Alhamdulillah; Makna Kata, Tafsir dan Keutamaannya dalam Hadis Nabi

Alhamdulillah; Makna Kata, Tafsir dan Keutamaannya dalam Hadis Nabi

PeciHitam.org – Ketika menerima Hadiah, ucapkankan Alhamdulillah. Ketika mendapatkan rejeki yang tidak disangka-sangka, maka ucapkan Alhamdulillah. Saat diberi kesehatan oleh Allah SWT maka sepantsnya manusia mengucapkan Alhamdulillah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ungkapan rasa Syukur berupa kalimat tahmid menjadi kebiasaan dan budaya dalam Umat Islam. Selain menjadi Budaya yang baik ternyata alhamdulillah menyimpan banyak sekali keistimewaan yang sangat besar. Penggunaan yang benar dan rahasia-rahasia keutamaan Alhamdulillah akan penulis kupas di bawah ini;

Daftar Pembahasan:

Pengertian dan Tulisan Alhamdulillah dalam Bahasa Arab

Kata alhamdulillah merupakan kata untuk bersukur dalam bahasa Arab. Kata sukur sekira sama dengan ungkapan terima kasih dalam bahasa Indonesia, walaupun memiliki kedalaman berbeda dengan terjemahannya. Kata Alhamdulillah sering disebut kata Tahmid atau Hamdalah. Dalam bahasa Arab, penulisan alhamdulillah adalah;

 اَلْحَمْدُلِلَّهِ

Dengan Transliterasi; Alhamdulillah, dan maknanya; Segala puji bagi Allah. Alhamdulillah juga memiliki pelafdzan lengkap sebagaimana dalam surat Al-Fatihah Ayat 2 yaitu;

اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن

Transliterasi; Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin, dengan makna lengkapnya “Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam“.

Guna memahami lafadz Alhamdulillah secara lebih mendalam kiranya menyimak penjelasan penjelasan Dr. Amir Faishol Fath. Beliau menjelaskan bahwa penambahan al (اْل) berfungsi sebagai Marifat atau kata Khusus dalam bahasa Arab yaitu bentuk definitif dan pernyataan, bahwa segala puji hanya milik Allah.

Bentuk marifat adalah bentuk kata khusus untuk menunjukan “Segala Pujian, Kebaikan” hanya milik Allah atau berasal dariNya. Ajaran Islam mengajarkan, bahwa kekuasaan dan perbuatan merupan garis qadar Allah SWT. Sehingga kebaikan-pun berasal dari diriNya, bukan semata-mata perbuatan manusia itu sendiri.

Penggunaan kata Alhamdu (اَلْحَمْدُ), karena memang hanya Allah yang berhak, layak dan pantas dipuji. Selain Allah SWT tidak ada yang pantas dipuji dan diagungkan. Dasarnya adalah Allah dzat Mahatinggi dan Dia tetep Mahatinggi walau tidak dipuji siapapun.

Tafsir Kata Alhamdulillah

Kata Alhamdulillah memiliki banyak kandungan, menjadikan penafsiran terhadap kata ini sangat banyak menurut para mufassirin. Kata (اَلْحَمْدُ) merupakan pujian Khusus untuk Allah yang berhak, layak dan pantas dipuji.

Kekhususan pujian Alhamdu hanya kepada Allah SWT, maka selainNya tidak pantas dipuji dan diagungkan. Pujian kepada Allah adalah sebuah fakta bukan pengakuan.

Baca Juga:  Adab Istri Terhadap Suami, Perempuan Wajib Baca!

Lain hal dengan manusia yang membutuhkan pengakuan jika ingin dianggap terpuji. Makhluk akan terpuji ketika ia dipuji, maka ia akan merasa diangkat dan apabila ia tidak dipuji maka ia akan merasa diturunkan atau dihinakan.

Karenanya Eksistensi manusia bergantung kepada makhluk lainnya, sedangkan Allah SWT dengan sendiriNya sudah terpuji dan wujud.

Maka dalam Aqidah Asyariyah, Allah SWT dikatakan sebagai Waajibul Wujud (eksistensi yang Mutlak). Oleh karena itu ada atau tidak ada yang memujiNya, tidak akan menurunkan statusnya sebagai Tuhan.

Makna alhamdulillah yang terucap dari lisan seorang muslim memberikan tanda bahwa ia bukanlah siapa-siapa yang mampu berkehendak. Segala apa yang ia terima adalah kenikmatan yang telah Allah berikan dan pada akhirnya akan kembali pada-Nya.

Dalam Tafsir Al-Qurthubi menerangkan bahwa Tafsir Alhamdu bermakna pujian sempurna dan paripurna. Tidak ada pujian lain menyamai pujian alhamdu.

Fungsi penambahan al (اْل) dalam kata ini adalah untuk merujuk adanya istighraq (pencakupan segala jenis pujian). Hanya Allah SWT yang berhak mendapatkan segala jenis pujian, sebab Dia-lah pemilik Nama-nama yang mulia dan Sifat-sifat terpuji.

Lanjutannya dalam tafsir adalah kata Alhamdu adalah pujian yang diiringi pengagungan dan rasa cinta terhadap yang dipuji. Kita mengagungkan Allah karena kesempurnaan dzat, sifat dan perbuatan-Nya, serta rasa kecintaan kepada Allah SWT.

Adapun pujian yang kosong dari pengagungan dan rasa cinta, tidaklah dinamakan alhamdu, akan tetapi menggunakan redaksi Almadhu (المدح)-sanjungan.

Tafsir Ala Pesantren

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta alam

Tafsir serta pemaknaan dari alhamdulillahi Rabbil Aalamiin pada bahwa lafadz (الْحَمْدُ) mengandung segala Pujian. Di pesantren salaf sering diartikan bahwa pujian itu ada 4 jenis.

Pertama;  Pujian Allah pada dzatNya, kedua; Pujian Allah pada MakhlukNya, ketiga; Pujian Makhluk pada Allah, keempat Pujian Makhluk kepada Makhluk.

Keempat jenis pujian tersebut secara Hakiki adalah Pujian kepada Allah SWT semata. Karena yang berhak pada pujian hanya Allah dan pantas untuk dipuji.

Manusia memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah bermaksud menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik.

Baca Juga:  Siti Khadijah, Seorang Janda yang Menjadi Istri Pertama dan Tercinta Nabi Muhammad SAW

Lafadz (الْحَمْدُ)  merupakan kata yang paten tidak bisa diganti dengan kata sejenisnya. Karena lafadz ini adalah kemutlakan dan mengandung makna mendalam.

Menurut Gus Baha (KH. Bahaudin Nur Salim) mengatakan bahwa lafadz (الْحَمْدُ) adalah kalam Khabr bukan kalam Insya. Kalam Khabar adalah penetapan terhadap sesuatu yang sudah pasti. Sebagaimana Pujian hanya milik Allah adalah sebuah kepastian dan bukan opini.

Jadi tidak boleh diganti dengan (حمدت الله) saya memuji Allah. Walaupun secara tata bahasa sah, akan tetapi tidak mewakili keagungan dari kata (الْحَمْدُ).

Oleh karenya, lafadz (الْحَمْدُ) adalah lafadz mutlak yang berupa kalam khabar, untuk mengajarkan kepada kita tentang keagungan dan terpujinya Allah SWT. (رَبِّ) bermakna Tuhan yaitu ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah).

Keutamaan Kalimat  Alhamdulillah dalam Hadis Nabi

Tafsir di atas menunjukan tentang keluasan makna alhamdulillah. Makna luas juga menjadikan keistimewaan dan keutamaan dalam membacanya. Beberapa keutamaan dalam pembacaan tahmid atau hamdalah sebagai berikut;

Pertama, jika kita mengucapkan tahmid-hamdalah akan dituliskan 30 kebaikan dan dihapuskannya 30 kesalahan. Nabi Muhammad SAW bersabda;

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ اصْطَفَى مِنْ الْكَلَامِ أَرْبَعًا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ قَالَ وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِهَا عِشْرُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ عِشْرُونَ سَيِّئَةً وَمَنْ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَ لَهُ بِهَا ثَلَاثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا ثَلَاثُونَ سَيِّئَةً

Artinya; Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memilih empat perkataan, yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, dan allahu akbar. Barangsiapa mengucapkan Subhanallah maka akan dituliskan untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa mengucapkan Allahu Akbar maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallah maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula Dan barangsiapa mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil alamin dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapuskan darinya tiga puluh kesalahan. (HR. Ahmad)

Penjelasan tentang (وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ) yaitu seorang muslim melakukan dzikir menggunakan lafadz Alhamdulillah dalam hatinya maka akan ditulis 30 kebaikan dan dihapus 30 keburukan.

Baca Juga:  Inilah 4 Fungsi Masjid Dilihat dari Perspektif Al-Quran dan Sunnah

Imam Nawawi dalam kitab Adzkar menjelaskan bahwa dzikir boleh dilakukan hanya dengan hati, akan tetapi afdhalnya menggunakan hati dan Lisan.

Kedua, Alhamdulillah adalah sebaik-baiknya doa. Hal ini bukan sebuah isapan jempol belaka, sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi SAW;

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ

Artinya; Dari Jabir bin Abdillah RA, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallah dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah ( HR. Tirmidzi).

Tergambar bahwa Alhamdulillah memiliki keistimewaan yang dalam Doa. Ternyata bentuk terima kasih atau syukur kita kepada Allah adalah sebaik-baiknya doa.

Semakin banyak kita bersyukur maka sama dengan kita semakin banyak berdoa kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah menerangkan, barang Siapa Bersyukur kepada-Ku maka akan Kutambahkan Nikmat-Ku.

Syukur nikmat dengan mengucap alhamdulillah adalah bentuk sopan-santun dan akhlak kita kepada Allah SWT. Jangan bersikap kufur dengan selalu meratapi apa yang sudah dimiliki, karena hal tersebut merupakan sebuah bentuk kelancangan kepada Allah. Ash-Shawabu minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq