Gara-gara Turun Ayat Quran Tsabit bin Qais Tak Mau Bertemu Rasulullah

Tsabit bin Qais

Pecihitam.org – Ia bernama Tsabit bin Qais, seorang juru bicara kebanggaan Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan seorang sahabat Anshar, salah satu pemuka Khajraj terpandang dan pembesar Yatsrib yang sangat diperhitungkan keberadaanya oleh siapapun. Ia berhati lembut, cerdik, responsif, pandai dalam bertutur kata dan bersuara keras. Jika dia berbicara maka akan mengalahkan lawan bicaranya, jika berkhutbah maka dia menyihir para pendengarnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tsabit bin Qais adalah salah satu diantara orang-orang yang masuk Islam angkatan pertama di Yatsrib. Bermula ketika Tsabit menyimak lantunan merdu Al-Qur’an yang penuh hikmah, dimana dilantunkan oleh seorang da’i Makkah Musab bin Umair dengan suaranya yang syahdu dan tekanannya yang merdu.

Seketika Al-Qur’an menawan hati serta memenuhi pikirannya, dan akhirnya Allah melapangkan hati Tsabit kepada Islam. Dengan meninggalkan kedudukannya dan menggantinya dengan diangkat namanya karena bergabung di bawah panji Islam dan berjuang bersama Rasulullah SAW.

Pada suatu ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah sebagai Muhajir. Tsabit bin Qais dan para petinggi Yatsrib menyambut Rasulullah bersama rombongannya, mereka disambut dengan hangat. Kemudian Tsabit menyampaikan khutbahnya di depan Rasulullah SAW.

Tsabit memulai khutbahnya dengan menyebut nama Allah dan menyanjung-Nya serta shalawat kepada Nabi-Nya. Setelah selesai berkhutbah, Tsabit menutupnya dengan kata:

Baca Juga:  Kisah Terbebasnya Seorang Ibu dari Api Neraka Berkat Bacaan Tahlil

“Kami berjanji kepadamu ya Rasulullah, akan melindungimu seperti kami melindungi diri kami, anak-anak kami, istri-istri kami dari setiap marabahaya yang akan menimpa. Dan apakah yang akan menjadi balasannya.?”. Kemudian Rasulullah SAW menjawabnya “surga”. Seketika itu para jamaah yang mendengarnya wajahnya mengisyaratkan kegembiraan dan raut muka mereka memancarkan keceriaan, mereka akhirnya berkata “kami rela ya Rasulullah, kami rela ya Rasulullah”.

Sejak saat itu Rasulullah SAW mengangkat beliau menjadi juru bicara dan Hassan bin Tsabit menjadi penyairnya. Tsabit adalah seorang laki-laki mu’min dengan iman yang dalam. Bertakwa dengan ketakwaan yang sungguh. Sangat takut kepada Rabb-nya dan sangat berhati-hati dengan perintah serta larangan-Nya.

Rasulullah SAW pernah menguji kemampuan Tsabit bin Qais dimana saat menghadapi serombongan orang dari Bani Tamim yang menghadap Rasulullah dengan tujuan untuk unjuk kebolehan juru bicara mereka.

Dalam pertemuan itu, mereka memerintahkan Utharid bin Hajib sebagai utusan Bani Tamim menjadi jurur bicara untuk mengemukakan sesuatu di hadapan Rasulullah SAW dan beberapa Sahabat. Setelah mereka selesai mengungkapkan apa yang menjadi maksudnya. Rasulullah memerintahkan Tsabit bin Qais untuk berdiri dan menyampaikan sesuatu pula. Dengan tenang dan khdmat Tsabit berdiri dihadapan mereka.

Baca Juga:  Kisah Hikmah: Ketika Nabi Yusuf dan Nabi Musa di Tegur oleh Allah

Tsabit menyampaikan kalimatnya dengan penuh makna, tentang keberadaan Rasulullah Saw sebagai utusan. Kalimat-kalimatnya menjadikan utusan Bani Tamim semakin kagum dengan Rasulullah SAW dan mereka semakin hormat kepada Rasul.

Selain menjadi juru bicara kebanggaan, Tsabit juga menunjukkan kemampuan di medan perang, dia menunjukkan keberaniannya dan kegigihannya dalam mengikuti peperangan. Seperti pada saat perang Uhud, Tsabit juga ikut andil di dalamnya dan dia selalu dalam barisan terdepan membawa bendera Anshar.

Ada kisah menarik yang mana suatu hari, Nabi Saw menyampaikan firman Allah yang berbunyi;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah-janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujurat:2)

Sejak turunnya ayat itu, Tsabit bin Qais menjauh dari majelis-majelis Rasulullah, sekalipun dia sangat mencintainya dan sangat berkeinginan untuk mendatanginya. Tsabit diam di rumahnya dan tidak pernah meninggalkannya kecuali hanya untuk shalat berjamaah.

Rasulullah pun mencari-cari Tsabit, beliau bertanya, “Siapa yang hadir membawa beritanya kepadaku?” Maka seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku ya Rasulullah.”

Baca Juga:  Kisah Singkat Muadzah Al Adawiyyah, Seorang Wali Perempuan Masa Tabiin

Laki-laki Anshar ini pergi ke rumahnya, dia melihat Tsabit dalam keadaan berduka dan bersedih, kepalanya tertunduk, laki-laki Anshar ini bertanya, “Mengapa dengan dirimu wahai Abu Muhammad?” Tsabit menjawab, “Buruk.” Dia bertanya, “Apa itu?”

Tsabit menjelaskan, “Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa aku bersuara tinggi, tidak jarang suaraku mengalahkan tingginya suara Rasulullah, sementara ayat al-Qur’an telah turun seperti yang telah kamu ketahui, aku tidak menyangka sama sekali bahwa amalku telah batal dan aku akan menjadi penghuni neraka.”

Laki-laki Anshar ini pun pamit dan menyampaikan jawaban Tsabit kepada Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, “Pergilah kepadanya dan katakan, ‘Kamu bukan penghuni neraka sebaliknya kamu adalah penduduk surga’.”

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik