Surah Sad Ayat 30-33; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Sad Ayat 30-33

Pecihitam.org – Kandungan Surah Sad Ayat 30-33 ini, Allah menjelaskan bahwa di samping Daud yang dianugerahi kemuliaan dan kekuasaan, dia juga dianugerahi putra yang saleh, yang mempunyai kemampuan melanjutkan perjuangannya, yaitu Sulaiman.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ia mewarisi sifat-sifat ayahnya. Ia terkenal sebagai hamba yang taat beribadah dan dalam segala urusan ia selalu bersyukur kepada Allah. Ia yakin bahwa segala macam kenikmatan dan keindahan itu terwujud hanyalah semata-mata karena limpahan rahmat Allah dan karunia-Nya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Sad Ayat 30-33

Surah Sad Ayat 30
وَوَهَبۡنَا لِدَاوُۥدَ سُلَيۡمَٰنَ نِعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

Terjemahan: Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya),

Tafsir Jalalain: وَوَهَبۡنَا لِدَاوُۥدَ سُلَيۡمَٰنَ (Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman) sebagai anaknya نِعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ (dia adalah sebaik-baik hamba) maksudnya Sulaiman adalah sebaik-baik hamba. إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ (Sesungguhnya dia amat taat) kepada Rabbnya, selalu bertasbih dan berzikir pada semua waktunya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberitakan bahwa Dia telah menganugerahkan Sulaiman kepada Dawud, yaitu sebagai seorang Nabi. Sebagaimana Allah berfirman: وَوَرِثَ سُلَيۡمَٰنُ دَاوُۥدَ (“Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud”)(an-Naml: 16) yaitu dalam kenabian. Kalau bukan kenabian, maka sungguh beliau memiliki banyak anak selain Sulaiman, karena beliau memiliki seratus istri merdeka [budak-budak]. Dan firman Allah:

نِعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ (“Dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat [kepada Rabbnya].”) merupakan sebuah pujian kepada Sulaiman, karena beliau banyak berbuat taat, ibadah dan berserah diri kepada Allah.

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa di samping Daud yang dianugerahi kemuliaan dan kekuasaan, dia juga dianugerahi putra yang saleh, yang mempunyai kemampuan melanjutkan perjuangannya, yaitu Sulaiman. Ia mewarisi sifat-sifat ayahnya.

Ia terkenal sebagai hamba yang taat beribadah dan dalam segala urusan ia selalu bersyukur kepada Allah. Ia yakin bahwa segala macam kenikmatan dan keindahan itu terwujud hanyalah semata-mata karena limpahan rahmat Allah dan karunia-Nya. Itulah sebabnya ia disebut sebagai hamba Allah yang paling baik, dan sebagai pujian yang pantas diberikan kepadanya.

Allah menyifatinya sebagai hamba-Nya yang amat taat kepada-Nya. Dengan demikian Allah mengangkat Nabi Sulaiman menjadi nabi penerus kenabian dan kerajaan Nabi Daud, serta mewarisi ilmu pengetahuannya yang tertuang dalam Kitab Zabur. Allah berfirman: Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (an-Naml/27: 16)

Tafsir Quraish Shihab: Kami mengaruniakan Sulaimân kepada Dâwûd. Sulaimân adalah orang yang patut dipuji dan dijuluki “hamba terbaik”. Sebab ia memang selalu kembali kepada Allah dalam segala permasalahan.

Surah Sad Ayat 31
إِذۡ عُرِضَ عَلَيۡهِ بِٱلۡعَشِىِّ ٱلصَّٰفِنَٰتُ ٱلۡجِيَادُ

Terjemahan: (ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore,

Tafsir Jalalain: إِذۡ عُرِضَ عَلَيۡهِ بِٱلۡعَشِىِّ (Ingatlah ketika dipertunjukkan kepadanya di waktu sore) yakni sesudah matahari tergelincir ٱلصَّٰفِنَٰتُ ٱلۡجِيَادُ (kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti) lafal Ash-Shaafinaat adalah bentuk jamak dari lafal Shaafinah, artinya kuda yang kalau berhenti berdiri pada tiga kaki, sedangkan kaki yang keempatnya berdiri pada ujung teracaknya atau berjinjit.

Lafal ini berasal dari kata Shafana Yashfinu Shufuunan (dan cepat pada waktu berlari) lafal Al-Jiyaad adalah bentuk jamak dari lafal Jawaadun, artinya kuda balap. Maksud Ayat, bahwa kuda-kuda itu bila berhenti tenang, dan bila berlari sangat cepat.

Baca Juga:  Surah Sad Ayat 41-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tersebutlah bahwa Nabi Sulaiman memiliki seribu ekor kuda, kuda-kuda itu ditampilkan di hadapannya setelah ia selesai melakukan salat Zuhur, karena ia bermaksud untuk berjihad dengan memakai kuda sebagai kendaraannya untuk melawan musuh. Sewaktu penampilan kuda baru sampai sembilan ratus ekor ternyata waktu Magrib telah tiba, sedangkan ia belum melakukan salat asar. Hal ini membuatnya berduka cita.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِذۡ عُرِضَ عَلَيۡهِ بِٱلۡعَشِىِّ ٱلصَّٰفِنَٰتُ ٱلۡجِيَادُ (“[ingatlah] ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore.”) yaitu dipertunjukkan kepada Sulaiman pada saat memerintah dan berkuasa.

بِٱلۡعَشِىِّ ٱلصَّٰفِنَٰتُ ٱلۡجِيَادُ (“kuda-kuda yang tenang di saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore.”) Mujahid berkata: “Yaitu kuda yang berhenti tegak di atas tiga kaki dan ujung tumit kaki keempat.” Demikian dikatakan oleh banyak ulama salaf. Ibnu Abi Hatim berkata, bahwa Ibrahim at-Taimi berkata: “Kuda-kuda yang menyibukkan Sulaiman berjumlah dua puluh ribu kuda yang kemudian disembelihnya.”

Tafsir Kemenag: Allah menyebutkan salah satu di antara peristiwa yang dihadapi Sulaiman, yang menyebabkan dia pantas mendapat pujian. Peristiwa itu terjadi pada saat beliau memeriksa pasukan berkuda yang biasanya dilakukan pada sore hari.

Kuda-kuda itu dilatih agar dapat diketahui ketangkasan dan kemampuan geraknya sehingga memungkinkan untuk dibawa dalam medan pertempuran. Juga dilatih kemampuannya untuk mengurangi kecepatannya atau berhenti seketika dan ditingkatkan daya tahannya menghadapi serangan-serangan mendadak.

Kuda-kuda itu dilatih sedemikian rupa agar dapat dikendalikan sesuai dengan taktik yang dikehendaki oleh pasukan yang mengendarainya. Ketangkasan kuda ikut menentukan berhasil tidaknya pasukan dalam menguasai medan perang dan mematahkan serangan musuh.

Tafsir Quraish Shihab: Ingatlah peristiwa yang dialami Sulaimân ketika ia, selepas waktu zuhur, dipertunjukkan kuda yang tenang ketika berhenti dan cepat ketika berlari.

Surah Sad Ayat 32
فَقَالَ إِنِّىٓ أَحۡبَبۡتُ حُبَّ ٱلۡخَيۡرِ عَن ذِكۡرِ رَبِّى حَتَّىٰ تَوَارَتۡ بِٱلۡحِجَابِ

Terjemahan: maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”.

Tafsir Jalalain: فَقَالَ إِنِّىٓ أَحۡبَبۡتُ (Maka ia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai) artinya, mempunyai maksud حُبَّ ٱلۡخَيۡرِ (bersenang-senang terhadap barang yang baik) yakni kuda عَن ذِكۡرِ رَبِّى (hingga aku lupa untuk berzikir kepada Rabbku) lupa melakukan salat asar حَتَّىٰ تَوَارَتۡ (sehingga tertutuplah) matahari بِٱلۡحِجَابِ (dari pandangan mata.”) artinya sehingga matahari itu tenggelam dan tidak kelihatan lagi.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقَالَ إِنِّىٓ أَحۡبَبۡتُ حُبَّ ٱلۡخَيۡرِ عَن ذِكۡرِ رَبِّى حَتَّىٰ تَوَارَتۡ بِٱلۡحِجَابِ (“Maka ia berkata: ‘Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik [kuda], sehingga aku lalai mengingat Rabb-ku sampai kuda itu hilang dari pandangan.’”) banyak ulama salaf dan para ahli tafsir menyebutkan bahwa Sulaiman disibukkan oleh tampilan kuda-kuda itu, hingga terluput waktu shalat ‘Asyar. Yang pasti beliau tidak meninggalkannya secara sengaja, sebagaimana Nabi Muhammad saw. pada perang Khandaq disibukkan dari shalat asyar, sehingga beliau melakukan shalat setelah matahari terbenam.

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 102; Seri Tadabbur Al Qur'an

Hal tersebut tercantum dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim dari beberapa jalan, antara lain dari Jabir, ia berkata: Umar datang pada perang Khandaq setelah matahari terbenam, lalu ia mencela orang-orang Quraisy dan berkata: “Ya Rasulallah, demi Allah aku hampir tidak shalat Asyar sehingga mendekati matahari terbenam.” Maka Rasulullah saw. bersabda:

“Demi Allah, akupun belum menunaikan shalat.” Lalu kami berdiri [dan berjalan] menuju satu tempat, maka Nabi berwudlu untuk shalat dan kami pun berwudlu. Lalu beliau shalat asyar setelah matahari terbenam, setelah itu beliau melakukan shalat maghrib.”

Dan boleh jadi bahwa dalam agama mereka, mengakhirkan shalat karena udzur peperangan [adalah] dibolehkan, sedangkan kuda untuk digunakan dalam perang.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menjelaskan keadaan Sulaiman pada saat menyaksikan latihan kuda itu. Ia mengatakan bahwa ia menyukai kuda karena sangat berguna untuk digunakan sebagai alat menegakkan kebenaran dan membela agama Allah.

Kesenangannya melatih kuda itu sedemikian dalamnya, sehingga tiap sore hari ia mengunjungi tempat latihan kuda hingga matahari terbenam di ufuk langit bagian barat yaitu hingga cahaya matahari mulai sirna, dan gelapnya malam menghalangi pemandangannya untuk menyaksikan latihan itu.

Pada saat-saat itulah terjadi pergolakan dalam dirinya, kepentingan manakah yang harus didahulukan di antara kedua kepentingan. Kepentingan pertama ialah kesadaran jiwanya untuk beribadah kepada Allah. Sedangkan kepentingan kedua ialah melatih kuda untuk kepentingan menegakkan kebenaran dan membela kalimat tauhid. Dalam keadaan seperti itu, ia menyadari bahwa apabila ia menyaksikan latihan berkuda itu hingga larut malam, berarti ia mengabaikan ibadah yang harus ia lakukan.

Pada Ayat ini tidak dijelaskan secara terperinci apakah kesenangan Sulaiman memeriksa latihan kuda itu menyebabkan ia kehilangan waktu untuk melakukan ibadah atau tidak. Begitu pula tidak diterangkan mana yang didahulukan oleh Sulaiman, memeriksa latihan kuda atau melaksanakan ibadah.

Namun yang dapat dipahami dari Ayat tersebut ialah pada saat dia asyik menyaksikan latihan kuda, terbetiklah dalam hatinya kesadaran beribadah kepada Allah, apabila keasyikannya itu dituruti, niscaya berlarut-larut hingga kehilangan kesempatan untuk bermunajat dengan Allah.

Maka pengertian yang patut diambil dari Ayat ini ialah, pergolakan yang terjadi pada diri Sulaiman itu ialah penyesalan karena tidak melakukan ibadah kepada Allah pada awal waktunya, karena sibuk menyaksikan latihan kuda. Kemudian ia sadar dan melaksanakannya di akhir waktu.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian ia berkata, “Aku sungguh sangat menyenangi kuda karena ia merupakan sarana terbaik untuk berjihad di jalan Allah. Kesenanganku itu timbul karena ingat kepada Tuhan.” Ia masih terus sibuk dengan pertunjukan sampai kuda-kuda itu lenyap dari pandangannya.

Surah Sad Ayat 33
رُدُّوهَا عَلَىَّ فَطَفِقَ مَسۡحًۢا بِٱلسُّوقِ وَٱلۡأَعۡنَاقِ

Terjemahan: “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.

Tafsir Jalalain: رُدُّوهَا عَلَىَّ (Ia berkata, “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”) yaitu kuda-kuda yang ditampilkan tadi kemudian mereka membawanya kepada Nabi Sulaiman فَطَفِقَ مَسۡحًۢا (lalu ia membabat kuda-kuda itu) dengan pedangnya بِٱلسُّوقِ (pada kaki-kakinya) lafal As-Suuq ini adalah bentuk jamak dari lafal Saaqun وَٱلۡأَعۡنَاقِ (dan pada lehernya) artinya Nabi Sulaiman menyembelih semua kuda-kuda itu kemudian memotong kakinya sebagai kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena kuda-kuda itu ternyata membuatnya lalai dari salat; kemudian ia menyedekahkan daging-dagingnya.

Baca Juga:  Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid bagi Kaum Muslimin

Akhirnya Allah menggantikan kudanya dengan kendaraan yang jauh lebih baik dan lebih cepat larinya, yaitu kendaraan angin; angin dapat diperintah untuk bertiup dengan membawanya ke mana saja yang ia kehendaki.

Tafsir Ibnu Katsir: رُدُّوهَا عَلَىَّ فَطَفِقَ مَسۡحًۢا بِٱلسُّوقِ وَٱلۡأَعۡنَاقِ (“Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku.’ Lalu ia mengusap-usap kaki dan lehernya.”) al-Hasan al-Bashri berkata: “Beliau berkata: ‘Tidak, demi Allah. Janganlah engkau sibukkan diriku dari beribadah kepada Rabb-ku, inilah kesempatan terakhirmu.’ Kemudian beliau memerintahkan untuk menyembalihnya.” Demikian pula yang dikatakan oleh Qatadah.

Untuk itu beliau keluar tanpa kuda-kuda itu karena Allah Ta’ala, maka Allah menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik, yaitu angin yang bertiup sesuai dengan perintahnya yang perjalanan di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanan di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan [pula]. Angin itu justru lebih cepat dan lebih baik daripada kuda.

Imam Ahmad meriwAyatkan bahwa Abu Qatadah dan Abud Dahma’ banyak melakukan perjalanan menuju Baitullah, keduanya berkata: Kami mendatangi seorang laki-laki penduduk kampung, lalu laki-laki desa itu berkata kepaa kami: ‘Rasulullah menggenggam tanganku dan mengajarkan kepadaku sesuatu yang diajarkan oleh Allah dan bersabda:

“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takwa kepada Allah Ta’ala, melainkan Allah akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih baik darinya.’”

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menjelaskan apa yang diperintahkan Sulaiman kepada para pelatih kudanya. Ia menyuruh pelatihnya agar kuda-kuda itu dibawa kembali kepadanya. Setelah pelatih itu membawa kuda kepadanya, ia pun mendekati. Lalu ia mengusap kaki dan leher kuda sebagai tanda kepuasan Sulaiman terhadap hasil gemilang yang dicapai kuda-kuda itu.

Dengan demikian kuda itu dapat dipergunakan dalam peperangan untuk menggempur musuh atau untuk mengelakkan serangan-serangan musuh yang datang secara mendadak.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa Sulaiman hamba Allah yang saleh, taat beribadah, teliti, dan cermat merencanakan perjuangan untuk menegakkan kalimat tauhid serta mempunyai kesadaran yang tinggi dalam saat-saat menentukan mana yang lebih penting dari yang penting.

Tafsir Quraish Shihab: Ia memerintahkan agar kuda-kuda itu diperlihatkan kembali kepadanya untuk dikenali betul hal ihwalnya. Kemudian ia mengusap kaki dan leher kuda sebagai bentuk ungkapan kasih-sayangnya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Sad Ayat 30-33 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S