalah volume matahari dan bintang-bintang yang lain akan memuai. Matahari akan menjadi lebih besar volumenya, namun tekanan internalnya berkurang, dan cukup untuk menghentikan energi yang menghasilkan reaksi perpaduan nuklirnya. Akibatnya sinar matahari (yang memuai itu) akan meredup menjadi merah.

Ketika pengembangan volume matahari telah mencapai maksimum, maka matahari akan mengalami kontraksi dan volumenya akan menurun dan menurun terus, mengecil yang akhirnya menjadi bintik hitam yang super-padat (dwarf black hole atau bintik hitam kerdil). Inikah yang dimaksud dengan matahari digulung pada ayat 1 di atas?

Benturan juga terjadi antar-planet, sehingga bumi berbenturan dengan planet-planet lainnya. Akibat peristiwa inilah terjadinya kehancuran gunung-gunung. Semua proses ini akan mengarah ke Big Crunch dan kembali menjadi singularity.

Tafsir Quraish Shihab: Bila gunung-gunung digerakkan dari tempatnya,

Surah At-Takwir Ayat 4
وَإِذَا ٱلۡعِشَارُ عُطِّلَتۡ

Terjemahan: dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan)

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡعِشَارُ (Dan apabila unta-unta yang bunting) unta-unta yang sedang bunting عُطِّلَتۡ (ditinggalkan) dibiarkan begitu saja tanpa penggembala atau tanpa diperah susunya, karena mereka disibukkan oleh peristiwa yang dahsyat, sehingga mereka lupa akan segala-galanya. Sesungguhnya unta yang sedang bunting itu merupakan harta yang paling berharga di kalangan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَإِذَا ٱلۡعِشَارُ عُطِّلَتۡ (“Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan [tidak dipedulikan].”) ‘Ikrimah dan Mujahid mengatakan: “Yakni unta-unta yang sedang bunting.” Lebih lanjut, Mujahid mengemukakan:

“Kata ‘uth-thilat berarti ditinggalkan dan dibiarkan.” Dan yang dimaksud dengan al-‘isyaar berarti unta-unta pilihan dan sedang bunting yang kehamilannya sudah sampai sepuluh bulan, -mufrad (bentuk tunggalnya) ialah ‘isyraa’ dan sebutan itu masih tetap melekat padanya sampai melahirkan-, dan umat manusia telah mengabaikan unta-unta pilihan dan sedang bunting itu sertai mengabaikan pengasuhan dan pemanfaatannya setelah sebelumnya mereka saling menyukainya.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 92-96; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hal itu disebabkan karena mereka disibukkan oleh masalah yang lebih penting, menakutkan lagi mengerikan, yaitu masalah hari kiamat dan munculnya sebab-sebab dan peristiwa pendahuluannya.

Tafsir Kemenag: Dan apabila unta-unta bunting yang termasuk benda paling dihargai oleh orang-orang Arab, ditinggalkan dan tidak dipedulikan oleh pemiliknya karena kedahsyatan hari Kiamat tersebut. Hal ini menggambarkan kedahsyatan hari Kiamat yang jika diperkirakan, jika ada seorang laki-laki mempunyai unta yang bunting tentu ditinggalkan karena terlalu sibuk memikirkan keselamatan dirinya sendiri.

Tafsir Quraish Shihab: Bila makhluk yang mengandung kehilangan sesuatu yang dikandungnya.

Surah At-Takwir Ayat 5
وَإِذَا ٱلۡوُحُوشُ حُشِرَتۡ

Terjemahan: dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡوُحُوشُ حُشِرَتۡ (Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan) yakni dikumpulkan sesudah dibangkitkan; dimaksud untuk diadakan pembalasan hukum kisas; sebagian di antara mereka mengkisas sebagian yang lain, kemudian setelah selesai, menjadi tanah semuanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا ٱلۡوُحُوشُ حُشِرَتۡ (“Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.”) yakni dikumpulkan sebagaimana, firman Allah: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat [juga] sepertimu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu apapun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Rabb-lah mereka dihimpunkan.” (al-An’am: 38)

Tafsir Kemenag: Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan dan dimusnahkan.

Tafsir Quraish Shihab: Bila binatang-binatang liar dikeluarkan dari sarangnya untuk dikumpulkan dalam keadaan abai karena suasana panik yang sangat dahsyat.

Surah At-Takwir Ayat 6
وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ سُجِّرَتۡ

Terjemahan: dan apabila lautan dijadikan meluap

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ سُجِّرَتۡ (Dan apabila lautan dinyalakan) lafal ini dapat dibaca Sujjirat, dan Sujirat, artinya dinyalakan sehingga lautan itu menjadi api.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ سُجِّرَتۡ (“Dan apabila lautan dipanaskan.”) Ibnu Jarir menceritakan, ‘Ali as. Bertanya kepada seseorang dari Kaum Yahudi: “Dimanakah neraka jahanam itu?” Dia menjawab: “Di lautan.” ‘Ali berkata: “Aku tidak menilai ucapan itu melainkan benar.”

وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ سُجِّرَتۡ (“Dan apabila lautan dipanaskan.”) Ibnu ‘Abbas dan para ulama lainnya mengatan: “Allah mengirimkan angin kencang ke lautan itu, lalu membakarnya sehingga lautan itu menjadi api yang menyala-nyala. Dan pembahasan tentang hal ii telah diberikan sebelumnya ketika membahas firman Allah: (“dan lautan yang di dalam tanahnya ada api.”)

Tafsir Kemenag: Dan apabila lautan-lautan dijadikan meluap, sehingga menjadi satu, kemudian menyala dengan kobaran api yang tadinya terpendam di bawah bumi tersebut.

Setelah Allah menerangkan beberapa peristiwa yang menjadi permulaan hancurnya alam semesta dan matinya semua makhluk yang berada di atasnya, maka Allah menjelaskan apa yang terjadi setelah itu tentang kebangkitan.

Tafsir Quraish Shihab: Bila samudra berubah menjadi lautan api.

Surah At-Takwir Ayat 7
وَإِذَا ٱلنُّفُوسُ زُوِّجَتۡ

Terjemahan: dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلنُّفُوسُ زُوِّجَتۡ (Dan apabila ruh-ruh dipertemukan) dengan jasadnya masing-masing.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا ٱلنُّفُوسُ زُوِّجَتۡ (“Dan apabila ruh-ruh di pertemukan [dengan tubuh].”) yaitu segala berntuk dipertemukan dengan mitranya masing-masing. Yang demikian itu seperti firman Allah: uhsyurulladziina dhalamuu wa azwaajaHum (“Kumpulkanlah orang-orang yang dhalim bersama teman sejawat mereka.” (ash-Shaaffaat: 22)

Tafsir Kemenag: Dan apabila roh-roh dipertemukan kembali dengan tubuh untuk memasuki kehidupan di alam akhirat. Ayat ini mengandung isyarat bahwa roh-roh itu tetap utuh setelah mati dan pada hari Kiamat dikembalikan lagi pada badannya.

Pendapat lain menyebutkan arti ayat ini dengan bertemunya kelompok orang-orang termasuk ashabul-yamin dengan kelompok ashabusy-syimal. Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa arti ayat ini adalah dipertemukannya roh orang-orang yang beriman dengan pasangan-pasangannya di surga dan roh orang-orang kafir dipertemukan dengan setan-setan pembantunya.

Tafsir Quraish Shihab: Bila roh telah disatukan kembali dengan jasadnya.

Surah At-Takwir Ayat 8
وَإِذَا ٱلۡمَوۡءُۥدَةُ سُئِلَتۡ

Terjemahan: dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡمَوۡءُۥدَةُ (Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup) karena takut tercela mempunyai anak perempuan dan takut jatuh miskin سُئِلَتۡ (ditanya) untuk menjelek-jelekkan pelakunya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِذَا ٱلۡمَوۡءُۥدَةُ سُئِلَتۡ (dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,)

Tafsir Kemenag: Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh? Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa bayi-bayi yang pernah dikubur hidup-hidup akan dihidupkan kembali di hadapan orang yang menguburkannya dan ditanya karena dosa apakah dia dibunuh.

Jawaban pertanyaan ini memberikan kesan yang lebih dalam kepada si pembunuhnya karena bayi perempuan itu akan menjawab bahwa ia dikubur hidup-hidup tanpa dosa sama sekali, hanya karena orang tuanya takut dihinggapi kefakiran dan kemiskinan. Kebiasaan orang Arab pada zaman Jahiliah ini sangat di luar peri kemanusiaan.

Di kalangan mereka ada yang tidak mengubur hidup-hidup anaknya yang perempuan, tetapi ia memberikan pekerjaan kepadanya dengan menggembalakan kambing di padang pasir dengan pakaian bulu dan membiarkan hidup dalam kesepian.

Dan ada pula yang membiarkan anak perempuannya itu hidup sampai umur enam tahun kemudian ia berkata kepada ibunya, “Dandanilah anak ini dengan pakaian yang baik, karena akan dibawa ziarah mengunjungi bibinya.” Sebelumnya ia telah menggali sebuah sumur di padang pasir. Setelah ia sampai dengan anak perempuannya itu di tepi sumur itu, lalu berkata, “Tengok, apa yang ada dalam sumur itu.”

Kemudian anak perempuan itu ditendang dari belakang dan setelah jatuh ke dalam sumur itu lalu ditimbun dan diratakan dengan tanah. Dan di antara mereka ada yang berbuat lebih kejam lagi daripada ini. Setelah datang agama Islam, maka kekejaman yang di luar peri kemanusiaan itu diganti dengan sikap yang penuh ramah dan kesayangan.

Di antara alasan pembunuhan anak perempuan di masa Jahiliah adalah karena anak perempuan dianggap tidak punya nilai ekonomis yang bisa menguntungkan keluarga. Alasan lain adalah karena anak perempuan dianggap sangat lemah, sering menjadi korban pelecehan seksual atau karena perempuan dianggap sebagai penggoda laki-laki yang bisa membuat malu keluarga.

Dalam Surah an-Nahl/16: 58, Allah menggambarkan seorang laki-laki yang mendapat kelahiran putrinya dengan wajah hitam karena menahan marah.

Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (an-Nahl/16: 58)

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 58-62; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Islam adalah agama yang menghormati perempuan, sama seperti menghormati laki-laki. Oleh sebab itu, Islam melarang pembunuhan bayi laki-laki maupun perempuan, baik karena kemiskinan atau karena takut miskin. Allah berfirman:

Janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. (al-An’am/6: 151).

Tafsir Quraish Shihab: Bila anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya–sebagai tindakan perkenan untuk diri mereka sekaligus sebagai hujatan bagi orang yang memendam mereka, “Dosa apa yang membuat kalian dibunuh?” Padahal, jelas anak-anak perempuan itu tidak punya kesalahan apa-apa.

Surah At-Takwir Ayat 9
بِأَىِّ ذَنۢبٍ قُتِلَتۡ

Terjemahan: karena dosa apakah dia dibunuh,

Tafsir Jalalain: بِأَىِّ ذَنۢبٍ قُتِلَتۡ (Karena dosa apakah dia dibunuh) dibaca Qutilat karena mengisahkan suatu dialog, jawab bayi-bayi perempuan itu; kami dibunuh tanpa dosa.

Tafsir Ibnu Katsir: بِأَىِّ ذَنۢبٍ قُتِلَتۡ (karena dosa apakah dia dibunuh,) kata almau-uudatu berarti bayi-bayi yang dulu orang-orang jahiliyah menguburnya hidup-hidup ke dalam tanah karena benci memiliki anak perempuan.

Pada hari kiamat kelak bayi-bayi itu akan ditanya, karena dosa apa mereka dikuburkan? Yang demikian agar menjadi ancaman bagi orang-orang yang pernah melakukannya. Sebab jika pihak yang didhalimi itu ditanya maka apa gerangan yang terpikir oleh orang yang berbuat dhalim?

Ada beberapa hadits yang diriwayatkan berkaitan masalah al-mau-uudatu ini, dimana Imam Ahmad meriwayatkan dari Judamah binti Wahb, saudara perempuan ‘Ukasyah, dia berkata:

“Aku pernah mendatangi Rasulullah saw. yang tengah bersama orang-orang, ketika itu beliau bersabda: ‘Aku sangat berkeinginan untuk melarang al-ghiilah pada anak-anak mereka sedang menyusu, namun hal itu tidak memberi mudharat kepada anak-anak mereka itu.’”

Kemudian para shahabat bertanya tentang ‘azl [menumpahkan sperma di luar farji], maka Rasulullah saw. bersabda: ‘Yang demikian itu adalah pembunuhan anak hidup-hidup secara terselubung, yang ia termasuk mau-uudatu yang akan ditanya.’” Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan an-Nasa-i.

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Salamah bin Yazid al-Ju’fi, dia berkata: Aku bersama saudara laki-lakiku pernah menolak menuju Rasulullah saw. lalu kami katakan:

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibu kami, Mulaikah, selalu menyambung tali silaturahim, menghormati tamu dan berbuat [kebaikan]. Beliau binasa pada masa jahiliyyah, maka apakah semua itu memberi manfaat baginya?’ Beliau menjawab: ‘Tidak.’ Lalu kami katakan lagi: ‘Dahulu, memang beliau pernah mengubur hidup-hidup saudara perempuan kami pada masa jahiliyyah, lalu apakah hal itu juga memberi sedikit manfaat kepadanya?’ beliau menjawab: ‘al-waa-idah dan almau-uudah berada di neraka kecuali jika wal-waa-idah sempat mengenai Islam sehingga Allah akan memberi maaf kepadanya.’” (HR an-Nasa-i)

Imam Ahmad juga meriwayatkan, Ishaq al-Azraq memberitahu kami, ‘Auf memberitahu kami, Khansa’ binti Mu’awiyah ash Shrimiyyah memberitahuku dari pamannya, dia bercerita: Aku pertanyakan: “Wahai Rasulullah, siapakah yang berada di surga itu?” Beliau menjawab:

“Nabi berada di surga, orang yang mati syahid berada di surga, dan anak yang dilahirkan berada di surga, sedangkan al-mau-uudah (bayi yang dikubur hidup-hidup) berada di surga.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Anak-anak orang-orang musyrik (yang mati ketika masih kecil) berada di surga. Dan barangsiapa mengklaim bahwa mereka berada di neraka berarti dia telah berdusta, karena Allah telah berfirman: wa idzal mau-uudatu su-ilat. Bi ayyi dzambing qutilat (“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?”) lebih lanjut Ibnu Abbas mengatakan: “Yaitu bayi yang dikubur.”

Tafsir Kemenag: Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh? Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa bayi-bayi yang pernah dikubur hidup-hidup akan dihidupkan kembali di hadapan orang yang menguburkannya dan ditanya karena dosa apakah dia dibunuh.

Jawaban pertanyaan ini memberikan kesan yang lebih dalam kepada si pembunuhnya karena bayi perempuan itu akan menjawab bahwa ia dikubur hidup-hidup tanpa dosa sama sekali, hanya karena orang tuanya takut dihinggapi kefakiran dan kemiskinan. Kebiasaan orang Arab pada zaman Jahiliah ini sangat di luar peri kemanusiaan.

Di kalangan mereka ada yang tidak mengubur hidup-hidup anaknya yang perempuan, tetapi ia memberikan pekerjaan kepadanya dengan menggembalakan kambing di padang pasir dengan pakaian bulu dan membiarkan hidup dalam kesepian.

Dan ada pula yang membiarkan anak perempuannya itu hidup sampai umur enam tahun kemudian ia berkata kepada ibunya, “Dandanilah anak ini dengan pakaian yang baik, karena akan dibawa ziarah mengunjungi bibinya.” Sebelumnya ia telah menggali sebuah sumur di padang pasir. Setelah ia sampai dengan anak perempuannya itu di tepi sumur itu, lalu berkata, “Tengok, apa yang ada dalam sumur itu.”

Kemudian anak perempuan itu ditendang dari belakang dan setelah jatuh ke dalam sumur itu lalu ditimbun dan diratakan dengan tanah. Dan di antara mereka ada yang berbuat lebih kejam lagi daripada ini. Setelah datang agama Islam, maka kekejaman yang di luar peri kemanusiaan itu diganti dengan sikap yang penuh ramah dan kesayangan.

Di antara alasan pembunuhan anak perempuan di masa Jahiliah adalah karena anak perempuan dianggap tidak punya nilai ekonomis yang bisa menguntungkan keluarga. Alasan lain adalah karena anak perempuan dianggap sangat lemah, sering menjadi korban pelecehan seksual atau karena perempuan dianggap sebagai penggoda laki-laki yang bisa membuat malu keluarga.

Dalam Surah an-Nahl/16: 58, Allah menggambarkan seorang laki-laki yang mendapat kelahiran putrinya dengan wajah hitam karena menahan marah.

Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (an-Nahl/16: 58)

Islam adalah agama yang menghormati perempuan, sama seperti menghormati laki-laki. Oleh sebab itu, Islam melarang pembunuhan bayi laki-laki maupun perempuan, baik karena kemiskinan atau karena takut miskin. Allah berfirman:

Janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. (al-An’am/6: 151).

Tafsir Quraish Shihab: Bila anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya–sebagai tindakan perkenan untuk diri mereka sekaligus sebagai hujatan bagi orang yang memendam mereka, “Dosa apa yang membuat kalian dibunuh?” Padahal, jelas anak-anak perempuan itu tidak punya kesalahan apa-apa.

Surah At-Takwir Ayat 10
وَإِذَا ٱلصُّحُفُ نُشِرَتۡ

Terjemahan: dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلصُّحُفُ (Dan apabila catatan-catatan) yakni, catatan-catatan amal perbuatan نُشِرَتۡ (dibuka) dapat dibaca Nusyirat dan Nusysyirat; artinya dibuka dan dibeberkan.

Baca Juga:  Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 21-30 dan Artinya

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَإِذَا ٱلصُّحُفُ نُشِرَتۡ (“Dan apabila catatan-catatan [amal perbuatan manusia] dibuka.”) adl-Dlahhak mengatakan: “Setiap orang diberi catatannya dengan tangan kanan atau kirinya.” Sedangkan Qatadah mengemukakan,

“Wahai anak Adam, kalian akan mengisinya lalu melipatnya, dan setelah itu akan dibukakan kepada kalian pada hari Kiamat kelak. Oleh karena itu, hendaklah seseorang memperhatikan dengan apa dia mengisi lembaran catatannya.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan apabila catatan-catatan amal perbuatan manusia dibuka, maka mereka akan melihat kebajikan atau kejahatan yang mereka perbuat ketika di dunia. Mereka akan tercengang keheranan karena tidak menyangka semuanya tercatat rapi dan teliti. Allah berfirman:

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49)

Bagaimana bentuk kitab atau catatan amal perbuatan manusia itu di Padang Mahsyar tidak kita ketahui. Namun kalau manusia saja mampu menciptakan berbagai alat perekam yang begitu canggih dan teliti, kita percaya bahwa Allah Sang Pencipta manusia punya sistem dan cara untuk merekam perbuatan, perkataan, dan isi hati manusia dengan hasil yang lebih baik dari apa yang dapat dibuat manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Bila lembaran-lembaran catatan perbuatan manusia ditampakkan saat hari perhitungan.

Surah At-Takwir Ayat 11
وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ كُشِطَتۡ

Terjemahan: dan apabila langit dilenyapkan,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ كُشِطَتۡ (Dan apabila langit dilenyapkan) yakni dicabut dari tempatnya sebagaimana dicabutnya kulit domba.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ كُشِطَتۡ (“Dan apabila langit dilenyapkan”) as-Suddi mengatakan: “Yakni dibuka.” Adl-Dlahhak mengemukakan: “Mengelupas dan kemudian menghilang.”

Tafsir Kemenag: Dan apabila langit dilenyapkan karena kehancuran planet-planet yang ada di dalamnya. Langit yang begitu luas dapat dilipat seperti melipat kertas. Firman Allah: (Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. (al-Anbiya’/21: 104).

Tafsir Quraish Shihab: Bila langit tidak lagi berada di tempatnya,

Surah At-Takwir Ayat 12
وَإِذَا ٱلۡجَحِيمُ سُعِّرَتۡۥ

Terjemahan: dan apabila neraka Jahim dinyalakan,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡجَحِيمُ (Dan apabila Jahim) yaitu neraka سُعِّرَتۡۥ (dinyalakan) apinya dibesarkan; dapat dibaca Su”irat dan Su’irat.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا ٱلۡجَحِيمُ سُعِّرَتۡۥ (“Dan apabila neraka jahim dinyalakan.”) as-Suddi mengatakan: “Dididihkan.” Sedangkan Qatadah mengemukakan: “Yakni dinyalakan.” Lebih lanjut Qatadah mengatakan: “Neraka itu dinyalakan oleh murka Allah dan berbagai kesalahan anak cucu Adam.”

Tafsir Kemenag: Dan apabila neraka Jahim yang disediakan untuk menyiksa orang-orang kafir dan durhaka telah dinyalakan sehebat-hebatnya sehingga orang yang memasukinya merasa kesakitan yang paling dahsyat. Itulah azab yang diancamkan Allah kepada orang-orang yang mengingkari-Nya. Firman Allah:

Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. (al-Insan/76: 4).

Tafsir Quraish Shihab: Bila api neraka telah dinyalakan dengan dahsyat,

Surah At-Takwir Ayat 13
وَإِذَا ٱلۡجَنَّةُ أُزۡلِفَتۡ

Terjemahan: dan apabila surga didekatkan,

Tafsir Jalalain: وَإِذَا ٱلۡجَنَّةُ أُزۡلِفَتۡ (Dan apabila surga didekatkan) didekatkan dan diperlihatkan kepada calon-calon penghuninya supaya mereka masuk ke dalamnya. Jawab dari Idzaa pada awal Surah ini beserta lafal-lafal lainnya yang di’athafkan kepadanya ialah:.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: وَإِذَا ٱلۡجَنَّةُ أُزۡلِفَتۡ (“Dan apabila surga didekatkan.”) adl-Dlahhak, Abu Malik, Qatadah, dan ar-Rabi’ bin Khaitsam mengatakan: “Yakni mendekati para penghuninya.

Tafsir Kemenag: Dan apabila surga didekatkan kepada orang-orang yang akan memasukinya yaitu orang-orang mukmin yang bertakwa. Ini adalah balasan atas jerih payah dan usaha mereka berjihad menegakkan agama Allah dan menjalankan perintah agama. Allah berfirman: Dan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa. (asy-Syu’ara’/26: 90).

Tafsir Quraish Shihab: Bila surga telah didekatkan.

Surah At-Takwir Ayat 14
عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّآ أَحۡضَرَتۡ

Terjemahan: maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.

Tafsir Jalalain: عَلِمَتۡ نَفۡسٌ (Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui) artinya setiap jiwa akan mengetahui waktu terjadinya hal-hal tersebut, yaitu hari kiamat مَّآ أَحۡضَرَتۡ (apa yang telah dikerjakannya) yaitu perbuatan baik dan perbuatan buruknya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّآ أَحۡضَرَتۡ (“Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.”) dan inilah jawabannya. Artinya, jika semua hal di atas terjadi, maka pada saat itu setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan diperbuatnya, itulah yang menjadi miliknya. Sebagaimana yang difirmankan Allah yang arttinya:

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan [di mukanya], begitu [juga] kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh.” (Ali ‘Imraan: 30)

Tafsir Kemenag: Jika semua peristiwa-peristiwa yang disebutkan sebelum ayat ini telah terjadi, tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. Sebagian besar dari manusia ketika hidup di dunia tertipu oleh godaan setan. Mereka akan menjumpai amal perbuatan mereka pada hari Kiamat tidak diterima oleh Allah bahkan dijauhkan dari rahmat-Nya dan berada di bawah murka-Nya.

Orang-orang yang amal perbuatannya diselubungi dengan ria, tidak mendapat faedah dari amalnya itu kecuali sekadar kepayahan dan kesulitan. Setiap orang wajib memandang kepada amal perbuatannya dengan kaca mata agama dan menimbangnya dengan timbangan yang benar, sebab Allah tidak menerima amal perbuatan melainkan yang muncul dari hati yang penuh dengan keimanan dan keikhlasan.

Tafsir Quraish Shihab: Bila semua peristiwa itu telah terjadi, setiap manusia akan menyadari kebaikan dan dosa yang pernah mereka lakukan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah At-Takwir Ayat 1-14 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S