Inilah Sumber Tasawuf Yang Wajib Kita Ketahui (Bagian 2)

sumber tasawuf

Pecihitam.org – Seperti pada pembahasan pada bagian pertama yakni sumber tasawuf yang berasal dari unsur islam. Dan pada artikel ini kita akan kembali membahas tentang sumber tasawuf yang diduga sumbernya berasal dari unsur luar Islam. Perlu kita identifikasikan bahwasanya dalam berbagai literatur yang ditulis para orientalis barat bahwa disana menjelaskan bahwa tasawuf Islam dipengaruhi oleh adanya unsur agama masehi, unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia. Pernyataan ini tentu bisa saja diterima secara akademik namun secara akidah tentu kita perlu berhati hati.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dimana Para orientalis Barat menyimpulkan bahwa adanya unsur luar Islam masuk ke dalam tasawuf itu disebabkan karena secara historis agama-agama tersebut telah ada sebelum Islam datang. Bahkan menurut mereka banyak dikenal oleh masyarakat Arab yang kemudian masuk Islam. Namun yang perlu kita ketahui ialah sekalipun histori agama telah ada sebelum islam dan tasawuf konon dipengaruhi oleh agama agama luar Islam, namun tidak secara otomatis mempengaruhi kehidupan tasawuf. Toh para penyusun ilmu Tasawuf atau orang yang kelak menjadi sufi pun bukan berasal dari mereka.

Untuk itu, berikut unsur unsur di luar islam yang diduga mempengaruhi tasawuf.

Daftar Pembahasan:

1. Unsur Masehi

Unsur pertama ialah, Tasawuf dianggap mendapatkan pengaruh dari usur Masehi, dan tentu anggapan ini berangkat dari orang Arab yang kononnya sangat menyukai cara kependetaan, khususnya dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini tidak mengherankan jika Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman Jahiliyah. Hal ini diperkuat pula oleh Goldziher yang mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama Nasrani.

Baca Juga:  Gagasan Mistik dan Filsafat dalam Pemikiran Ibn Arabi

Tidak hanya itu, Selanjutnya Noldicker mengatakan bahwa pakaian wol kasar yang kelak digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh para pendeta. Sedangkan Nicholson mengatakan bahwa istilah-istilah tasawuf itu berasal dari agama Nasrani, dan tidak hanya itu, ada yang malah berpendapat bahwa aliran tasawuf berasal dari agama Nasrani.

Serta menurut keyakinan mereka, rupanya sikap Fakir merupakan sikap yang mempengaruhi tasawuf islam. Dan tentu hal ini terjadi karena Nasrani berkeyakinan bahwasanya Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir dan Injil disampaikan kepada orang orang fakir. Sebagaimana Isa mengatakan

“Beruntunglah kamu orang orang miskin, karena bagi kamulah kerajaan Allah. beruntunglah kamu orang orang yang lapar, karena kamu akan kenyang”

2. Unsur Yunani

Setelah berangkat dari unsur Masehi, Tasawuf kembali dinilai punya sumber dari unsur Yunani. Dan itu dikarenakan kebudayaan Yunani yakni filsafatnya masuk pada dunia di mana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut memengaruhi pola berpikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Kalau pada bagian uraian dimulai perkembangan tasawuf ini baru dalam taraf amaliah (akhlak) maka dalam pengaruh filsafat Yunani ini maka uraian-uraian tentang tasawuf itu pun telah berubah menjadi tasawuf filsafat.

Tentu pada perihal ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi’ yang memang merupakan filsuf Islam, begitupun dengan al-Kindi, Ibn Sina terutama dalam uraian mereka tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibn Arabi, Suhrawardi, dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam

Sehingga Apabila diperhatikan memang cara kerja dari filsafat itu adalah segala sesuatu diukur menurut akal pikiran. Tetapi dengan munculnya filsafat aliran Neo Platonis menggambarkan bahwasanya hakikat yang tertinggi hanya dapat dicapai lewat yang diletakkan Allah pada hati setiap hamba setelah seseorang itu membersihkan dirinya dari pengaruh materi. Ungkapan Neo Platonis: “Kenallah dirimu dengan dirimu” diambil oleh para sufi dan diantara sufi berkata : “Siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya”.

3. Unsur Hindu/Budha

Dalam unsur ini, Al Birawi mencatat bahwasannya ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah Tasawuf dengan Hindu. Mungkin tidak asing lagi bagi kita terkait paham Reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain) dari cara terlepas dari dunia Versi Hindu/Budha dengan persatuan diri dengan mengingat Allah. Tidak hanya itu bahkan salah satu Maqomat Sufiah Al Fana tampaknya ada persamaan dengan ajaran Nirwana dalam agama Hindu. Sedangkan Goldziher malah beranggapan bahwa ada hubungan persaman tokoh antara Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham sang tokoh sufi.

Menanggapi hal ini sebetulnya perlu ketelitian yang luar biasa, bagaimana tidak? Ajaran Tasawuf yang dianggap mendapatkan pengaruh dari unsur agama Hindu atau Budha jelas sedikit membingungkan. Dan tentu ini terjadi karena belum ada sejarah perkembangan agama Hindu atau Budha pada zaman Nabi ataupun sahabat, itulah mengapa Qomar Kailani beranggapan bahwa pandangan diatas terlalu ekstrim. Bagaimana bisa ajaran tasawuf itu berasal dari Hindu/Budha, karena jika iya. Tentu pada zaman Nabi Saw telah berkembang ajaran Hindu/Budha padahal sepanjang sejarah tak ada yang mengisahkan perihal tersebut.

Baca Juga:  Memahami Konsep Fana dari Sudut Pandang Buya Syakur
4. Unsur Persia

Sebenarnya jika kita tengok pada sejarah yang bahwasanya antara Arab dan Persia memang dari dulu telah menjalin hubungan seperti dalam bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun jikalau membahas tentang unsur Persia diduga mempengaruhi tasawuf Islam belum ditemukan dalil yang kuat, terkait kehidupan rohani Persia yang masuk ke tanah Arab.

Sehingga Dari penjelasan diatas tentu akan muncul pertanyaan tentang mengapa kita sering menjumpai berbagai literatur yang ditulis para orientalis yang menerangkan bahwasanya tasawuf Islam dipengaruhi oleh unsur Agama diluar Islam? Tentu hal ini dikarenakan mereka mengidentikkan ajaran Islam sebagaimana ajaran non Islam. Yakni dibangun dari hasil pemikiran logika yang dipengaruhi oleh situasi sosial. Sehingga kita perlu pertegas bahwa ajaran Islam bersumber pada Wahyu Al Qur’an dan Sunnah, dan kedua ini jelas bukan produk hasil manusia.

Sumber referensi: Akhak Tasawuf dan Karakter Mulia oleh Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.

Rosmawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *