Surah Ad-Dukhan Ayat 38-42; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ad-Dukhan Ayat 38-42

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ad-Dukhan Ayat 38-42 ini, menjelaskan peristiwa yang terjadi pada hari perhitungan dengan menegaskan bahwa hari itu adalah hari yang telah ditetapkan Allah untuk memberikan keputusan kepada semua makhluk tentang balasan perbuatan yang telah dilakukannya yang baik atau yang buruk.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ad-Dukhan Ayat 38-42

Surah Ad-Dukhan Ayat 38
وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا لَٰعِبِينَ

Terjemahan: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main.

Tafsir Jalalain: وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا لَٰعِبِينَ (Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main) dalam menciptakan hal tersebut; lafal Laa`ibiina menjadi Hal atau kata keterangan keadaan.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya memberitahukan tentang keadilan dan kesucian diri-Nya dari permainan dan kesia-siaan serta kebathilan.

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa langit dan bumi beserta segala isinya tidaklah diciptakan dengan sia-sia atau secara kebetulan tanpa maksud dan tujuan, tetapi semuanya itu diciptakan sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.

Apabila diperhatikan dengan seksama setiap kehidupan yang ada di bumi dan segala kejadian di langit tentulah akan diketahui baik makhluk yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa dari berbagai macam tingkatan, dari tingkat terendah sampai dengan tingkat yang tertinggi, masing-masing faedahnya, ada ketentuan-ketentuan yang berlaku baginya, dan ada pula waktu yang ditentukan untuk kehidupannya.

Sebagai contoh seekor burung, ia ditetaskan dari sebuah telur yang berasal dari induknya. Setelah dierami dalam waktu tertentu, keluar anak burung yang kecil tanpa bulu dari telur itu. Dari hari ke hari burung itu diberi makan oleh induknya, sehingga anak burung itu tumbuh secara berangsur-angsur, badannya menjadi besar dan ditumbuhi bulu, sayapnya bertambah kuat. Kemudian diajar oleh induknya terbang, ia terbang dari dahan ke dahan, dibimbing induknya mencari makanan dan minuman.

Setelah dewasa mulailah ia melaksanakan tugas hidupnya, mencari pasangan untuk mengembangkan keturunan. Bila telah sampai ajalnya, ia pun mati seperti burung-burung yang lain. Jika diperhatikan, seakan-akan burung-burung itu membawa misi dalam kehidupan.

Ditakdirkan Allah bahwa makanan burung itu adalah serangga, serangga itu makan dan merusak tanam-tanaman yang ditanam oleh manusia. Seolah-olah burung itu membantu usaha dan kehidupan manusia.

Burung dengan suara dan kicauannya yang merdu menyenangkan dan menyejukkan hati orang yang mendengarnya. Bakteri, semacam binatang yang halus dan kecil, dan juga cacing seakan-akan tidak ada gunanya sama sekali. Jika diperhatikan maka bakteri dan cacing itu memakan sampah dan kotoran, baik yang berasal dari manusia maupun yang berasal dari makhluk yang lain.

Jika bakteri dan cacing itu tidak ada, maka sampah dan kotoran akan menumpuk karena tidak akan membusuk sehingga terjadilah polusi yang membahayakan kehidupan manusia. Semakin dalam direnungkan dan diperhatikan alam dan kejadiannya ini, semakin dalam diketahui hikmah, guna dan tujuan penciptaannya; semakin terasa pula kasih sayang dan tujuan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hanya kebanyakan manusia tidak tahu diri dan merasa dirinya yang paling kuasa dan yang paling mampu.

Dalam ayat yang lain Allah berfirman: Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. (al-Mu’minun/23: 115) Dan firman-Nya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (shad/38: 27).

Baca Juga:  Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 67-74 Beserta Artinya

Tafsir Quraish Shihab: Allah tidak menciptakan langit dan bumi serta apa saja yang ada di antara keduanya tanpa mengandung hikmah.

Surah Ad-Dukhan Ayat 39
مَا خَلَقۡنَٰهُمَآ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: “Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Tafsir Jalalain: َمَا خَلَقۡنَٰهُمَآ (Kami tidak menciptakan keduanya) dan apa yang ada di antara keduanya إِلَّا بِٱلۡحَقِّ (melainkan dengan hak) dengan sebenarnya, daripadanya dapat disimpulkan tentang kekuasaan dan keesaan Kami, dan hal-hal lainnya وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ (tetapi kebanyakan mereka) yaitu orang-orang kafir Mekah لَا يَعۡلَمُونَ (tidak mengetahui.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya memberitahukan tentang keadilan dan kesucian diri-Nya dari permainan dan kesia-siaan serta kebathilan.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menegaskan bahwa langit dan bumi serta isinya tidak diciptakan, kecuali (sebagai makhluk) tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang benar dari Allah. Semuanya wajib tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku dan yang telah ditetapkan.

Jika salah satu makhluk Tuhan menyimpang atau tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan itu, maka ia akan merasakan akibat dari penyimpangan itu. Seperti pohon pisang yang termasuk tanaman yang tumbuh di tempat yang cukup air. Jika tumbuh di tanah kering atau padang pasir, ia akan mati.

Demikian pula halnya dengan ikan; ia ditetapkan hidup dalam air. Jika ia meloncat ke darat, ia pun akan mati. Demikian hukum Allah yang berlaku bagi seluruh makhluk-Nya. Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penciptanya adalah zat yang Maha Esa lagi Mahakuasa dan Mahabijaksana, karena itu segala makhluk ciptaan-Nya wajib tunduk dan patuh kepada hukum-hukum-Nya itu baik secara sadar maupun terpaksa. Karena semua makhluk itu diciptakan berdasarkan iradah-Nya, maka berdasarkan iradah-Nya pulalah makhluk itu kembali kepada-Nya nanti. Yang demikian itu terjadi karena kemahaagungan dan kemahaperkasaan-Nya.

Makhluk Allah yang beraneka ragam dan tidak terhitung banyaknya itu merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat dijadikan bahan pemikiran bagi orang yang ingin mencari kebenaran. Dengan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan-Nya itu, orang dapat mengenal dan mengetahui betapa agung dan betapa luas ilmu penciptanya.

Kemudian Allah menyayangkan sikap orang-orang musyrik yang tidak mau memahami tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang ada di alam ini. Sikap mereka tampak di waktu mereka mendustakan kenabian Muhammad saw dan mengingkari hari kebangkitan.

Sikap itu timbul karena kesombongan dan ketakaburan yang ada pada diri mereka sehingga menutupi kejernihan pikiran mereka. Akibatnya, mereka bertambah jauh dari rahmat Allah dan semakin tenggelam dalam lembah kedurhakaan.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tidak menciptakan langit dan bumi kecuali untuk suatu hikmah, dengan aturan yang sangat tepat, yang membuktikan wujud, keesaan dan kekuasaan Kami. Tetapi kebanyakan mereka tidak memperhatikan hal ini dan tidak mengetahui bukti-bukti ini.

Surah Ad-Dukhan Ayat 40
إِنَّ يَوۡمَ ٱلۡفَصۡلِ مِيقَٰتُهُمۡ أَجۡمَعِينَ

Terjemahan: “Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya,

Tafsir Jalalain: إِنَّ يَوۡمَ ٱلۡفَصۡلِ (Sesungguhnya hari keputusan itu) yakni hari kiamat adalah hari di mana Allah memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya مِيقَٰتُهُمۡ أَجۡمَعِينَ (adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya) untuk menerima azab yang abadi.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Dia berfirman: إِنَّ يَوۡمَ ٱلۡفَصۡلِ مِيقَٰتُهُمۡ أَجۡمَعِينَ (“Sesungguhnya hari keputusan [hari kiamat] itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semua.”) yaitu hari kiamat. Pada hari itu Allah Ta’ala memutuskan perkara di antara semua makhluk-Nya, Dia akan mengdzab orang-orang kafir dan memberikan pahala kepada orang-orang mukmin.

Baca Juga:  Surah Al-Mutaffifin Ayat 18-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan firman-Nya: مِيقَٰتُهُمۡ أَجۡمَعِينَ (“waktu yang dijanjikan bagi mereka semua”) yakni Dia kumpulkan mereka semua sejak awal sampai akhir. Yauma laa yughnii maulan ‘am maulan syai-an (“Yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun.”) yaitu kaum kerabat tidak lagi bermanfaat bagi kerabat yang lainnya. Artinya seseorang tidak akan ditanya tentang keadaan saudaranya, karena Dia melihatnya dengan kasat mata.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menjelaskan peristiwa yang terjadi pada hari perhitungan dengan menegaskan bahwa hari itu adalah hari yang telah ditetapkan Allah untuk memberikan keputusan kepada semua makhluk tentang balasan perbuatan yang telah dilakukannya yang baik atau yang buruk.

Pada hari keputusan itu, orang-orang musyrik takut dan tercengang melihat kenyataan bahwa dugaan mereka sewaktu hidup di dunia dahulu adalah dugaan yang tidak mengandung kebenaran sedikit pun. Mereka dahulu mengingkari adanya hari perhitungan itu, tetapi kenyataannya benar-benar terjadi.

Pada hari itu, semua makhluk dihalau ke Padang Mahsyar dan dikumpulkan untuk menerima keputusan yang adil dari Allah. Pada waktu itu, terbukti pula bahwa berhala-berhala yang mereka sembah dan mohonkan pertolongannya semasa hidup di dunia tidak dapat memberinya manfaat dan pertolongan kepada mereka, bahkan berhala-berhala itu dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama mereka.

Anak-anak serta keluarga yang mereka bangga-banggakan dahulu di dunia tidak ada gunanya lagi dan tidak dapat menolong mereka menghindarkan diri dari azab Allah. Allah berfirman:

Kaum kerabatmu dan anak-anakmu tidak akan bermanfaat bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (al-Mumtahanah/60: 3) Dan firman-Nya: Sungguh, hari keputusan adalah suatu waktu yang telah ditetapkan. (an-Naba’/78: 17).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya hari pengadilan antara orang yang berbuat kebenaran dan orang yang berbuat kebatilan adalah waktu yang sudah dijanjikan untuk mereka semua.

Surah Ad-Dukhan Ayat 41
يَوۡمَ لَا يُغۡنِى مَوۡلًى عَن مَّوۡلًى شَيۡـًٔا وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ

Terjemahan: “yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan,

Tafsir Jalalain: يَوۡمَ لَا يُغۡنِى مَوۡلًى عَن مَّوۡلًى (Yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya) baik karib karena hubungan kerabat atau karib karena hubungan persahabatan yang dekat. Ia tidak akan dapat membelanya شَيۡـًٔا (sedikit pun) dari azab itu وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ (dan mereka tidak akan mendapat pertolongan) maksudnya tidak dapat dicegah dari azab itu. Lafal Yauma dalam ayat ini menjadi Badal dari lafal Yaumal Fashli pada ayat sebelumnya.

Tafsir Ibnu Katsir: يَوۡمَ لَا يُغۡنِى مَوۡلًى عَن مَّوۡلًى شَيۡـًٔا (“Yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun.”) yaitu kaum kerabat tidak lagi bermanfaat bagi kerabat yang lainnya. Artinya seseorang tidak akan ditanya tentang keadaan saudaranya, karena Dia melihatnya dengan kasat mata. Dan firman-Nya: َ

لَا هُمۡ يُنصَرُونَ (“Dan mereka tidak akan mendapat pertolongan”) maksudnya seseorang tidak akan dapat membantu kerabatnya, dan tidak pula pertolongan akan datang dari pihak luar.

Tafsir Kemenag: Pada hari itu, terputuslah hubungan antara orang seorang dengan yang lain, bahkan tidak ada lagi hubungan anak dengan bapaknya, hubungan anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya, apalagi hubungan teman dengan teman.

Yang dapat menolong dan menentukan nasib manusia hanyalah amal perbuatannya sendiri yang telah dikerjakannya selama hidup di dunia. Barang siapa yang banyak menanam amal kebaikan, tentu akan mendapat hasil yang berlimpah dari amal kebaikannya itu. Sebaliknya, barang siapa yang mengikuti keinginan hawa nafsunya, tentulah akan mendapat azab neraka.

Baca Juga:  Surah Al-Hajj Ayat 14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tidak ada suatu pun yang dapat mengurangi azab mereka walapun itu anak kandung, kerabat, atau handai tolan. Allah berfirman: Apabila sangkakala diiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga diantara mereka pada hari itu (hari Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya. (al-Mu’minun/23: 101) Dan firman Allah:

Dan tidak ada seorang teman karib pun menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat. (al-Ma’arij/70: 10-11) Pada bagian akhir ayat ini, Allah menandaskan bahwa orang kafir Mekah yang tetap hidup bergelimang dalam kemusyrikan dan kesesatan, pada hari pembalasan nanti mereka tidak dapat pertolongan dari siapa pun juga.

Tafsir Quraish Shihab: Suatu hari ketika seorang kerabat tidak dapat menolak sedikt pun dari azab yang diderita kerabatnya. Begitu juga seorang sekutu terhadap sekutu lainnya. Mereka pun tidak dapat menolong diri sendiri di hadapan Allah.

Surah Ad-Dukhan Ayat 42
إِلَّا مَن رَّحِمَ ٱللَّهُ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ

Terjemahan: “kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: إِلَّا مَن رَّحِمَ ٱللَّهُ (Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah) mereka adalah orang-orang mukmin, sebagian dari mereka dapat memberikan syafaat kepada sebagian lainnya dengan seizin Allah.

إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَزِيزُ (Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang di dalam pembalasan-Nya terhadap orang-orang kafir ٱلرَّحِيمُ (lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang mukmin.

Tafsir Ibnu Katsir: Lalu firman Allah: إِلَّا مَن رَّحِمَ ٱللَّهُ (“Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah.”) artinya pada hari itu tidak ada lagi yang bermanfaat selain rahmat Allah Yang Mahamulia lagi Mahaperkasa kepada makhluk-Nya. إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ (“Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahapenyayang”) maksudnya, Dia adalah Rabb Yang Mahaperkasa lagi mempunyai rahmat yang sangat luas.

Tasir Kemenag: Allah menyebutkan hamba-hamba-Nya yang tidak akan mengalami azab yang mengerikan yaitu orang-orang yang mendapat limpahan rahmat-Nya, mereka adalah orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat-Nya, menaati semua perintah dan menghindari semua larangan-Nya.

Mereka itu tidak memerlukan pembela dan penolong untuk menyelamatkan diri mereka dari siksaan Allah, karena amal salehnya telah cukup menjadi jaminan bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang tidak layak mendapat siksaan neraka.

Kemudian Allah menyatakan bahwa Dia adalah Mahaperkasa terhadap segala musuh-musuh-Nya, tidak ada sesuatu pun yang dapat melawan-Nya. Dia juga Maha Penyayang terhadap penegak agama-Nya dan para hamba-Nya yang selalu tunduk serta patuh kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi, orang-orang Mukmin yang memperoleh rahmat Allah akan mendapat ampunan dan perkenan- Nya untuk menerima syafaat. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa atas segala sesuatu dan Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya yang Mukmin.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ad-Dukhan Ayat 38-42 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S