Abu Hasan Krueng Kalee, Ulama Sufi Sekaligus Pakar Ilmu Falak Asal Aceh

Abu Hasan Krueng Kalee

Pecihitam.org – Abu Hasan Krueng Kalee adalah salah seorang Ulama kharismatik Aceh, Tokoh Ulama Sufi sekaligus Pakar Ilmu Falakiyah, yang berperan penting dalam perkembangan Islam di Aceh. Beliau memiliki nama lengkap Teungku Muhammad Hasan bin Teungku Muhammad Hanafiyah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Abu Hasan Krueng kalee lahir pada tanggal 13 Rajjab 1303 H/18 April 1886 M, di desa Meunasah Letembu, Langgoe Kabupaten Pidie. Saat itu ayah beliau yang merupakan pimpinan dayah Krueng Kalee sedang dalam pengungsian di daerah tersebut akibat perang dengan Belanda yang berkecamuk di wilayah Aceh Besar.

Pendidikan Abu Hasan Krueng Kalee

Setelah situasi mulai sedikit tenang, Muhammad Hasan kecil dibawa kembali oleh orang tuanya ke kampung halaman mereka di Krueng Kalee. Di sanalah perjalanan keilmuannya dimulai di bawah asuhan sang ayah, Tgk. Muhammad Hanafiyah yang lebih dikenal dengan panggilan Teungku Haji Muda. Selain itu ia juga belajar agama di Dayah Tgk. Chik di Keubok pada Tgk. Musannif yang menjadi guru pertama setelah ayahnya sendiri.

Ketika beranjak dewasa, Abu Hasan Krueng Kalee melanjutkan pendidikannya ke Malaysia, tepatnya di Negeri Yan, Kedah. Beliau berguru kepada Salah seorang Ulama Aceh yang turut mengungsi kesana akibat situasi perang, yakni Tgk. Chik Muhammad Irsyad Ie Leubeu.

Selanjutnya beliau berangkat ke Mekkah bersama dengan adik kandungnya, Tgk. Abdul Wahhab untuk melaksanakan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama. Namun setiba mereka di sana, adiknya tersebut meninggal dunia karena sakit.

Akan tetapi Hal tersebut tidak membuat Abu hasan patah semangat, ia tetap sabar dan teguh melanjutkan pendidikannya, belajar kepada para ulama besar Mesjid al-Haram hingga lebih kurang 7 tahun lamanya.

Baca Juga:  Teungku Abu Bakar Aceh, Ulama Nusantara yang Produktif

Selain belajar ilmu agama pada umumnya, ia juga mendalami ilmu falak dari seorang pensiunan jenderal kejaaan Turki Ustmani yang menetap di Mekkah. Hingga kemudian membuatnya ahli dalam bidang Falakiyah dan digelar dengan sebutan “Tgk. Muhammad Hasan Al-Asyie Al-Falaky.”

Kiprahnya Untuk Agama dan Bangsa

Sepulangnya dari Mekkah, Abu Hasan Krueng Kalee tidak langsung pulang ke Aceh, namun beliau terlebih dahulu menyempatkan diri tuk singgah di Pesantren gurunya Tgk. M. Irsyad Ie Leubeu di Kedah. Di pesantren ini Abu Krueng Kalee sempat mengajar beberapa tahun dan kemudian dijodohkan oleh gurunya dengan seorang gadis yatim yang juga keturunan Aceh bernama Nyak Safiah binti Husein.

Lalu Abu Hasan berangkat ke Meunasah Baro untuk mengajar di dayah pamannya, Tgk. Muhammad Sa’id. Tak lama kemudian beliau membuka pesantren sendiri di meunasah blang yang sekarang terletak di desa Siem bersebelahan dengan desa Krueng Kalee, Darussalam, Kabupaten Aceh Besar.

Di Dayahnya inilah beliau mengabdikan segala ilmu yang telah diperolehnya hingga akhirnya berhasil mencetak kader-kader ulama yang berpengaruh dan berpencar ke seluruh Aceh. Seperti misalnya Tgk. H. Abdul Rasyid Samlako, Tgk. H. Sayid Sulaiman, Tgk. H. Mahmud Blang Bladeh, Tgk. H. Idris Lamreung, dan banyak lagi lainnya.

Abu  Hasan Krueng Kalee memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan agama di Aceh pada masa berikutnya. Begitu pula dengan kiprahnya dalam bidang politik yang telah memberi arti penting, dukungan dan semangat bagi kelangsungan Republik Indonesia yang ketika itu baru seumur jagung.

Baca Juga:  Mengenal Abu Usman Fauzi, Ulama Kharismatik Nusantara Asal Aceh

Kiprahnya Dalam Dunia Politik

Meskipun Abu Krueng Kalee seorang Ulama Sufi terkemuka di Aceh, namun beliau tetap berusaha untuk terjun dalam dunia politik. Misalanya dalam upaya untuk mengusir penjajah Belanda, beliau membentuk laskar mujahidin yang beranggotakan para santri dan masyarakat untuk mengusir kolonial Belanda dari tanah Serambi Mekkah.

Beliau juga memberikan dukungannya terhadap kemerdekaan Republik Indonesia ketika itu dengan menerbitkan “Maklumat Ulama Seluruh Aceh” pada tanggal 15 oktober 1945.

Maklumat tersebut berisikan tentang fatwa bahwa perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia adalah sama halnya dengan perjuangan suci yang disebut perang sabil/Jihad Fii Sabilillah, dan merupakan lanjutan dari perjuangan Aceh terdahulu seperti perjuangan Alm. Tgk. Chik Di Tiro, dan pahlawan-pahlawan kebangsaan lainnya.

Keluarnya Maklumat Ulama seluruh Aceh ini sangat memberi dampak positif bagi pemeritah baru RI saat itu dan munculnya semangat dukungan fisik dan materil dari rakyat Aceh untuk membiayai perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

Sehingga tidak mengherankan, dalam kunjungan pertama Presiden Soekarno ke Aceh Juni 1948, ia menegaskan bahwa Aceh beserta segenap rakyatnya adalah modal utama bagi kemerdekaan RI.”

Sekitar tahun lima puluhan, Abu Hasan Krueng Kalee beserta beberapa tokoh lainnya memprakarsai lahirnya PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) di Aceh, kemduian beliau memimpin organisasi ini hingga tahun 1968.

Kiprah beliau dalam dunia politik terus berlanjut hingga pernah diangkat menjadi Dewan Konstituante pasca pemilu 1955 mewakili PERTI. Beliau Juga terus Istiqamah memberikan ilmu-ilmunya kepada masyarakat melaui konsultasi dan pengajian-pengajian.

Baca Juga:  Ulama Aceh Tanggapi Protes LSM Australia yang Menilai Pemotongan Hewan di Indonesia Tak Manusiawi

Karyanya dalam Bidang Tasawuf

Abu Hasan Krueng Kalee Terkenal juga dengan Kesufiannya, beliau adalah orang pertama yang memperkenalkan sekaligus mengembangkan Thariqat al-Haddadiyah di Aceh, hal ini sesuai dengan keterangan yang dijelaskan dalam sanad thariqat.

Guna menyebarkan Thariqat tersebut, beliau menuliskan sebuah kitab panduan dalam Ilmu pengamalan thariqat al-Haddadiyah yang bernama “Risalah Lathifah Fi Adab adz-Dzikr wa al-Tahlil wa Kaifiyatu Tilawah al-Shamadiyah ‘ala Thariqat Quthb al-Irsyad habib Abdullah al-Haddad”.

Akhir Hayat

Abu Hasan Krueng kale rahimahullah meninggal dunia Pada malam Jum’at sekitar pukul 3 dini hari tanggal 19 Januari 1973. Beliau meninggalkan tiga orang istri, yakni Tgk. Hj. Nyak Safiah di Siem, Tgk. Nyak Aisyah di Krueng Kalee dan Tgk. Hj. Nyak Awan di Lamseunong.

Dari ketiga istri tersebut Abu Krueng Kalee Meninggalkan Tujuh belas orang putra dan putri. Salah seorangnya yaitu Tgk. H. Syech Marhaban yang sempat menjabat Mentri Muda Pertanian pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Demikian sekilas sejarah dan Biografi singkat Abu Hasan Krueng Kalee, Seorang Ulama Sufi Nusantara yang sangat terkenal. Ahli Ilmu Falak yang berasal dari Tanah Rencong. Semoga bermanfaat. Wallahua’lambisshawab!

Muhammad Haekal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *