Kisah Pemuda Faqir Yang Meminta Sesuap Makanan Pada Syeikh Junaid al-Baghdadi

Kisah Pemuda Faqir Yang Meminta Sesuap Makanan Pada Syeikh Junaid al-Baghdadi

Pecihitam.org – Barangsiapa yang mencintai Nabi SAW, maka pastilah ia mencintai orang-orang faqir miskin dan berusaha untuk membantu meringankan beban mereka sekedar kesanggupannya. Karena jika tidak, maka sungguh kecintaannya terhadap Nabi adalah dusta dan omong kosong belaka. Terdapat satu Kisah Pemuda Faqir yang meminta sesuap makanan kepada Syeikh Junaid al-Baghdadi. berikut kisahnya!

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Syeikh Junaid al-baghdadi adalah seorang Ulama Sufi sekaligus Guru/Mursyid thariqat, ketika beliau wafat, kedudukannya diganti oleh seorang pria bernamaa Muhammad al-Hariri yang pernah merantau dan bermukim di Mekkah selama satu tahun.

Sehari-harinya Syeikh Junaid terus berpuasa dan tidak pernah berbuka, dan di malam harinya tidak pernah tidur, bahkan punggungnya belum pernah menyentuh dinding dan kakinya tidak pernah istirahat.

Ketika Syeikh Junaid telah berumur 60 tahun, pernah suatu ketika beliau duduk di makam Qibtiyah, dan waktu ditanya tentang keistimewaan yang pernah dijumpai, beliau pun menjawab: Ketika aku sedang duduk di satu sudut, masuklah seorang pemuda yang bertutup kepala dan tak beralas kaki dengan rambut yang terurai dan wajah yang pucat.

Lalu pemuda itu berwudhu dan shalat 2 raka’at, sesudah itu ia letakkan kepalanya pada bagian saku hingga masuk waktu maghrib, maka ia pun shalat berjamaah dengan kami, kemudian ia kembali meletakkan kepalanya seperti semula.

Baca Juga:  Islam dan Kasih Sayang, Sebuah Cerita Sahabat Umar Ra dan Seekor Burung Pipit

Tepat malam itu sang Khalifah Baghdad memanggil kaum sufi untuk ceramah agama, dan disaat kami hendak berangkat pemuda itu ditanya: “maukah engkau ikut bersama kami memenuhi panggilan Khalifah?”, ia menjawab: “Aku tidak membutuhkan hal itu, yang kuinginkan hanyalah makanan darimu”.

Didalam hati aku berkata: “Jawabannya tidaklah sejalan dengan kemauan orang, malahan menuntut sesuatu dariku”. Maka aku pun tak ambil pusing, aku membiarkannya dan segera berangkat ke tempat acara yang diselenggarakan oleh Khalifah.

Singkat cerita, sepulang dari pengajian aku pun kembali kesudut semula, dan kulihat pemuda itu sepertinya sedang terlelap, maka aku pun akhirnya mulai tidur.

Didalam tidur aku bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW, Beliau bersama dengan dua orang tua yang bercahaya kedua-duanya. Dibelakang Rasulullah SAW ada rombongan besar dengan wajah yang bersinar terang benderang pula.

Lalu aku pun diberitahu bahwa ini adalah Rasulullah SAW yang didampingi oleh Nabi Ibrahim as disisi kanan dan Nabi Musa as disisi kiri, sedangkan rombongan dibelakangnya adalah para Nabi ‘alaihimusshalatu wassalam sejumlah 124.000 orang Nabi.

Baca Juga:  Kisah Malaikat Maut Menangis dan Tertawa Saat Mencabut Nyawa Manusia

Ketika aku tahu hal tersebut, lantas aku mendekati beliau SAW dan berusaha tuk menjabat tangannya yang mulia, namun beliau palingkan wajahnya yang mulia itu lalu menghindariku. Hal ini diulang hingga tiga kali. Dan ketika ditanyakan masalahnya beliau menjawab:

“Sungguh, engkau telah berlaku kikir ketika ada seorang faqir dari golongan kami menginginkan makanan darimu, hingga ia dibiarkan dalam keadaan lapar malam ini”.

Seketika itu juga aku terbangun dari tidurku dengan hati yang diliputi rasa takut yang luar biasa sampai-sampai tubuhku pun bergetar. Dan ketika kulihat, pemuda tersebut sudah tidak berada ditempat tadi. Akhirnya aku pun keluar dari sudut dan mencarinya. Ketika aku menemukannya lantas aku memanggilnya:

“Wahai pemuda, demi Allah yang telah menciptakan dirimu, ku mohon tunggulah sebentar, ini makanan untukmu”. Kemudian ia memandang kearahku dengan tersenyum seraya berkata: “Wahai tuan guru/Syeikh, siapakah yang menginginkan sesuap makanan darimu? dan mana bisa dijumpai para Nabi sejumlah 124.000 dapat menjadi penolongmu hanya dengan sesuap makanan?”. Lalu ia pun menghilang.

Baca Juga:  Kisah Ummu Mahjan, Marbot Masjid Perempuan di Masa Rasulullah Saw

Pelajaran yang sangat berharga dari kisah pemuda faqir yang meminta makanan kepada Syeikh Junaid ini adalah agar kita dapat meringankan tangan dalam membantu sesama dan rajin-rajin bersedekah, terlebih-lebih terhadap orang-orang faqir yang sangat membutuhkan pertolongan kita.

Karena Rasulullah SAW adalah orang yang sangat mengasihi terlebih bagi faqir miskin, bahkan beliau pun mengkategorikan mereka kedalam golongannya, maksudnya, Rasulullah juga merupakan orang yang miskin harta. Sehingga orang-orang mukmin yang faqir dikategorikan masuk kedalam golongan beliau SAW dalam hal ini.

Maka jika kita mengaku mencintai beliau, sudah sepatutnya bagi kita untuk mencintai orang-orang faqir miskin diluar sana, peduli kepada mereka dan ikut membantu meringankan beban mereka sekedar kemampuan kita.

Semoga bermanfaat bagi para pembaca yang budiman, Wallahua’lambisshawab!

[Referensi: Disarikan dari kitab Durratun Nasihin]

Muhammad Haekal