Pondok Pesantren Hidayatut Thullab; Berdiri Sejak Zaman Majapahit di Trenggalek

Pondok Pesantren Hidayatut Thullab; Berdiri Sejak Zaman Majapahit di Trenggalek

PeciHitam.org – Di daerah Kabupaten Trenggalek, terdapat sebuah pesantren yang sudah berdiri sejak akhir abad ke-18 atau tepatnya pada tahun 1790 Masehi. Pondok Pesantren Hidayatut Thullab atau yang biasa disebut dengan Pondok Tengah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Masyarakat sekitar juga biasa menyebutnya dengan nama Pondok Kamulan atau Pondok Durenan yang dinisbatkan kepada nama tempat yang menjadi lokasi pondok pesantren tersebut.

Penyebutan Pondok Tengah lebih masyhur dibandingkan penyebutan dengan nama lainnya, sebab hal ini membedakan antara pesantren lainnya yang masih berada pada wilayah Desa Kamulan. Setidaknya ada lima pesantren yang terletak di desa Kamulan. Posisi Pondok Pesantren Hidayatut Thullab berada di tengahnya.

Pesantren tersebut memiliki gaya arsitektur yang cukup megah dan sudah berdiri sejak kerajaan Majapahit. Awalnya daerah yang menjadi lokasi pesantren tersebut masih berupa hutan belantara, bekas reruntuhan Kerajaan Sendang Kamulan. Pesantren ini didirikan oleh Kyai Yunus.

Kyai Yunus, berasal dari keluarga kerajaan Mataram yang memutuskan untuk menjauh dari kerajaan karena berselisih paham dengan kebijakan kerajaan yang menjalin hubungan dengan Belanda.

Di tempatnya yang baru, beliau membangun tempat tinggal sederhana yang beratapkan ilalang. Di tempat inilah awal mulanya penyebaran ajaran Islam di daerah tersebut.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta; Pesantren Tertua di Surakarta

Daerah yang tadinya hanya berupa hutan belantara, dengan kedatangan Kyai Yunus yang membabat hutan tersebut menjadi sebuah hunian, akhirnya lambat laun menjadi pemukiman penduduk dan diberi nama Desa Kamulan.

Setelah wafatnya Kyai Yunus, perjuangannya diteruskan oleh Kyai Ali Murtadho yang merupakan putra Kyai Yunus untuk meneruskan penyebaran ajaran Islam.

Di masa kepemimpinannya, Kyai Ali Murtadho merenovasi masjid dan hingga saat ini bangunan masjid tersebut masih dipertahankan sesuai bentuk aslinya.

Sepeninggal Kyai Ali Murtadho, kepemimpinan pesantren dilanjutkan KH. Ihsan. Di masa kepemimpinan KH. Ihsan, sekitar tahun 1948-1949, pesantren tersebut dijadikan markas sementara tentara Hizbullah. Tercatat juga, pesantren ini pernah menjadi target operasi serangan tentara sekutu pada tanggal 10 November 1948.

Kemudian dilanjutkan dengan kepemimpinan KH. M. Mahmud Ihsan dibantu adik iparnya, yaitu Kyai Nafi’i alias Kyai Jumadi. Pesantren tersebut juga dijadikan pusat pembinaan dan penggemblengan pemuda Ansor dalam rangka untuk menumpas pembrontakan G30S/PKI.

Singkat cerita, pada tahun 1996, Kyai Mahmud wafat. Saat ini, Pondok Tengah atau Pondok Pesantren Hidayatut Thullab berada dalam asuhan KH. Thoha Munawar, KH. Mahmud Ihsan dan KH. Baha’udin.

Baca Juga:  Pesantren Al-Kahfi Somalangu; Pesantren Tertua di Asia Tenggara

Kegiatan pesantren saat ini, dimulai menjelang sore hari hingga tengah malam, tepatnya mulai dari jam dua siang hingga jam sebelas malam. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh santrinya bekerja serabutan. Setelah bekerja inilah, para santri biasanya mengaji.

Para santri sudah terbiasa bekerja secara mandiri dan mengaji di pesantren setelahnya. Tidak jarang juga santri yang justru mengirimkan hasil usahanya kepada orang tua. Jumlah santri yang tinggal di Pondok Tengah sebanyak 450 orang, baik putra maupun putri.

Pesantren ini salah satu pesantren yang masih setia menerapkan tradisi Pendidikan salaf murni. Kekonsistenannya ini merupakan hal yang sudah amat jarang ditemukan pada pesantren-pesantren lain. Meskipun sebenarnya, pesantren ini juga menyadari bahwa pesantren salaf saat ini semakin sepi peminatnya.

Pesantren Hidayatut Thullab masih memegang teguh ruh Pendidikan salaf. Kurikulum memang tetap murni salaf, namun sarana pendidikan haruslah modern.

Mau tidak mau, beberapa tahun yang lalu, pesantren ini membangun gedung sekolah berlantai tiga yang akan digunakan sebagai kelas Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Namun dengan menggunakan Kurikulum yang sama dengan pesantren pada umumnya demi menyesuaikan perkembangan zaman.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Al-Huda Jetis; Pesantren Tertua Kedua di Kebumen

Pengajian kitab kuning yang dilakukan dengan cara yaitu guru membaca, sedangkan santri menyimak, atau pun sebaliknya santri membaca, guru menyimak. Ada hal yang selalu ditonjolkan pesantren ini, yaitu tradisi bahtsul masail-nya. Tercatat dalam setiap kegiatan bahtsul masail, pesantren ini selalu mengikuti dengan mendelegasikan para santri seniornya.

Mohammad Mufid Muwaffaq